-
"Hoi! Mau istirahat bareng gue?" setelah bel istirahat selesai berbunyi. Fay menghampiri Dion, kemudian menepuk bahunya.
"Ah, boleh." Dion mengangguk kalem kemudian segera berdiri.
"Gue ikut, ya... kalau cuma lo berdua, kayak homoan," tiba-tiba Ditya merangkul Fay dari belakang.
"Siplah,"
-
-
-
Di UKS, Yaka, masih dengan headset terpasang di telinganya, tertidur dengan pulasnya. Sudah lima menit berlalu setelah bel istirahat berbunyi.
Ketika Yaka masih tertidur, Bu Yanti masuk ke dalam ruangan. Ketika melihat seseorang tertidur di salah satu ranjang, ia segera mendekatinya.
"Nak, bangun..." Bu Yanti menepuk-nepuk kaki Yaka pelan. Merasakan sentuhan halus Bu Yanti, Yaka menggeliat terbangunkan. Perlahan dibukanya matanya.
"Ah! Ibu,"
"Udah waktu istirahat, kamu gak ke kantin?" tanya Bu Yanti sembari duduk di pinggir ranjang.
"Udah istirahat? Ah, kalau gitu saya pergi aja, deh, Bu... perut saya udah mendingan," ujar Yaka buru-buru. Bu Yanti mengangguk kemudian segera menuju mejanya.
Yaka segera keluar dari UKS. Setelah menutup pintu dengan pelan, ia segera berbalik bermaksud untuk kembali ke kelas. Namun, ketika ia berbalik, seorang murid cowok menabraknya.
Kacamatanya dengan segera jatuh terlepas. Reno, cowok yang menabraknya, buru-buru membungkuk memungut kacamata Yaka. Ketika hendak menyerahkannya, ia terpana begitu melihat wajah Yaka tanpa kacamata. Beberapa detik tak ada yang berbicara, begitu pun teman Reno.
"Makasih," Yaka yang tersadar, segera mengambil kacamatanya di tangan Reno dan segera memakainya kemudian pergi.
"Bidadari jatuh, Ren..." Dimas bergumama sambil tersenyu
"Paan, sih, lo, Dim..." Reno menjitak kepala Dimas. Kemudian segera pergi.
Namun, matanya terus menoleh ke belakang mencari-cari sosok Yaka.
Gila. Cantik banget.
-
-
-
"Eh, denger-denger lo pintar basket?" tanya Ditya tiba-tiba.
"Hem? Ya, lumayan. Gue pernah ikutan tim basket di sekolah lama gue." Jawab Dion sambil menggulung mie pangsitnya.
"Ooo... Lo makannya gimana? Masker lo lepas aja kali..." Fay menatap aneh, Dion yang sedari tadi hanya memainkan mie pangsitnya.
"Lo sakit? Sampe pake masker segala?" tanya Ditya.
"Gak. Gue gak sakit." Dion menggeleng. Perlahan dibukanya masker itu. Dan saat itu pula kantin tiba-tiba sepi.
"Muka lo..." Fay tercengang begitu melihat muka Dion tanpa masker.
"Jangan-jangan lo Dika Jayastri?"
"Memang," jawab Dika datar.
Satu kata yang mampu mencengangkan seluruh isi kantin. Bukannya ribut, suasana kantin jadi lebih hening dari pada kuburan. Semua diam membeku kecuali Ditya yang tetap asyik menyeruput jus jeruknya sambil memainkan hpnya.
"Gue udah selesai, balik, yuk?" Dika mengajak Fay dan Ditya untuk kembali ke kelas.
"Yuk." Ditya segera berdiri, sementara Fay masih membeku di kursinya. "Fay gimana?" tanya Dika.
![](https://img.wattpad.com/cover/59675842-288-k471029.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
RomanceAku dan kamu. Kita. Bagaikan magnet. Saling bertolak belakang tetapi dapat bersatu. Tanpamu, aku bagaikan mawar tak berbunga. Indah di kata, buruk dilihat. Kau satu-satunya alasanku untuk tetap hidup. Demi memberikanmu sedikit kenangan sebelum kita...