Ini terinspirasi dari true story..
Selamat membaca:-)"Permisi, hai tante, agina nya dimana ya?" Tanya rahma pada mama dengan suara cempreng nya, yang berhasil membangunkanku dari lamunanku
"Agina nya di kamar nak, kamu masuk aja."jawab mama
"Oke tan"
Gue buru buru menyembunyikan diary itu.
"Ooh l..lo udah dateng?" Tanyaku"Lo kenapa sih gin? Kayak maling aja. Atau jangan jangan lo nyembunyiin sesuatu ya dari gue?" Selidik rahma dengan tatapan penuh curiga
"Apaan sih nggak ada apa apa kali, ma. Masa iya gue maling i rumah sendiri. Udah sini cerita aja, gimana lo bisa jadian sama azhar?" Tanyaku
"Gue suka sama dia tuh, karena senyumnya yang manis banget." Kata rahma sambil membayangkan azhar
"Emang azhar gula apa? Manisan juga gue." Kata gue
"Iya, lo kan gula jawa." Ledek rahma
Setelah ngomongin cowok, kita segera mengerjakan tugas laporan b.indonesia yang harus dikumpulkan besok. Andaikan saja gurunya nggak killer, pasti udah ngorok gue jam segini.
Sejak saat itu, gue kebayang terus sama wajah briyan.
-----------------------
Jam 6.55 gue baru nyampek sekolah gara gara tadi malam ngelembur. Hoaaahh....ngantuk banget. Mata gue pengen tidur, plis semoga pak Ben nggak ada hari ini. Gue pengen tidur. Gue berjalan dengan mata yang masih setengah mengantuk. Nggak sengaja gue menabrak tubuh tinggi yang berdiri di depan pintu kelas."Eh eh sorry." Kata gue meminta maaf tanpa melihat sosok di depan gue.
"Kalo minta maaf, lihat orang yang dimintain maaf dong." Ketusnya
Lalu gue melihat sosok yang berdiri didepan gue.
"Oh lo..sory, minggir gue mau lewat." Kataku dengan nada datar
"Nih cewek...ckckck"
Aku meninggalkan briyan yang terlihat kesal. Di kelas gue melihat rahma dan azhar yang sarapan nasi goreng bersama.
"Dasar. Pagi-pagi udah pacaran, di kelas lagi. Gue aduin guru BP baru tahu rasa lo." Kata ku pada rahma dan azhar yang sedang suap-suapan.
Rahma memonyongkan bibirnya ke arahku. Gue buka buku IPA dan membuka setiap lembarnya sambil berkomat-kamit menghapalkan semua materi bab 6.
Tempat duduk gue kebetulan di samping jendela jadi bisa melihat ke arah lapangan basket dengan jelas. Mata gue tertuju pada seorang cowok yang sedang bermain basket bersama teman-temannya. Tanpa kendali, lama-lama gue menyunggingkan bibir dan melukiskan senyuman di wajah.
Briyan. Gue masih heran. Gue rasa baru kemarin gue bilang amit amit kalau sampai suka sama dia. Tapi sekarang apa, gue rasa pikiran gue full isinya dia doang.
Gue tetap pada posisi gue, memperhatikan setiap tingkahnya yang kadang kadang menjahili temannya. Memperhatikan senyumnya yang layaknya hipnotis.
Gue segera tersadar dari lamunan,tapi emang gak bisa dipungkiri mata gue nggak bisa melepas pandangan dari Briyan.
"Eh cieee. Lo kenapa? Tadi gue lihat lo senyum-senyum sendiri sambil lihat ke luar jendela." Kata rahma yang sukses membuat gue terkejut.
"Apaan sih. Gue nggak kenapa-kenapa kok. Mungkin mata lo aja ya yang mulai rabun." Jawabku
----------------------------
Semakin lama gue rasa, gue semakin suka sama Briyan. Entah apa yang sudah terjadi sama diri gue. Gue mulai suka curi-curi pandang ke dia.
Jam 09.45 waktu paling berharga buat gue. Satu-satunya waktu buat sarapan.
"Ma, yuk kita cuss ke kantin, laper berat nih gue. Belum sarapan soalnya." Keluhku pada rahma dengan wajah memelas
"Iya iya bentar. Emang lo pernah sarapan?" Kata rahma dengan mata yang clingak-clinguk melihat ke kelas azhar.
"Hehe makanya cepetan." Suruhku
Kami pun mempercepat langkah ke kantin karena takut kehabisan sup ayam Bu Emi.
"Ih kok harganya naik sih. Uang saku gue kan pas-pasan." Gerutuku
"Iya,nih. Bu Emi, harganya kok naik sih." Tambah Rahma
"Ya mau gimana lagi, neng, bbm naik, semua ya ikut naik." Jawab Bu Emi.
"Ngutang dulu ya, bu?" Kataku sambil mengedipkan mataku
"Iya neng kacamata." Jawab Bu Emi
"Eh lihat deh Gin, tuh anak cupu diapain sama kak Devin." Kata Rahma
"Nggak tau deh gue." Jawabku sambil menambahkan sesendok sambal ke sup ayam.
Tiba-tiba kantin menjadi ramai karena sekelompok anak hitz yang memasuki kantin.
"Lihat tuh Briyan, ganteng banget kan. Lihat dia terus bisa pingsan nih gue." Kata seorang siswi
"Lihat tuh Angga, dia nggak kalah kali dari Briyan." Kata siswi lainya.
Entah kenapa gue deg-deg an lihat Briyan. Lalu gue melangkahkan kaki buat duduk di kursi kantin.Emang gue kalau lagi deg-deg an suka ceroboh. Gue tersandung kursi dan hampir buat mangkuk sup ayam yang di tangan gue jatuh. Untung ada yang megangin, tapi siapa dia gue nggak tahu karena refleks mata gue terpejam saat gue tersandung.
"Eh, lu udah bisa bangun. Aneh ya, tiap ketemu gue, lo tidur terus." Kata seorang cowok yang suara nya sudah tak asing buat gue.
Jangan jangan...
Briyan. Lalu gue buka mata dan ternyata benar saja. Briyan yang megangin mangkuk sup ayam gue. Seisi kantin ngelihatin kita. Aduh malu tingkat dewa nih gue. Saat gue buka mata kita tatap-tatapan dengan mangkuk sup ayam yang masih kita pegang sama-sama.
"Oh Tuhan. Terimakasih Engkau telah berikan kesempatan hambamu ini bertatapan dengan dia." kata ku dalam hati
Gue rasa ada yang aneh di matanya, masa iya dia belekan? Haha just kidding. Emang ada sesuatu nih, semacam perasaan kesepian. Ah sudahlah.
Tatapanya sukses menusuk mata ku sampai kehati.
Awalnya biasa aja, tapi lama kelamaan kayaknya gue SUKA sama dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
Teen FictionInilah hidupku. Masa-masa smp yang penuh warna bersamamu. Yahh, meski tak terbalas, aku harap kau juga merasakan hal yang sama bersamaku. Dan aku senang karena itu kamu, bukan yang lain.