Leo meninggal dua tahun setelah operasinya berjalan lancar. Hari ini adalah hari di mana dia dikebumikan. Aku melihat jasad Leo di tanam di bawah tanah dari kejauhan. Om Handoko juga hanya melihat dari ke jauhan bersamaku. "oh iya Ray Om lupa ini dari Leo. Kenapa kamu tidak mendekat?" katanya sambil menyodorkan amplop.
"Om juga kenapa gak mendekat?" aku kembali bertanya. "karena ini terakhir kalinya Om melihat dia. Om tahu dia tidak mau kalau Om sedih karena kematiannya. Lebih baik Om di sini."
"Leo akan lebih sedih kalau seorang Papa yang disayangnya tidak melihat dari dekat. Kalau Ray cukup melihat dari sini saja, dia pasti tahu kalau aku sudah datang. Dia akan sedih jika melihatku mendekati dia.""kenapa begitu?"
"karena sewaktu dia sakit dia berkata, 'aku sengaja menghindarimu agar kamu tidak merasa kehilangan sewaktu aku pergi dan tak kembali' ketika dia berkata seperti itu aku memarahinya tapi aku tetap merasa kehilangan seorang teman dan saudara yang ku sayang."
"kalau itu yang dimau oleh Leo saya ke sana dulu, Om tinggal ya. Oh iya baca surat yang ada di dalam amplop itu. Itu dari Leo." aku hanya mengangguk. Om Handoko pergi mendekat ke tempat pemakaman.Aku membuka amplop itu. Surat itu bertuliskan: to Ray
"Ketika kamu membaca ini mungkin aku sudah tidak ada di dunia ini. Oh iya jangan lupa sembuhkan penyakit ikut campurmu itu. Maafkan aku tidak memberitahu kalau aku punya sakit kanker otak, aku malah berbohong kalau aku hanya masuk angin. Aku sangat berterima kasih kamu rela melakukan apa pun agar aku mau dioperasi. Aku sudah berusaha berjuang mempertahankan hidup namun akhirnya ajal menjemputku." Aku melihat tinta yang memudar karena air mata, pasti Leo sedang menangis saat menulis ini."P.s. Jangan menjadikan masalah kalau orang-orang yang aku tinggal itu sedih dan kehilangan aku. Ingat Ray waktu terus berjalan, aku sudah mati dan kamu masih hidup. Tak perlu terikat masa lalu. Kalau kamu merasa kehilangan aku kamu boleh melupakan aku, biar aku saja yang mengingatmu sebagai saudara dan teman yang baik. Itu lebih dari cukup untukku." Aku jatuh terduduk di tanah, lalu menutupi wajahku, aku mencoba menahan air mata yang sudah hampir tak terbendung lagi.
"jujur aku merasa kehilanganmu Lee. Aku tak akan melupakanmu Lee gak akan." Air mataku mulai menetes. Akhirnya untuk kesekian lama setelah aku dewasa aku menangis. Menangisi kepergian saudara kesayanganku ini. Aku bersumpah tidak akan pernah membiarkan kenangan tentang Leo hilang begitu saja tanpa membekas sedikit pun.
Trima ksih yg sudah mau baca jgn lupa vote ya :)