Prolog

9.7K 687 17
                                    



I CAN'T

1817 Joseon Dynasty.

Malam begitu dingin dan sepi, bahkan kau dapat lihat tidak ada satu pun orang yang berani keluar karena tak kuat akan dinginnya malam ini. Mungkin saja di dalam sana para penduduk sedang berselimut menghangatkan diri mereka. Tetapi, mengapa situasi di penjara istana begitu ramai? Bahkan seorang tabib pun harus berlari seperti itu.

"Ngghh... aakk.. " Suara itu terdengar memilukan, jika kita melihatnya semakin dekat, kau dapat melihat seorang wanita, ah tidak, itu namja yang sedang ingin melahirkan. Stop! Namja? Melahirkan? Apa aku salah melihat ini?. wajahnya sangat begitu cantik, bahkan rambut hitam panjang yang kini menghalangi wajahnya semakin menambah kesan cantiknya, kulitnya begitu putih dan mulus. Namja cantik itu terus saja meronta karena menahan rasa sakit hendak melahirkan, kedua tangannya masih terikat kuat oleh tali.

"Bantu ia melahirkan, jangan sampai ada pihak luar istana yang mengetahui ini, setelah anak itu lahir, bunuh anak tersebut.." Mendengar kata 'membunuh anaknya' Jaejoong si namja cantik itu segera membulatkan matanya.

"Tidak, nghh, Appa ku mohon!"

"Kau sudah membuat malu Jaejoong! Menjalin hubungan dengan manusia serigala itu, dan kini pun kau mengandung anaknya."

"An-.. niya, ku mohon. Hiks Yunho sudah mati kalian bunuh, ku mohon biarkan anak kami hidup." Sang raja tak memperdulikan air mata Jaejoong, ia pun segera pergi dari penjara tersebut. Sang tabib segera membantu proses melahirkan tersebut.

.

Bahagia apa yang Jaejoong rasakan saat ini? tidak ada! Mana ada seorang yang dapat bahagia saat kekasihnya mati di tangan keluarganya, dan kini kedua anaknya pun mati di hadapannya. Jaejoong tidak dapat berkata atau melakukan apapun, ia hanya termenung dalam tangisan kesedihannya.

"Kenapa tidak membunuhku sekalian?" tanya Jaejoong dengan penuh tatap yang sulit di artikan.

"Maaf pangeran Jaejoong, kami hanya melaksanakan perintah Baginda Raja." Jaejoong pun terdiam, kondisinya melemah akibat melahirkan, dan lagi ia harus menangis saat mereka membunuh anaknya di hadapannya tanpa memiliki rasa iba sedikit pun.

"Bawa aku pergi Yun, hiks. Aku ingin bersama mu." Guman Jaejoong sangat pelan, tak lama mata Doe itu terpejam.

.

Kondisi Jaejoong semakin melemah, ia tidak mau makan selama berhari-hari ini. bahkan saat ini tabib sudah berada di dalam penjara tersebut untuk memeriksa kondisi Jaejoong, tubuhnya sangat kurus saat ini, bahkan bibir merah itu tak tanpak sama sekali, bibir merah itu tergantikan warna pucat.

Jaejoong terus saja mengigau memanggil nama Yunho, suhu badannya semakin tinggi, bahkan sang tabib pun sudah angkat tangan. Jaejoong sudah tidak memiliki semangat untuk hidupnya, maka dari itulah tak ada harapan untuk Jaejoong sehat.

.

Sehari setelah sang tabib datang, penjaga istana pun di kejutkan dengan kematian Jaejoong. Seluruh penghuni istana pun heboh akan berita ini, bahkan saat ini, sang ratu pun menyalahkan suaminya karena telah membuat putra sematawayangnya meninggal. Harapan Jaejoong sebelum meninggal adalah ia ingin di pertemukan dengan Yunho, tak peduli apa jalan hidupnya, pada intinya ia ingin bersama Yunho.

.

.

.

Seoul, 2015

"Hhhaaahhhh." Seorang pria tampan bermata musang pun terbangun karena terkejut, ia mengusap kasar wajahnya. Nafasnya sangat tidak beraturan, mimpi yang selalu datang menghantui dirinya. Mimpi yang tak pernah absen mengganggu tidurnya.

"Mimpi itu lagi, astaga."

Mendengar suara gaduh Yoochun, teman sekamar Yunho pun ikut terbangun, dan kini ia melihat wajah lelah Yunho dari tempat tidurnya.

"Kau mimpi itu lagi Yun?" tanya Yoochun. Yunho pun mengangguk.

"Ya, mimpi itu sangat mengerikan Yoochun-ah, mereka seakan mengejarku layaknya aku ini buruan mereka, bahkan salah satu dari mereka sudah memanahku. Mimpi ini gila!"

"Ya sudah, tidurlah lagi. Semoga mimpi itu tidak datang kembali, besok pagi kita harus sudah berada di kampus." Ujar Yoochun, Yunho kembali mengangguk dan menarik selimutnya, ia mencoba memejamkan matanya dan berharap mimpi itu tidak kembali.

Di lain tempat, seseorang dengan kejadian yang sama pun mengalami hal serupa, mimpi buruk yang terus menghantuinya, wajahnya begitu cantik, tunggu apa ini Jaejoong? Iya ini Jaejoong, hanya saja rambutnya tidak panjang, harapan Jaejoong menjadi kenyataankah? Akankah ia di pertemukan dengan Yunho dan hidup bersama?

"Mengapa mimpi itu seperti nyata? Mengapa rasanya sangat sakit?" guman Jaejoong, tanpa Jaejoong sadari sosok yang tak tampak oleh matanya pun sedang tersenyum melihat ini semua.

"Kalian pasti bersama, hanya Umma yang bisa merubah ini semua."

.

Pada dasarnya anak Jaejoong bukan manusia seutuhnya, mungkin salah satu di antara mereka mati dan tidak menjadi sosok arwah yang menuntut akan kejadian ini, tapi salah satunya tak mau hal ini terjadi. Changmin pun meminta pada sang pencipta untuk mengabulkan apa yang Ummanya inginkan, yaitu, dihidupkan kembali untuk hidup bersama Yunho. Doa itu terkabul, sang pencipta pun mengabulkan apa keinginannya, tapi apa kau tau? Tidak ada jalan mulus untuk ini semua, Yunho akan membenci Jaejoong, bahkan sangat membenci tanpa alasan. Bagaimana untuk bersama, hanya Jaejoong lah yang harus berusaha. Berusaha untuk membuat Yunho kembali mengingat hidup sebelumnya, dimana Yunho sangat mencintai Jaejoong, sang putra mahkota.

"Aku yakin kau bisa Umma, aku percaya padamu, bawa aku kembali denganmu. Aku mohon, berjuanglah demi kami." Air mata itu pun jatuh dari pria bertubuh tinggi yang tak tampak.

Akankah Yunho dan Jaejoong kembali bertemu? Apakah mereka akan mengingat kehidupan mereka sebelumnya? Lalu apa yang akan terjadi? Pada dasarnya Jaejoong kembali untuk mendapatkan kebencian Yunho, apakah Jaejoong mampu melalui ini semua?

I Can't✔Where stories live. Discover now