:: adu ::

93 15 5
                                    


process — hukuman
- point of view: rana -
—————

sialnya, kata telat adalah nama tengahku. waktu aku balik ke lapangan, semua murid udah pada baris. alhasil, aku, cewek-cewek yang di toilet tadi, dan satu orang laki-laki, dipanggil sama salah satu senior di barisan belakang.

sengaja di taro di belakang, buat ngehukum siapa aja yang dateng telat.

"karena kalian telat ikut barisan, HEH!" aku terkejut mendengar kakak senior itu berteriak ke cewek-cewek itu. "berisik banget, sih! tuh congor bisa dibuang bentar gak?"

mereka cuman ngangguk lalu menunduk. HA. cemen.

"gue minta kalian semua lari kelilingin lapangan sampe pak kasim selesai pidato, gak ada tapi-tapian."

IDIH. APA-APAAN?

"di mulai dari sekarang!"

DKDHSJHSSJSH PENGEN PULANG AJA. AKU GAK KUAT.

maaf kalo kebanyak caps lock. aku bener-bener gak sudi buat keliling lapangan segede ini. dan keliatannya juga sengaja karena pak kasim pidatonya infinite.

tapi apa boleh buat, kita semua ngikutin apa yang di perintah si senior.

"LARI, BUKAN JOGGING! MAU CEPET SELESAI GAK?"

"mau, kak!"

mau gak mau aku lari. gapapa, sekalian olahraga gratis. sering-sering aja aku telat, badanku jadi atletis.

udah 4 putaran dan pak kasim belom selesai pidato. keliatan dari muka kita semua, udah kayak lari marathon surga-neraka.

tiba-tiba aja salah satu dari cewek-cewek itu berhenti berlari dan tergontai lemas di tanah lapangan, "kak! salsa mau pingsan, kak!" sahut temennya sih, kayak gitu.

"yaudah, bawa ke uks cepetan!"

dengan sigap, tiga orang dari geng yang baru di bikin hari ini tersebut, langsung menggotong temannya ke uks, mendahului jalur lariku. dalam sekejap, tubuhku mulai memanas karena salsa, tersenyum licik ke arahku.

aku cuma bisa berharap, semoga salsa disembuhkan dari segala macam penyakit. tapi tolong, ambil nyawanya sekarang juga. aku merasa terzhalimi.

dan akhirnya, cuma ada aku dan satu laki-laki yang menjalankan hukuman telat itu. kalo kalian nanya:

"ganteng, gak, ran?"

"dari keliatannya, bisa gue gebet, gak?"

aku sebut aja ciri-cirinya:

1. rambut klimis,
2. berkacamata tebal,
3. memakai seragam lengkap (langka/khusus untuk anak culun),
4. kulit pucat,
5. baju rapih di masukkin ala jojon.

masih mau di gebet?
gak papa, ambil aja. aku juga gak peduli.

setelah 12 putaran, akhirnya pak kasim berhenti berpidato. aku langsung tiduran di atas lapangan, bodo amat seragamku jadi kotor. tapi kenapa pipiku jadi basah dan dingin?

aku membuka mata dan menoleh ke samping. ternyata ada laki-laki tadi lagi nempel minuman isotonik di pipi kananku. "kotor," katanya.

"gapapa," balasku. aku langsung membuka dan meminum minuman itu. ah, segarnya. baik juga dia. "makasih."

dia cuman ngangguk dan duduk di sampingku, menekuk lututnya. wus. sepatunya mengkilat. banget. merasa di perhatikan, gerak gerik laki itu terlihat risih. aku pun membuang muka.

"g-gue na-naren." ucapnya tiba-tiba.
aku meliriknya, tersenyum kecil. "rana." balasku.

laki itu mengangguk lagi.

ku akui, ini terlalu canggung. aku benci.




***

470 words.

vomments bfr leaving?

process [lowercase]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang