.
Dulu, aku adalah anak perempuan baik-baik yang selalu menuruti perkataan orangtua, anak manis yang akan kau cubit gemas karena kepolosannya. Dulu, aku anak perempuan yang mengikuti peraturan, jarang melakukan pelanggaran—sekecil apapun itu. Dulu aku sangat gemar membaca, setumpuk buku berwarna-warni kisah putri kerajaan selalu menjadi koleksi favoritku.
Kuulang lagi.
Ya. Tentu saja. Dulu.
Aku benci menjadi anak yang terkekang, aku lelah menjadi anak bodoh yang harus mengiyakan perkataan orang tua. Mengikuti peraturan? Untuk apa—peraturan dibuat untuk dilanggar, sayang. Do what you want, tendanglah orang yang menghalangi kemauannmu untuk bertingkah. Hey lihat aku, aku bebas, aku leluasa dengan apa yang ada pada diriku sekarang. Tunjukkan pada dunia bahwa tidak seorang pun dapat menekanmu dengan ocehan mereka. Acuhkan! Mereka membicarakanmu dari belakang karena apa? Karena kau berada didepan mereka.
Kisahku memang bukanlah seperti dongeng-dongeng picisan yang menjadi khayalan kaum wanita. Jangan ditanya, hidupku sudah hancur, melebur berantakan. Tak ada yang harus kuceritaan dengan wajah berseri kepada teman-teman, dan hey—memangnya aku mempunyai teman? Sahabat? Kurasa tidak. Tentu saja ada, tapi hanya bisa dihitung memakai jari saja.
Aku cukup seperti ini, tak apa sendirian, tak mengapa jika orang-orang menghakimi.
"Carmen?"
Seperti ini saja aku sudah bahagia, ada seseorang yang selalu akan berada disampingku, setidaknya jika aku berada disampingnya aku merasa hidupku sudah lebih dari sempurna. Setidaknya jika ada dia aku merasa tahu apa arti hidup.
"Lagi ngapain?" suaranya mendekat, dari sini aku sudah mengetahui Adam akan menerjang toples kue ku di nakas, segera aku melindungi toples kaca itu dalam pelukanku, ia menyebikkan bibir lucu. "Pelit ah," Aku terkekeh lalu menjulurkan lidah.
"Mau ngapain disini?" Aku bertanya, kembali mengalih atensi pada benda segiempat digenggamanku. Tak ada hal yang spesial, hanya mengecek akun jejaring sosial.
"Gue tidur disini ya nanti malem." Aku menghentikan scrolling, lalu menatapnya bingung, tak sadar bahwa toples cookiesku sudah berpindah kuasa. Senang 'sih, hanya saja apa yang dipikirannya jika satu anak adam dan satu anak hawa berada di satu kamar yang sama. "Gak bakal gua apa-apain deh, suer." Jadi dia sudah memikirkan yang kesana juga? Oh astaga, aku semakin curiga.
"Beliin gua martabak telor dulu baru gua bolehin," Aku menyeringai, wajahnya berubah pucat namun kembali untuk menghela napas dan mengangguk setuju. Aku bertepuk tangan senang.
"Gua beliin tapi pas balik, lu jangan molor ya." Mengangkat bahu untuk membalasnya, Adam mengacak-acak rambut granny-ku lalu keluar dari kamar, suara bedebum dari pintu lantas membuatku bertekad menyambar laptop. Layar desktop menyambut, aku membuka youtube dan mencari segala hiburan disana>
Ah, Try Not To Laugh Or Grinning sepertinya akan membuatku terkencing-kencing malam ini.
Drrzt!
Aku menatap layar ponselku tajam lalu beralih pada jam. Pukul sepuluh malam, siapa yang mengirim pesan pada malam-malam begini. Teman? Mimpi saja.
Mike: Lagi ngapain mba? Ganggu ga?
Jangan ditanya, bodoh.
Carmen: Ganggu
Mike: Woles ah jangan sensian, sayang [Read]
Mike: Ah jangan read doang, canda Car
Carmen: Candaan lu garing njing
Mike: Coba liat keluar ada siapa
Bercanda ya dia?
Carmen: Sok banget mau jadi cowok secret mati aja lu eek
"Carmen!" Sial, seribu sial. Mau apa dia dateng kesini, Mike tolol yang anehnya pintar itu berarti ada didepan rumah? Astaga, izinkan aku menggantung diri sekarang, Tuhan. "Keluar buruan!" Suaranya mengiang ditelingaku. Mike bodoh, ngapain dia ada disini, Adam akan sangat marah jika mengetahuinya.
Aku berlari menuruni tangga lalu membuka pintu, Untungnya Bibi sudah pulang sejak sore tadi, aku bisa semena mena dirumahku sendiri.
"Lo ngapain njing?" Aku segera mendampratnya dengan kata-kata tajam, jika beruntung dia akan pergi angat kaki dari depan halaman rumahku sekarang juga. Sebaliknya, dia menyeringai melihatku.
"Gapapa 'sih, worth it juga ngeliat lu jam segini pake hotpants." Mata birunya mengilat intens, aku menendang tulang keringnya keras-keras. Mata jahanam, kususuk kau baru tahu rasa. "Aku satu jam lho dari rumah kesini cuman mau ngeliat kamu," sunggingan kecil itu terlihat, aku menyebik jijik mendengar tutur manis dari bibirnya.
"Gua kan nggak nyuruh lu kesini,"
"Tapi gua kan mau ngeliat elu,"
Terserahlah, apa mau dia saja. Aku lelah, mana martabak telur yang dijanjikan Adam tadi? Seberapa jauh memangnya harus sebegini lamanya menunggu. Ditambah lagi ada bule nyasar kerumah, hidupku harus didasari dengan kesabaran ternyata. Aku melirik Mike yang setia berdiri dihadapanku masih dengan senyumnya, aku menghela napas kasar.
"Pulang sono." ucapku datar hendak berbalik.
Mike tertawa kecil lalu mengangguk, "Titip salam ke Adam ya!"
Cari mati dia ya? Ada juga keesokan harinya dia kan masuk ruang UGD karena tahu adik satu-satunya ini dihampiri oleh satu dari sekian berandal sekolah. Untuk bendera kedamaianku sendiri, aku melenggang masuk kedalam rumah, menoleh kembali dari bilik pintu untuk memastikan dia benar-benar sudah pulang. Yep, motor dan wajahnya sudah hangus diterpa angin. Bagus, aku bisa kembali ke kamar dan istirahat.
Tiin!
Suara klakson mobil mengejutkanku, seseorang daribalik kaca hitam terbuka, menampakkan senyum bergigi yang membuatku senang tak karuan. Pemuda itu mengangkat sekantong plastik didalamnya.
Akhirnya, martabak telurku.
.::.
"Tadi kayaknya gua liat ada motor deh dari arah jalan kita." Suara televisi sudah menjadi angan, tatapan ku mengarah padanya.
Sial. "Ah masa sih, emang kenapa?" Berpura-pura, aku mengganti ke channel berikutnya.
Dia mengangkat bahu santai, "Gapapa sih, siapa tau aja dia temen lu atau apa." Tunggu dulu, apa dia tahu? Astaga aku akan menjadi lemper hari ini.
"Yakali gua punya temen, Dam." Aku menggeleng cepat-cepat. Matanya menyipit curiga, aku mendengus melihatnya. "Ih apaansi, sana lu ah tidur dikamar sendiri."
Adam memutar bola matanya menjengkelkan, "Kan gua bilang siapa tahu."
"Jangan baper dong...." ucapnya sambil melahap martabak terakhir di kardus.
Aku mengambil selimut cepat-cepat lalu menutupi seluruh tubuh. Biar saja dia yang mematikan tv dan membereskan semuanya, detak jantungku sduah diluar batas perkiraan.
.
.
.
.
TO BE CONTINUED
HEEEEEEEEY, maaf telat update yooo, selain laptop ue gabisa connected ke wi-fi, tugas harian dan ulangan gue numpuk banyak banget. guapunya banyak hal yang dipikirin buat ide selanjutnya. untuk supportnya klik tombol bintang! jangan lupa comment juga ya. segala kritik dan saran sellau diterima dengan lapang dadaaaaa.
Sign-Skycratchx
KAMU SEDANG MEMBACA
Tweè Rebelious
Teen FictionAdam Ghiffari Putra sudah berpegang janji teguh kepada dirinya sendiri untuk menjaga dari siapapun-apapun--yang akan membuat adiknya terluka setelah insiden lima tahun yang lampau. Awalnya semua baik-baik saja, Adam bisa mengatasi semuanya dengan te...