Saat ini,aku sedang melakukan taaruf dengan seorang pria yang secara tidak sengaja pernah bertrabakan denganku di supermarket dekat rumahku. Awalnya aku ingin menolak maksud baiknya untuk melakukan taaruf denganku karena jujur aku belum siap untuk membangun rumah tangga,itu terlalu dini untukku yang masih berusia dua puluh satu tahun ini,tapi setelah aku memikirkan dengan segala pertimbangan dan nasehat dari teman-temanku dan Umi serta Abi,akhirnya aku menyetujuinya. Proses taaruf ini sudah sampai tahap saling menukar biodata diri masing-masing,hanya tinggal menunggu kami dipertemukan untuk melihat keadaan fisik yang lahiriah dalam artian kata,dia melihat wajahku dan kedua telapak tanganku dengan seksama,begitupun dengan aku yang akan melihat fisiknya yang tampak-tampak kulihat saja.
Saat diriku sedang duduk bersantai dicafe biasa diriku dan Nazila sahabatku datangi,handphone ku bordering pertanda adanya panggilan masuk yang segera kuraih dan melihat layarnya untuk mengetahui siapa penelfonnya. Ahh ternyata dia panjang umur,baru juga tadi aku bicarakan,segera ku angkat panggilannya.
"Assalamualaikum Nazila"sapaku memulai permbicaraan via telepon
"Waalaikumsalam Risa,kamu sedang dimana,bisakah aku meminta tolong padamu?"jawabnya dengan tergesa dan panik
Ya,Risa. itu nama panggilanku lengkapnya Haritsa Humaira,dan sahabatku yang sedang menelfon ini nama lengkapnya Nazila Ulfatun Nafisah,nama yang cantik seperti wajahnya dan hatinya. Jujur aku bangga memiliki sahabat sepertinya,entah mengapa dan bagaimana caranya dia selalu ada disaat aku membutuhkannya. Semoga Allah membalas semua kebaikannya dengan setimpal dan diberi jodoh yang baik untuknya yang dapat membawanya pada ridha sang Illahi. Aamiin
"aku sedang dicafe tempat kita biasa datangi,kamu kenapa La,ada apa? Insyaallah aku akan bantu jika itu memungkinkan"jawabku yang ikutan panik karenanya
"tadi pihak Hotel Melodi menelfonku Ris,mereka mengatakan kakakku sedang mengamuk karena ditinggal oleh pacarnya,mereka menyuruhku untuk menjemputnya sedangkan aku sedang ada urusan diluar kota,bisakah kamu menolongku Ris,tolong jemput kakakku dan kamu bawa pulang dia kerumahku"Nazila menjelaskan permasalahannya tapi malah membuatku tidak tau harus menjawab apa
"tidak adakah orang lain yang dapat membantumu selain aku La?"tanyaku pelan agar tidak menyinggungnya
"tidak ada La,hanya kamu yang aku percaya saat ini"jawabnya yang semakin membuatku bingung harus bagaimana
"bagaimana dengan Mami Papimu?"
"justru mereka tidak boleh tau tentang ini Ris,bisa-bisa kakakku dipenggal kepalanya oleh Papi kalau mereka tau keadaan kakakku yang sekarang ini"
"Astaghfirullah La,apa yang kamu katakan,tidak ada orang tua yang sekejam itu pada anaknya"aku mencoba menasehatinya
"Ris,mereka menelfonku lagi. Bagaimana,kamu bisa tidak menolongku? Kali ini saja deh Ris,besok-besok aku tidak akan merepotkan kamu lag,aku janji"
"huss,tidak baik bicara seperti itu La,kita tidak tau apa yang terjadi kedepannya,mungkin nanti kamu malah selalu meminta bantuanku,bagaimana?"
"iya deh sorry Ris,soalnya aku lagi kalut nih"sesalnya
"yasudah,oke aku akan bantu kamu!"jawabku dengan sedikit ragu
"benarkah ini Ris? Huaaa terimakasih Risaaaa... aku menyayangimu Ris,love you so much..."ucapnya yang membuatku disini harus menutup mulutku agar suara tawaku tidak mengganggu yang lainnya
"haha aku juga menyayangimu Nazila,love you too..."balasku yang dibalas kekehan olehnya
"kalau begitu aku tutup dulu ya telfonnya Ris,urusanku masih terlalu banyak disini. Kamu hati-hati dijalan,sekali lagi terimakasih banyak Ris karena kamu sudah mau menolongku"
"kamu juga hati-hati disitu ya La,semoga urusanmu cepat terselesaikan. Kamu tidak perlu berterima kasih seperti itu padaku,kita ini sahabat Lin aku ingatkan kalau kamu lupa. Lagi pula kita juga sesama muslim,bukankah sesama muslim harus saling tolong-menolong? Bahkan dengan orang kafir pun kita diharuskan menolong kan?"kataku yang kuyakini membuatnya disana mengangguk-anggukan kepalanya,itu salah satu kebiasaanya yang sangat kuhafal ketika dia mendengarkan nasehat dari siapapun
"iya Ris,kamu benar. Sudah ya,nanti kuhubungi kamu lagi. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"tutupku seraya menyimpan handphoneku kedalam tas
Kemudian aku memanggil waiters café ini untuk membayar semua pesananku,lalu beranjak dari café ini menuju Hotel Melodi seperti yang dikatakan Nazila padanya tadi untuk menjemput kakaknya menggunakan Avanza miliknya.
Sedikit kuceritkan,aku bekerja disalah satu perusahaan besar dikota ini,namanya Haling Company Group. Alhamdulillah aku dipercayakan sebagai staff HRD disana bersama Nazila dan beberapa teman lainnya. Dari gaji bekerja disanalah aku dapat membeli Avanza dan rumah baru yang kami tempati sekarang,tetapi juga dibantu dengan uang Abi yang juga bekerja sebagai wakil direktur perusahaan milik teman semasa beliau dipesantren dulu. Waaah,panjang ceritanya jika harus aku ceritakan semuanya,tidak cukup waktuku karena aku juga harus menolong kakaknya Nazila yang sekarang ini sedang ditimpa masalah. Kapan-kapan akan aku ceritakan.
Sekarang aku sudah sampai di hotel yang dimaksudnya Nazila tadi,segera aku melangkahkan kakiku kedalam hotel,memasuki lift dan menekan tombol nomor 20,lantai dimana kamar kakaknya Nazila berada. Sebelum menaiki lift,tadi aku sudah menemui resepsionist untuk bertanya dimana letak kamarnya.
Sesampainya dikamar 201,aku melihat banyaknya security berdiri dipintu dan sebagiannya lagi ada didalam,sebenarnya apa yang terjadi?tanyaku dalam hati yang tentu tidak akan ada jawabannya.
"Assalamualaikum.."salamku sebelum masuk yang dibalas salam pula dan ada yang hanya menjawab "ya". Ahh,ternyata beda keyakinan. Batinku
Setelah diriku masuk,beberapa security beranjak dari sana meninggalkan aku,kakaknya Nazila,dan dua security yang tadi menjawab salamku.
"sebenarnya apa yang terjadi Pak?"tanyaku ketika melihatnya tertidur dengan keadaan mengenaskan,maksudku mengenaskan disini bukan babak belur,tapi lebih kepada keadaannya yang berantakan. Mulai dari sekarang kalian harus mencoba memahami bahasaku. Hehe peace
"saya tidak tau detailnya buk,tapi yang saya dengar dari teman-teman saya suami ibuk sepertinya telah dibohongi oleh seorang perempuan,makanya suami ibuk jadi mabuk seperti ini"jawabnya yang membuatku terkejut
"maaf pak,dia bukan suami saya. Saya cu..."elakku tapi malah dipotong oleh security yang satunya lagi
"saya tau mungkin ibuk kecewa dengan suaminya,tapi ibuk juga tidak boleh tidak mengakui suaminya,itu dosa buk. Saya rasa ibuk lebih mengerti dibandingkan saya.."
Yah,aku mengakui benar apa yang dikatakan oleh bapak security dihadapanku ini,memang dosa hukumnya jika kita tidak mengakui suami kita,tapi pada kenyataannya Kak Rizky memang bukan suamiku,dia kakaknya Nazila. Dan aku kesini untuk membantunya terlepas dari masalah ini lalu membawanya pulang seperti yang diminta Nazila padanya tadi. Inilah alasanku kenapa sedari tadi aku ragu untuk menolong Nazila,karena aku tau kakaknya Nazila hanya satu yaitu Kak Rizky,lengkapnya Rizky Saifuna.
"kalau begitu,bisakah bapak-bapak ini membantu saya untuk membawa Kak Rizky kemobil?"pintaku yang sudah tidak ingin memperpanjang masalah ini
"baiklah"jawab keduanya lalu membopong Kak Rizky keluar dari kamar kemudian memasuki lift untuk turun ke lobi hotel
Sekian dulu ya ukhti
KAMU SEDANG MEMBACA
Taaruf Cinta Kasih
SpiritualSetelah pencarian panjang akhirnya aku menemukanmu lewat doa,mimpi dan ikhtiarku selama ini. Assalamualaikum Cinta... Waalaikumsalam Kasih... Yang penasaran mari baca yuk,tapi maaf banyak typo dan lain sebagainya masih abal-abalan juga ukhti:-)