Rain

1.1K 86 12
                                    

Taeyeon POV

Sekarang, setelah 4 tahun berlalu.. hati ini sungguh terasa kosong tanpamu.. hatiku yang dulu bertekad bisa bertahan tanpamu kini sirnah tergantikan rasa sakit yang menggrogotiku hingga sekarang. Andai kau tau itu..
Aku melangkah keluar dari bandara Internasional Incheon. Hari ini adalah hari pertama aku kembali ke Korea setelah 4 tahun menimba ilmu di negeri orang. Kulangkahkan kakiku dengan lunglai.
Sepi..
Iya, karena aku tidak memberitahu kepulanganku kepada orang tuaku dan juga.. tidak ada seseorang yang sangat kucintai yang menyambutku dibandara seperti yang sering menjadi angan-anganku ketika aku pulang ke korea. Kubuka kaca mata hitam yang menutupi mataku yang mempunyai kantung mata yang tebal. Aku mendongak kearah langit.
Musim gugur..
Hatiku mencelos kembali saat mengingat musim ini.. dimana kisahku dengannya berakhir di musim ini. Aku tersenyum miris lalu menatap lurus dan kembali berjalan.
Pastinya kau sekarang bahagia fany-ah.. itu pasti.. aku berharap kau bahagia. Itulah kalimat yang berulang kali kuucapkan dalam hati saat aku mengingatnya. Iya, aku memang seperti orang bodoh karena memikirkan dirinya kembali meski aku tahu. aku sudah menyakitinya.. tapi disini aku juga terasakiti bodoh!!
Langkahku berhenti didepan sebuah rumah yang sudah usang dan lama tidak terawat. Aku menatap pintu rumah yang di cat berwarna cokelat yang sudah pudar dimakan usia itu dan aku melangkah menuju pintu tersebut. Kubalikkan badanku membelakangi pintu tersebut dan menatap jalan setapak yang samar-samar masih kuingat sampai sekarang.
Aku mengeratkan syal biruku ketika angin bertiup kencang. Aku mendongak keatas. Kulihat langit mulai gelap. Aku tersenyum melihat hal itu, karena sebentar lagi akan turun hujan. Iya, dan benar saja itu semua terjadi. Kenangan memori itu terasa sangat nyata ketika aku melihat jalanan setapak yang mulai tergenang air. Aku benci hujan tapi aku mencintai hujan karenamu..
Jalan kosong kelabu terasa terlalu jelas, batinku. Aku mulai mengambil payungku dari tas ransel yang aku kenakan. Kutatap payung berwarna biru pudar. Payung ini.. meski kecil dan tidak cukup untuk diriku yang sekarang tumbuh dewasa tapi aku tidak perduli. Aku buka payung tersebut dan mulai berjalan. Menerobos hujan yang lebat disertai angin yang tidak begitu kencang dengan payung usang tersebut.
Aku terus melangkah mengikuti jejak langkah kakiku saat itu yang mustahil kelihatan tapi berkat ingatan yang melekat jelas dikepalaku aku bisa mengingatnya dengan jelas dan begitu nyata. Kuhentikan langkahku ditempat itu. Dimana dulu aku mendengar sebuah teriakan dirinya. Aku mengangkat sedikit payung biru itu dan menatap jalanan kosong yang tergenang air. Aku terus menatapnya lama, membayangkan dirinya hadir disana sambil tersenyum dan mendongak keatas membiarkan wajahnya diguyur hujan. Aku tersenyum miris saat tidak ada siapa-siapa disana..
Kenangan turun saat hujan, menyebarkan rasa sakit ini muncul lagi.. melihatmu yang kebasahan. Yang jelas di saat itu, basah dengan kenangan. Lalu aku memikirkanmu saat kau begitu nampak indah di tengah hujan. Senyuman itu.. sebagai reaksinya hatiku kembali dibuat ngilu akan kenangan itu. Disaat pertemuan pertama aku dan dirinya yang membuat hatiku bergetar untukkunya.
Aku membuang begitu saja payung biru yang kugenggam dan tak terasa air mataku mengalir bercampur bersama air hujan. Kubiarkan seluruh pakaian yang kukenakan basah kuyup. Perlahan dengan langkah tertatih aku berjalan menuju tempat dimana saat itu dia berjongkok karena takut petir.
GLLAARR..
Petir itu.. suara petir itu. Aku pun mendongak keatas memejamkan mataku, membiarkan air hujan dengan keras menghujam wajahku lalu aku membentakkan kedua tanganku. Sama seperti apa yang dilakukannya waktu itu. Setelah beberapa menit terdiam dalam posisi tersebut, aku menatap lurus kedepan dan kubuka kedua mataku.
Masih hujan.. tidak berhenti..
Kepalaku mulai terasa pening dan aku hampir saja terhuyung ketika sebuah tangan dengan sigap memegangiku. Pandanganku seketika menjadi buyar.
Bodoh! Bodohnya kau!! Inilah yang kubenci dari hujan, hujan bisa membuatku jatuh sakit.. dan juga sakit mengenangmu, tiffany hwang!! Makiku dalam hati.
Samar-samar aku lihat seseorang gadis membantuku berdiri dan memayungiku dengan payung warna merah muda.
Tunggu!! Merah muda? Apa ini adalah mimpi? Tapi.. aaghhh... kepalaku sungguh pening. Aku merutuki diriku yang gampang sekali jatuh sakit dan lemah.
Kurasakan pelukkan hangat pada tubuhku dan dia membantuku untuk berjalan kesebuah gazebo untuk berteduh. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas meski aku sudah menoleh kearahnya. Kubisa rasakan dia tersenyum hangat kearahku. Seperti senyuman yang sudah lama tidak aku lihat. Senyuman yang selama ini kurindukan.
Setelah kami sampai di gazebo itu. Dengan gerakan tubuhnya dia menyuruhku untuk duduk tanpa berkata sepatah kata pun. aku memijat pelipis dan beberapa menit kami terdiam dengan suasana canggung seperti itu sampai aku mendengar suara klakson mobil.
Aku mendongak dan menatap wanita yang aku ketahui itu eomma-ku berlari sambil membawa payung kearahku. Dia langsung memelukku. Aku dibuat semakin bingung oleh suasana ini. Seketika aku teringat akan gadis yang menolongku tadi. Tapi ketika aku menoleh gadis itu sudah tidak ada. Hanya samar-samar jejak sepatu yang basah yang bisa aku lihat pada lantai keramik gazebo tersebut.
Apa ini mimpi? Ucapku sekali lagi dalam hati sebelum eomma membawaku masuk kedalam mobil dan membawaku pulang kerumah.
Diperjalanan aku masih tetap saja terdiam dan tersenyum lesu ketika dia bertanya apa yang kulakukan ditengah hujan yang lebat seperti ini. Aku menatap jalanan yang tergenang air dari balik kaca mobil dengan bosan. Aku juga masih enggan untuk menceritakan semuanya pada wanita disampingku ini. Dan aku juga masih bingung, kenapa eomma bisa tahu jika aku berada ditempat itu tapi aku mengenyahkan pikiran tersebut.
Sakit.. iya hatiku kembali sakit lagi.. setelah aku melupakan sejenak tentangmu tapi sungguh.. aku tetap tidak bisa dan aku waktu itu sungguh sangat menyesal karena mengucapkan selamat tinggal kepadamu yang nyatanya tidak bisa kurelakan dihatiku ini.

***

Setelah seminggu berlalu sejak kejadian tersebut. Aku lebih memilih mengurung diri dikamarku dan ruang kerjaku. Dan sekarang aku lebih suka memilih memindahkan pekerjaanku dirumah karena kondisi kesehatanku belum membaik juga.
Kueratkan sweater putih yang kukenakan. Lalu aku berjalan menuju balkon yang langsung menghubungkan sebuah taman kecil dengan kamarku. Langkahku berhenti didepan pintu balkon yang terbuat dari kaca yang memperlihatkan langsung pada taman dengan jelas.
Hujan..
Malam ini hujan turun membuat malamku yang sepi menjadi sedikit lebih terisi dengan suara dari gemuruh air hujan. Ku buka pintu balkon dan kemurungan hujan jatuh di dua telapak tanganku. Mengisi bersama kesepian yang tertumpah ke dalam hatiku.
Malam ini aku merindukanmu untuk beberapa alasan. Air mata yang mengalir mengenangmu di hatiku. Kenangan turun saat hujan, menyebarkan rasa sakit ini terulang lagi. Saat melihatmu kebasahan menungguku. Yang jelas di saat itu, basah dengan kenangan kita. Tapi saat itu kau nampak indah di tengah hujan. Tak terasa air mataku kembali lagi mengalir dan dengan terburu-buru aku langsung mengusap kasar air mataku itu lalu kembali masuk kedalam sebelum hujan membasahi tubuhku lagi.
Bahkan musim cerah yang panjang bersama salju memudar dalam album foto usang yang kupegang sekarang. Aku berjalan kearah sofa yang tidak terlalu besar lalu duduk disana. Membuka lembar demi lembaran foto kita sewaktu senyummu masih secerah cahaya yang menyinari hidupku dan pelukkan hangatmu yang sehangat mentari dipagi hari.
Malam ini ku merenung lebih dalam tentangmu, janji tak bisa melupakanmu seutuhnya. Pelukkan hangatmu, aku hanya bisa mengucapkan selamat tinggal pada itu semua.
Kau sinar cahayaku dalam duniaku yang hitam dan putih. Kau seperti pelangi disaat hujan datang padaku lalu kau datang dan bersinar jiwaku. Tiffany hwang.. selama ini aku sudah banyak menulis lagu tentangmu. Semua tentang perasaanku padamu yang kutumpahkan semua di banyak sekali lagu yang membuatku terkenal sekarang ini.
Teringat dengan jelas kembali saat aku mulai mejamkan mata ini. Bisikan tenang di bawah payung, itu menyebar di sudut hatiku. Aku bisa mendengarmu..
Air hujan yang selama ini selalu menghibur hatiku yang hancur ini. Andaikan jika mereka bertanya tentang hariku. Aku akan menjawab, kenangan yang memudar dalam hujan adalah dirimu.. fany-ah.. tiffany hwang. Aku terdiam dengan posisi seperti itu, dimana aku berbaring disofa sambil memeluk album foto aku dan dirinya. Kupeluk erat album foto itu menyalurkan rindu yang kutahan stengah mati. Kubayangkan jika saat ini aku sedang memeluk dirinya.
Tak terasa malam berganti pagi. Ku buka mataku dan menatap langit-langit kamarku. Meskipun aku tidak bisa melupakanmu dan sangat mustahil jika aku berharap kau akan kembali lagi padaku tapi kehidupanku tetap berlanjut. Dan aku tahu itu.
Aku bangkit dari tidurku dan menaruh album foto itu disampingku lalu aku memejamkan sedikit mataku ketika silau dari cahaya menerpa wajahku. Aku menoleh kearah cahaya itu yang berasal dari jendela yang berada dibelakang sofa yang kududuki sekarang.
Tanpa berkata lagi aku bangkit dan berjalan kearah jendela tersebut. Kusimbakkan gorden yang menghalangi cahaya dari luar yang masuk. Ketika gorden tersebut terbuka dan kubuka jendela itu. Merasakan aroma rumput basah dipagi hari. Aku mendongak keatas dan menatap langit pagi ini sungguh cerah tapi tidak secerah hatiku.
Hujan sudah berlalu dan sekarang aku harus melanjutkan hidupku. Semalam, iya.. aku bermimpi dalam hujan.. bermimpi tentangmu lagi fany-ah.. dan perlahan aku akan menjalani sisa hidupku dengan terus mengenangmu. Dan hanya itulah cara satu-satunya yang membuatku bertahan sekarang.
Rain.. dreaming in the rain..

Painful MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang