A Gift

3.6K 275 9
                                    

Hari ini adalah hari valentine. Dan tahun ini Hogwarts kembali merayakannya-- tapi tidak seperti tahun kedua dulu, yang dipenuhi cupid-cupid menggelikan. Kali ini perayaannya hanya biasa, seperti menghias seluruh kastil dengan pernak pernik khas valentine dan tukar kado. Hermione sudah mempersiapkan semuanya-- termasuk kado-kado yang akan ia berikan pada kawan-kawannya. Bahkan, ia juga mempersiapkan kado untuk Malfoy. Iya, Malfoy yang itu. Malfoy yang menyebalkan dan rivalnya sejak tahun pertama sampai sekarang. Hermione tidak punya maksud apa-apa. Ia hanya mencoba berbaik hati pada semua orang di Hogwarts, termasuk kepada seorang Draco Malfoy.

Hermione baru saja memberikan kadonya untuk Harry dan Ron saat ia tak sengaja berpapasan dengan Malfoy di koridor.

"Malfoy, tunggu!" panggil Hermione saat Malfoy berjalan melewatinya begitu saja.

Malfoy berhenti, berbalik, dan memandang Hermione dengan pandangan bertanya.

"Selamat hari Valentine!" kata Hermione sembari mengulurkan sebuah kotak yang sudah dihias. Malfoy mengambilnya dan menatap benda itu dengan sebelah alis yang terangkat.

"Apa ini?" tanyanya.

"Untukmu," jawab Hermione dengan cengiran lebar yang membuat Draco jadi merasa takut. Karena, seperti yang kalian ketahui sendiri, bahwa Hermione sangat tidak wajar berperilaku seperti ini.

"O...kay. Thanks," ujar Malfoy sambil berlalu.

Hermione terbengong saat punggung Malfoy semakin menjauh. Ekspektasi-nya benar-benar salah saat mengira bahwa Malfoy akan memberikan kado padanya juga. Ia jadi merutuki dirinya sendiri karena sudah berharap banyak.

***

Hermione selesai membagikan kado-kadonya pada sore hari. Ia merasa lelah dan rahangnya terasa kram karena ia paksa untuk terus tersenyum. Hermione merebahkan tubuhnya di sofa ruang rekreasi Gryffinfor. Ia melonggarkan dasinya dan memejamkan matanya. Belum sepuluh detik ia mencoba istirahat, tiba-tiba saja suara Harry membuatnya kembali membuka mata.

"Malfoy mencarimu di luar."

Hermione langsung terduduk, "Siapa?"

"Malfoy. Aku juga terkejut. Tapi sepertinya ia hanya ingin memberimu kado."

Hermione langsung keluar saat Harry baru saja menyelesaikan kata-katanya. Dilihatnya Malfoy yang menyender di dinding samping lukisan Nyonya Gemuk.

"Ini untukmu," katanya dingin pada Hermione sambil menyerahkan sebuah pena bulu.

Hermione menerima pena itu dengan sebelah alis terangkat.

"Ini hadiah mu?" tanya Hermione memastikan.

"Yeah."

"Hanya pena bulu?"

"Begitulah."

Hermione merasa dongkol seketika. Maksudnya, hari ini adalah hari valentine dan ia diberi sebuah pena bulu? Tanpa dibungkus pula. Seharusnya kan ia harus menerima yang lebih baik dari ini. Seamus saja memberinya sebuah kalung liontin berbentuk kupu-kupu, Harry memberinya satu kotak permen lezat, dan Ron memberinya boneka menggemaskan. Tapi pemuda pirang ini? Hanya memberinya sebuah pena bulu murah? Yang benar saja. Bukannya Hermione tidak menghargai pemberian orang lain, ya. Ia hanya berpikir logis saja.

"Are you kidding me, Malfoy? Kau hanya memberiku sebuah pena bulu?" kata Hermione mengejek.

"Apanya yang salah?"

Hermione mulai emosi. "Kalau kau tidak memberiku yang lebih baik dari ini, aku tidak akan berbicara padamu lagi. Selamanya."

"Bagus. Telingaku jadi tidak sakit lagi."

"Kau benar-benar..."

"Apa?"

"Menyebalkan. Dasar ingus troll. Kotoran pixie."

"Mirror please. Kau bahkan lebih menyebalkan, semak!"

"Aku sudah susah payah membuatkanmu coklat dan kau hanya memberiku pena bulu murah?"

Iya benar. Hermione memang memberi Draco satu kotak coklat buatannya sendiri.

"Hey! Aku mau membelikanmu hadiah saja seharusnya kau sudah bersyukur."

"Whatever, Malfoy. Ternyata sekali menyebalkan, kau tetap tidak bisa berubah."

Hermione mendengus dan berbalik masuk ke dalam asrama dengan kaki menghentak. Ia sebal pada Malfoy. Karena menurutnya, Malfoy tidak menghargai dirinya. Sesampainya di ruang rekreasi, Hermione memandangi pena bulu yang ada di genggamannya. Pena bulu itu sangat biasa, seperti pena bulu yang banyak ditemukan di Diagon Alley.

Tapi meskipun begitu, Hermione tetap ingin mencoba pena itu. Ia mengambil selembar perkamen dan menuliskan namanya disana. Alangkah terkejutnya ia saat tulisannya mulai bergoyang-goyang secara sihir dan membentuk beberapa kalimat.

I love you, Hermione.

Seketika, wajah Hermione memerah karena malu. Buru-buru ia keluar dari ruang rekreasi untuk menemui Malfoy. Ia menyesal telah meragukan kado dari pemuda itu.

Namun begitu sampai di tempat dimana Malfoy memberinya kado tadi, cowok itu sudah tidak ada. Hermione menyusuri koridor sampai akhirnya ia menemukan punggung Malfoy.

"Malfoy," panggil Hermione.

Malfoy berhenti dan berbalik. Saat itu juga, Hermione memeluk dirinya.

"Thanks."

"Satu pelajaran untukmu, Granger," bisik Malfoy seraya membalas pelukan Hermione, "kau harus menghargai setap pemberian orang lain. Don't judge a book by its cover."

Hermione terdiam dan dahinya mengernyit. Ia melepas pelukannya dan memandang Malfoy sambil berkata,

"Sejak kapan kau jadi sangat bijak?"

"Sejak aku mencintai dirimu. Aku belajar darimu."

Hermione merasakan pipinya memanas. Pernyataan Malfoy membuat dadanya menghangat. Sebenarnya, ia juga mencintai Draco Malfoy. Hanya saja, keegoisan dan gengsi yang membuatnya terpaksa memendam perasaanya. Dan sekarang, valentine kali ini benar-benar penuh cinta bagi Hermione.

"Aku juga mencintaimu, Ingus troll."

END

A/n
Yg jomblo berdo'a sama gue yuk, siapa tau valentine tahun ini kutukan jomblonya minggat :'v

Dramione Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang