Ah-cho

46 4 4
                                    

Aku masih asik membaca komik kesayanganku sambil menyirup Abc lyche kesukaanku. Suasana riuh di kantin memang membuat para kutu buku merasa muak bila kesini membawa sebuah buku, tapi berbeda dengan ku yang malah disini gudangnya imajinasi. Pandangan ku beralih dari komik ku menuju pria yang sedang duduk di pojok kantin sambil memegang buku tentang hukum yang ia pegang. Aku tatap pria itu baik baik dan itu rifqi, aku tersontak kaget melihat ia memegang buku dan mengenakan kacamata

Sekilas ku tatap komik ku lagi dan ternyata pada bagian yang ku baca sama persis dengan tokoh favorit ku yaitu Takutto - Cho. Aku membuat tetap sadar dan memandangi komikku satu persatu,

Dorrrrrrr!!!!!!!!

Aku tersontak kaget dan komikku ku buang. Ah reksa membuat ku serangan jantung tiba tiba

"Gapunya otak? Apa lo mau bikin gue mati sa?!" Gentakku

"Iya deh maaf. Siapa suruh bengong "

"Lo tau gak sa. Si rifqi mirip banget sama tokoh Takutto di komik gue"

"Au ah bodoooo!!!!!" Gentak reksa sambil membuang pandangannya dariku

"Gue mau ke rifqi dulu ah"

Orangmah minta maaf ke, apake inimah engga. Gue itu dianggep apa sih fi sama lo? Gerutu reksa dalam hati.

Fiyana pun menghampiri rifqi yang masih sibuk dengan bukunya.

"Hey... gue boleh duduk disini?" Kataku sambil melontarkan senyum terbaikku padanya. Dia hanya menatap ku dalam dalam lalu mengalihkan pandangannya dan kembali ke buku yang ia baca

"Suka banget sama buku hukum? Emang lo mau jadi jaksa? Apa mau jadi pengacara?"

Diapun hanya terdiam dan sesekali dia membalik halaman yang ia baca.

"Oh lo suka baca buku ya? Gue juga gue suka buku komik hehehe. Lo suka komik gak? Kalau suka Gue ada banyakkkkk komik komik dirumah --" tiba tiba bel masuk berbunyi. Diapun berjalan begitu saja melewatiku tanpa menatapku

Aku memandangi kepergian dia, reksa pun memegang tanganku dan mengajak ku pergi ke ruang kelas.

Aku memainkan pulpen diatas buku ekonomiku yang super duper empet. Sekilas kupandang Reksa yang masih sibuk dengan soal soal UN ditangannya
"Ngapain lo ngeliatin gue? Lo gak mau lulus apa gimana sih fi? Orang tuh ya kerjain soal itu yah gue tau lo paling pinter disekolah ini tapikan lo harus tetep belajar fi!" Omel Reksa membuatku tersontak

"Saa gue lagi males mikir" kataku sambil mengulas senyum padanya

"Trus sekarang apa yang lagi lo fikirin?"

"Rifqi"

"Yatuhannnnn. Emang penting banget ya fi mikirin hal yang gak penting begitu?"

"Sa dengerin gue deh. Tanpa disadari sama kita cinta tuh suka dateng sendiri dengan semaunya. Kadang suka pengen gak difikirin eh malah dateng sendiri, kadang suka sakit hati kadang juga suka seneng. Tapi tuhan adil, kebahagiaan yang dikasih karena cinta bisa ngobatin sakit yang kita rasa"

"Masasih? Gue gak percaya tuh"

"Lo mah gapernah ngerasain pacaran yaaaa?????"

"Pacaran sih gapernah tapi suka sama orang mah pernah "

"Siapa?! Ko gak pernah cerita sama gue sih lo?"

"Emang penting banget yah kalo gue bilang ke lo gue suka sama siapa?"

"Penting lah lo kan sahabat gue tersayang saaa" kata fiyana sambil memeluk reksa. Reksa pun mengusap kepala fiyana seandainya lo tau fi kalau gue suka sama lo dari dulu, tapi gue rasa gak akan mungkin gue dapetin lo deh

Bel pelajaran pun usai Aku berjalan menuju perpustakaan menyusul Reksa . Ku perhatikan ruang kelas Rifqi, dia begitu dingin dan pendiam di kelas membuat ku terpanah olehnya. Seorang gadis menghampirinya sambil membawa buku fisika miliknya. Aku mulai bingung ini kelas ipa atau bukan, buku yang Rifqi baca tentang hukum dan ini kelas ipa? Aku berjalan meninggalkan kelas tersebut ke arah perpustakaan.

Aku mencari beberapa buku yang membuat ku tertarik untuk membacanya tapi tak ada satupun yang membuatku ingin membacanya.
Aku berjalan di lorong perpustakaan di barisan novel, sebuah novel membuat ku tertarik ku ambil novel itu Syarat Syarat Jatuh Cinta . Aku berjalan menuju meja perpustakaan, Reksa masih sibuk dengan tugas ekonominya aku duduk disebelahnya

"Baca apaan lo?" Katanya sambil menarik buku yang ku pegang

"Idih syarat syarat jatuh cinta. Serem juga ye yang lo baca, biasanya komik tumben sekarang lo baca novel" ledeknya

"Bawel lo sa jadi orang! Gue mau cari Referensi buat ngedeketin si Rifqi"

Reksa pun mengalihkan mukanya dari fiyana. Fiyana masih terus sibuk dengan aktivitasnya dia, reksa hanya mampu memandanginya saja sambil tertawa kecil melihat kelakuannya

"Sa gue minta tolong dong"

"Kok feelling gue gak enak yah"

"Yaampun setiap gue minta tolong kayaknya lo pasti bilang gitu"

"Ya lagi lo minta tolong gatau diri fi"

"Ko gatau diri?"

"Iya permintaan lo itu konyol semua, yah kaya minta data dirinya si Rifqi se detail mungkin. Dikira gue sodaranya detektif conan kali"

"Ihh yaudah yang ini gak gila ko"

"Apaan?"

"Anak Ipa1 olahraga hari apa?"

"Mana gue tau lo kira gue Pak londoh"

"Yah lo cari tau lah saaa. Lo kan kapten tim basket tuh trus anak basket kan banyak anak ipa. Duh oon bingits dah lo ah"

"Trus kalau gue udah tau lo mau ngapain?"

"Kita masuk ke kelasnya mereka diem diem pas mereka olahraga. Oke?"

"Mau ngapainnnn? Ihhh ogah banget deh. Lo mau maling ya fi ya allah duit jajan lo kurang apa gimana?"

"Emang lo fikir muka gue ada tampang maling?! Gue juga masih mampu kali. Gue mau ngasih dia coklat"

"Nyampe segitunya amat sih fi sama dia?"

"Iyalah gue kan lagi jadi penggemar rahasia sa gimana sih lo ah"

"Tau ah bodo"

"Reksaaaaa pleaseeee......"

"Oke oke gue tanyain temen gue ntar"

"Oke cabut yuk balik udah sore juga. Lo gak bosen apa ngeliat soal ekonomi mulu"

"Engga. Gue suka sama pelajaran ini masalahnya"

"Udah ayo pulang Reksaaaaaaaa. Udah capeeee" reksa pun membereskan buku dan menggandeng fiyana keluar perpustakaan

Aku masih memandang buku UN ku, tapi tak ada satupun yang ku isi dan hampir seluruh buku penuh dengan nama Rifqi, ahhhh dia lagi.

Aku mengambil handphone ku, ku coba menelpon Reksa

Gimana sa?

Apanya yang gimana?

Ih dia olahraganya hari apa

Besok

Jam?

Abis istirahat pertama

Oke ntar bantuin gue ya

Hmm

I love you sa...... bye saaa

Iya bye fi

Hey Mr. AirplaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang