:: patem ::

56 11 5
                                    

process - bertemu magira
- point of view: rana -
—————

nggak. nggak ada penunjukkan bakat lagi. kalo masih ada, aku gak mau ikut mos lagi seumur hidup. kalo bisa.

hari ini, selasa, mos kedua di mulai. semua anak berlarian liar dari kelasnya masing-masing menuju lapangan. iya, kemarin udah di bagiin kelasnya. kalo kalian nanya, aku kelas ipa x-3.

dan kalo kalian nanya lagi, ya, aku sekelas sama naren.

kalo gak nanya yaudah, gapapa.

"ra-rana! t-t-tu-tunggu!"

aku menoleh ke belakang, siapa lagi siswa sma garuda nusantara yang tau namaku, selain rama dan naren? tapi siapa lagi siswa sma garuda nusantara yang gagap?

cuma naren.

"hm?" aku males ngomong. maafin aku.

kemudian dia tersenyum kikuk, sedangkan aku memandangnya bingung. "ba-bareng, yuk."

oke. bisa di bilang dia satu-satunya temanku sekarang. jadi, "oke."

aku dan naren baris berdampingan karena baris cewek dan baris cowok berbeda. ya, okelah. seenggaknya, dia baik dan.... unik? tapi sayangnya dia banyak omong.

daritadi dia jelasin siapa aja kakak-kakak senior yang lagi ngomong di depan. tapi kok dia bisa kenal gitu, ya? jadi, aku nanya ke dia, "lo dukun, ya?"

tapi dia malah ketawa, dia bilang, "eng-enggak. gu-gue d-dulu smp di si-sini."

aku cuma ngangguk-ngangguk karena jawabannya. berarti dia kenal rama? tapi kenapa rama gak kenal dia? asudahlah, aku masih muda, gak mau banyak pikiran.

"lo bangsat, gi!"

tunggu, aku kenal suara itu. aku kenal. itu suara rama. aku tersentak lalu menoleh ke belakang.

"dari dulu gue udah coba gak kasar sama lo, tapi lo," tunjuk rama ke orang yang lagi senderan di pilar ujung koridor. "lo yang selalu ngungkit-ngungkit masalah itu!"

orang yang di tunjuk rama malah ketawa. memasukkan tangannya ke kantong celana. dia menyepelekan rama? tapi apa masalahnya?

"tuh, liat! sekarang malah lo kayak orang gak waras. lo mau gue masukin lo ke rumah sakit jiwa?" bentak rama. "kayak dia?" lanjutnya lagi.

aku liat cowok lawan bicara rama menegang. tubuhnya berubah kaku, wajahnya yang tadi santai berubah tegang. mengeluarkan tangan yang kulihat juga udah sedaritadi mengepal,

BUK!

dia langsung menonjok rama.

kuulang, dia menonjok rama!

gak ada yang boleh merusak wajah kakakku gitu aja. aku langsung pergi dari barisan dan lari ke koridor dimana rama dan orang brengsek itu berdiri.

ku pegang pundak rama biar dia gak sempoyongan. setelah aku pastikan dia bisa berdiri tegak, aku berjalan ke hadapan cowok brengsek itu. jujur, di situ aku udah gak bisa kontrol emosiku sendiri.

BUK!

dia memegang ujung bibirnya yang sedikit berdarah karena tonjokanku. dia melirikku dengan tatapan tajamnya. nyaliku semakin ciut, tapi ini demi rama.

dia menarik kerah seragamku, lalu mendorongku sampai punggungku menabrak jendela kelas. "lo bocah, gak ngerti apa-apa gak usah ikut campur!" bentaknya pas di depan mukaku.

aku dapat merasakan deru napasnya yang berat, menghantam mukaku. aku udah berusaha untuk mendorongnya pergi, tapi kekuatan cewek tetep aja kalah sama kekuatan cowok.

"kenapa diem?" tanyanya. aku membuang mukaku dari tatapannya. kalo kalian jadi aku, mungkin kalian udah mati cuma karena matanya. indah, tapi menyakitkan.

"gue gak suka lo nonjok orang seenaknya!" bentakku yang kudengar lemah dan memalukan. jika aku berkedip, mungkin air mataku akan turun.

dia mendecak, "oh, gitu?" dia memegang kedua pipiku dengan satu tangan dan menolehkan kepalaku secara paksa. "lo gak punya kaca di rumah?" lanjutnya.

aku memejamkan mata, takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. tapi aku rasa dia melepaskan tangannya dari pipiku. yang kudengar adalah suara pukulan. aku membuka mataku.

rama. dia menonjoknya.

tubuhku melemas. "kalo lo jantan, beraninya jangan sama cewek!" bentak rama. selama 16 tahun aku hidup dekat rama, tapi aku gak pernah ngeliat rama semarah ini.

cowok brengsek itu tersungkur dan segera berdiri, berjalan mendekati rama. "oh, sepertinya ada pahlawan kesiangan di sini. lo gak biasanya ngebela cewek, ram. dia yang ngisi hati lo sekarang?" bentaknya sambil menunjuk ke arahku.

bukan hanya brengsek, tapi dia juga bodoh! aku adiknya, tolol!

tepat sekali sebelum dia ingin membalas bogeman rama, "RAMA, MAGIRA! SIAPA YANG SURUH KAMU BERANTEM DI LINGKUNGAN SEKOLAH?"

pak burhan berteriak dari arah lapangan. aku menghela napas lega. "kalian, bapak minta ke ruang bk sekarang juga!" lalu dia melihatku, "kamu, rana, bapak tau kamu. kamu juga ikut."






***

697 words.

x tinggalkan jejak [vomments] x

process [lowercase]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang