SEKS PERTAMA

71.3K 207 44
                                    

Enam bulan yang lalu...

Andre menatap layar monitor di depannya dengan gelisah. Tangannya gemetar dan keringatnya bercucuran. Sebuah pose perempuan nyaris bugil menghadang tatapan matanya pada layar monitor. Lekukan dada telanjang itu membangkitkan gairah. Matanya memindai dengan cepat lembah dan gunung yang ingin diselaminya dengan mulut. Lalu dia memejamkan mata. Sementara itu telapak tangannya memegang erat pegangan kursi, meremas-remas gemas. Dia sedang mati-matian untuk tidak mendesah hingga bibirnya terasa perih karena tergigit. Orang-orang akan curiga jika dia bersuara. Dia sedang berada di tempat umum. Di kabin sebuah warnet.

Gerakan di bawah perutnya semakin kencang dan membabi buta. Seluruh persendiannya seperti terisap dengan cara yang nikmat. Aliran darah bergemerocok menuju bawah pusarnya. Darah yang mengalir ternyata mempunyai hubungan sinergis dengan jiwa. Semakin dia mengalir deras ke bawah, jiwanya semakin membumbung ke atas. Andre menengadahkan kepalanya. Perutnya mengencang. Sesuatu menyembur dari dalam tubuhnya. Dia tidak tahan. Napasnya tersengal.

"Kamu suka?" bisik sebuah suara yang lembut dari antara kedua kakinya. Andre tidak bisa menjawab. Dia masih kewalahan mengontrol napas. Matanya melirik ke bawah. Ular di bawah perutnya sedikit demi sedikit terkulai dan sebuah bibir merah jambu sedang bermain-main dengannya. Bibir itu milik seorang perempuan berumur kira-kira tigapuluhan tahun bernama Lia. Dia bukan istri ataupun kekasih Andre. Lia hanyalah seorang perempuan yang dia kenal dua jam yang lalu. Andre yakin itu bukanlah nama aslinya. Dua jam yang lalu Lia memakai nama pecinta ngemut pada id chating-nya. Andre menemukannya waktu dia chating di rumah. Setelah ngobrol lama mereka memutuskan untuk bertemu darat. Lia memberikan janji bahwa dia akan memuaskannya hanya dalam waktu singkat asal Andre mau membayar dimuka uang sebesar limapuluh ribu. Ternyata benar. Lia menepati janjinya. Dia melakukannya bahkan tanpa membuka baju. Semuanya dilakukan dengan sangat baik oleh mulutnya. Lia hanya butuh waktu lima menit untuk menumpahkan hasrat Andre. Semua berjalan rapi dan cepat.

Perempuan itu membersihkan mulutnya dengan tisu sedangkan Andre masih berusaha membetulkan celananya.

"Kalau kamu mau kita bisa meneruskannya di hotel. Aku bersedia membayar banyak," bisik Andre. Perempuan itu menggeleng.

"Tidak. Aku lebih suka melakukannya dengan mulutku. Lagipula aku sudah punya cukup langganan dengan cara begini."

"Setelah ini kamu masih punya langganan?"

"Masih ada satu orang. Anak baru, masih anak sekolahan. Dia datang sepuluh menit lagi."

"Setelah itu?"

"Aku pulang ke Klaten."

"Beneran rumahmu di Klaten?"

"Ya."

"Naik apa?"

"Bis arah Solo. Aku biasa berangkat jam sembilan pagi dan pulang jam delapan malam. "

"Kenapa kamu pergi ke sini."

"Aku jemput bola. Langgananku banyak disini."

"Kamu melakukannya hanya di warnet ini."

"Ya. Di sini lebih aman. Kabinnya lebih lapang. Privasi terjamin."

Lia mulai membuka chatingannya kembali. Sudah banyak yang menyapanya. Andre berdiam diri sebentar lalu menyesap teh botol yang sudah tidak sedingin tadi. Laki-laki itu mengakui bahwa Lia mempunyai keistimewaan pada mulutnya.

"Sebaiknya kamu pergi dari sini. Klienku sebentar lagi datang," kata Lia.

Andre berharap dia bisa bermain-man lagi dengannya. Sebelum beranjak dia menanyakan sesuatu pada perempuan itu

SEX in CHATTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang