Bel pelajaran usai berbunyi. Aku sudah menunggu Leo di depan kelasnya. Aku akan membujuknya untuk mau dioperasi.
"Lee jangan pulang dulu ikut aku!" aku menarik tangannya dan pergi dari depan kelas.
"ada apa lagi? kamu gak tahu aku baru saja ke luar dari rumah sakit kemarin, aku harus banyak istirahat."
"Lee please kamu harus menjalankan operasi itu. Aku sudah bilang dari dulu apapun resikonya kamu harus jalanin." wajah Leo mulai berubah sinis.
"kamu enak tinggal ngomong aja. Aku harus berjuang menjalani itu, t*lol! Dan kalau aku gak sanggup terus mati di meja operasi gimana? Betapa sedihnya Mama dan Papa dan yang lain." katanya dengan nada sebal."aku tahu itu. Aku tahu. Tapi setidaknya buat Mama kamu senang, dia yang meminta agar aku mau membujukmu untuk melakukan operasi itu. Jika kamu tidak mau ya sudahlah itu terserahmu. Hidupmu yang menentukan adalah kamu bukan aku bukan Papa dan Mama kamu. Ini hidupmu. Aku hanya memberitahu kalau operasi ini sangat penting untuk kamu dan kedua orangtuamu. Jika aku yang jadi kamu operasi apa pun akan aku lakukan demi mereka bisa melihatku tetap berada di dekat mereka meskipun hanya sebentar."
Aku menelan ludah dan melanjutkan pembicaraanku. "pikirkan itu. Ini hidupmu. Aku tidak bisa memaksa. Kalau kamu tidak mau ya sudahlah, toh itu kehidupanmu."
Leo hanya diam melongo. "apakah Papa dan teman sekelasku peduli denganku jika aku mati? Sewaktu aku tidak sakit saja Papa jarang menemaniku, sejak Papa tahu kalau aku kena kanker otak dan sudah stadium 2 pada saat itu, Papa sering menemaniku dan terkadang cuti beberapa hari. Sewaktu sehat saja dia sibuk dengan pekerjaannya.""sesibuknya Papamu dia tetap seorang Papa yang membanting tulang demi keluarga mencari nafkah, dan mencintai keluarganya meskipun jarang bertemu karena sibuk bekerja. Om Han sebenarnya sayang sama kamu, dia selalu berkata padaku 'jadilah teman yang baik untuk Leo, buat dia bahagia. Kalau Leo sedih hibur dia. Karena Om sibuk dengan pekerjaan Om hanya kamu yang bisa Om andalkan' dia sebenarnya care sama kamu namun karena harus mencari nafkah agar kamu bisa bersekolah dengan layak."
"apa benar itu? Kamu pasti bohong demi aku bahagia iya kan?" benar-benar kepala batu.
"tidak aku tidak bohong sama kamu. Kalau kamu perlu bukti tanya saja sama om Han." aku langsung pergi tak ku hiraukan Leo yang masih berdiri terpaku.Seminggu kemudian aku mendapat berita kalau Leo mau dioperasi. Operasinya dilaksanakan 3 minggu lagi. Sekarang sudah waktunya Leo menjalankan operasi. Aku menemaninya sebelum dibawa ke ruang operasi. Sikap Leo yang dulu mulai muncul kembali. Kami bercanda tawa hingga suster datang untuk membawa Leo ke ruang operasi. "Lee jangan pergi! Berjanjilah kamu akan berjuang di operasi ini. Jangan pergi!" Leo sudah dibawa ke ruang operasi. Aku hanya bisa berdoa agar operasinya lancar.