Tier 0: The Countdown

16 1 0
                                    

Kami duduk di depan minimarket setelahe membeli snack dan titipan crew yang lain.

"Kemana aja kamu cuk? Mamamu nyari kamu terus, aku di terror terus ini sama mamamu."

"Hahaha muupin yaa, aku ada masalah di kuliah, daripada aku bikin mreka malu, mending ngilang ajah."

"Gila kamu. Terus apa yang mau kamu bicarain?"

"Ini...aku dapet tawaran...soal balapan dan mobil tadi termasuk modal. Kita kan dari kecil udah sama sama jadi car freak jadi mungkin kamu mau join."

"Apa untungnya buat aku?"

"Tentu duit, mobil, respect."

"Dan lalu? Setelah itu?"

"Yaa kita balapaan teruuss"

"Nggak cuk, maaf aku gabisa, ini terlalu riskan buatku."

"What? Like...seriously? Is this the real you? C'mon...Okta yang aku tau gak kayak gini."

"Gabisa gas..."

"Kenapa coba? Dulu kita cuma pake mobil orang tua yang notabene mobil keluarga bisa ngalahin mobil yang mesinnya uda di modifikasi. Skillmu itu mumpuni, daripada kamu cuma duduk diem nulis laporan apalah itu. Mending buat megang setir kemudi tau nggak."

Dia terdiam.

"Okeh, kalo kamu emang gamau bantu ga masalah, gamau cari duit dengan cara yang udah pasti kamu bisa dan kuasi juga gamasalah. Aku pergi. Ini alamat kalo kamu tau tau berubah pikiran."
Aku meninggalkan secarik kertas di meja dan kembali ke basecamp.

Hari itu aku lumayan kesal, aku meminta Jeremy untuk membantuku mengotak atik Toyota 86 ini. Mesin kami setel ulang, kami tambahkan turbo dan intercooler, bagian intake kami ubah, ban, transmisi, suspensi, kami pangkas segala yang menurut kami tidak perlu dalam mobil supaya bobot menjadi ringan. Semalaman kami tidak tidur karena setelah Toyota 86 selesai, Tya yang memilih Fiat Abarth juga ingin di rombak performanya.

Keesokan harinya teman Jeremy datang. Namanya Kaiflen, dia satu jurusan dengan Jeremy sewaktu di sekolah menengah kejuruan swasta.

"Namaku Kaiflen, aku paling menonjol di drag racing sewaktu skolah. Jadi mohon bantuannya."

"Harusnya kami yang bilang gitu hehe." Sahut Tyaa.

"Okeh, ada VW gold, BMW M2, dan Mini Cooper, you choose yang mana ajah. Btw aku Bhagas...welcome to Trofeo Booms, brother."

"Ahh kamu ketuanya? Jeremy bilang ke aku soal kamu, katanya kamu jago otak atik mesin juga. Oke aku pilih VW."

Lalu seseorang yang tak disangka datang, iyap..Okta.. dia memarkir motornya dan masuk begitu saja menghampiriku.

"Jadi ini basecampmu? Gede juga."

"Uhum, jadi kami trima tawaranku?"

"It depends..kamu bisa menang lawan aku ato nggak."

"Nantang nih?"

"Gausah kakean nyangkem cuk, ayo wes ndang dicoba" (gausah kebanyakan ngomong, ayo cepet dicoba.)

"Tinggal BMW sama Mini, pilih mana?"

"Mini uda cukup buat ngalahin 86mu."

Kami mengeluarkan kedua mobil kami. Rute yang kami lewati adalah sekitaran Distik Hero M.S. start berawal dari bundaran Tol satelit, lurus melewati jalan raya Hero M.S. terus hingga sampai ujung jalan raya, putar balik di dekat dealer Porsche, lalu finish di bundaran Tol satelit.

Start point ada di traffic light bundaran. Begitu lampu hijau menyala, decitan ban dan deru mesin mobil pun menghiasi siang itu. Aku akui Okta lebih berpengalaman, tapi aku yakin bahwa semua teori yang ku pelajari sedari SMP bisa membantu sedikit.

Sedari start mini cooper berada di depan, aku dengan tenang coba mengikuti. Balapan di jalanan umum memanglah susah, kami harus selalu menerobos lampu merah yang sebenarnya nyaris mustahil di Indonesia. Okta dan Mini coopernya masih memimpin sampai di u-turn di depan dealer porsche. Dari sini aku mencoba menyalipnya dari dalam, dan tetap tidak berhasil.

Pada separuh jalan kembali, jalanan lebih lenggang, toyota 86ku yang memilik akselerasi lebih tinggi diuntungkan dengan jalanan lurus dan lenggangnya lalu lintas. Jarak tinggal 400m, selisih antara aku dan Okta semakin tipis, speedometer hampir menyentuh redline. Disini merupakan taruhan paling penting bagiku, jika aku tidak mengganti gigi ke atas kemungkinan mesinku akan panas dan mati, walau kecil kemungkinannya aku bisa memenangkan dengan cara ini. Atau aku menambah gigi ke atas lihat apa yang terjadi, apakah akan terjadi kesenggangan pada saat naik gigi atau aku bisa mengimbangi dengan menginjak gas dengan catatan powernya mencukupi.

Pada akhirnya aku tidak memindahkan gigi, mesinku panas dan mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada akhirnya aku tidak memindahkan gigi, mesinku panas dan mati. Tepat saat melewati finish dan membuat jarak hanya seruas jari tangan di depan mobil Okta. Iya aku menang, dan dengan senang hati Okta bergabung dengan crew kami.

"Cuuukk!!! Aku menaaang cuukkk hahaha"

"Asu (anjing) aku kalaaahhh, tinggal duikiitttt."

"Janji tetep janji yaa cuukk!"

"Oke oke aku join crewmu."

Lalu terdengar suara sirine dari kejauhan, aksi kami mengundang perhatian polisi. Berhubung toyota 86ku tidak bisa dijalankan, kami menariknya dengan tali menggunakan Fiat milik Tya lalu menghilang menuju basecamp.

Sesampai di basecamp, Jeremy dan Kaiflen memperbaiki mobilku. Banyak part yang gosong gara gara aksi yoloku tadi.

"Gilaa gas...baut ajah bisa leleh ini."

"Hahaha maaf."

Ditengah perbaikan, tiba tiba Tya berlari keluar.

"Guuyyss anggota kita lengkaapp!!" Teriak Tya dari luar basecamp seraya masuk ke dalam bersama 1 pria lainnya.

"Kenalin ini Azhaar, temenku dulu waktu SMA dia jagooo...."

"HUWAAAAA ALL NEW BMW M2 CÓUPE!!" Teriak pria yang di bawa Tya tadi. Dia lari menuju bmw yang terparkir seperti anak kecil melihat mainan barunya.

"INI BARUUUU AAAA AKU MAU INII...eh...sorry namaku Azhar, aku ditawari Tya buat ikutan crew ini, dia bilang bakal ada BMW, tapi aku gatau kalo model baru banget yang ada disini. Ahahaha mohon bimbingannya."

"Ehh..iyaa selamat bergabung, mohon bantuannya...."

Crew kami pun lengkap dan kami siap untuk menuju CSR cup minggu depan.

Over RevTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang