Briyan. Waktu tolong berhenti, biarkan begini dulu
######################
"Gina? Lo kenapa ngelihatin gue? Awas loh nanti naksir gue." Kata Briyan dengan pede-nya
"Apaan sih" kata ku
Debaran ini semakin kencang. Tak terasa pipi ku berubah menjadi merah. Rahma yang sedari tadi bersama ku hanya bisa heran karena gue nyuekin semua kata kata nya. Lalu gue duduk di kursi dan melorik arloji di tangan kiri ku yang sudah menunjukkan bahwa jam istirahat tersisa 5 menit dan gue belum makan sesendok nasi pun. Gue segera memakan sup ayam yang sudah mulai mendingin dan menyeruput teh manis yang dipesan oleh rahma. Saat makan gue melirik Briyan yang masih nyantai-nyantai sama temen-temennya . Kebetulan saat itu, waktu gue ngelirik dia, dia juga pas natap gue. Alhasil gue tersedak dan bikin tenggorokan gue panas.
Dong..ding. bel legendaris berbunyi tang menandakan telah habis waktu istirahat dan waktu buat berkutat dengan buku buku tebal beratus ratus halaman kembali.
"Yeheee...!merdeka goodnews gengs" teriak paramitha
"Ada apa emang?" Tanya ku penasaran
"Kita nggak ada jam bu Erni hari ini. Bu Erni nggak masuk." Kata mitha dengan semangat
"Ye ye ye!!" Teriak semua murid
Kok gue malah bingung apa yang harus gue lakuin kalau lagi jam kosong kayak gini.
Melihat aku yang diam sejak tadi, Rahma menghampiri ku.
"Lu kenapa sih gin?" Tanya Rahma yang mengkhawatirkan ku
"Enggak, gue nggak kenapa-kenapa." Jawabku
"Nggak usah bohong." Kata Rahma yang tak puas dengan jawaban ku
"Beneran, suer. Gue nggak pa pa." Kata ku lagi.
"Gin, tatap mata gue. Kita ini sahabatan udah lama banget. Tolong lo cerita ke gue." Pinta Rahma
"Umm, nanti aja deh, gue cerita ke lo nya lewat mimpi aja." Kata ku
Gue melemparkan senyuman ke Rahma. Dan tanpa bicara lagi dia menyerah buat tanya-tanya lagi ke gue.
Gue mengalihkan pandangan dan memandang lapangan basket yang kosong.
Tiba-toba saja Briyan masuk ke kelas gue. suasana Kelas IX B pun seketika berubah, dari yang gaduh nggak karuan menjadi setenang kuburan. Gue heran dan mulai bertanya-tanya kenapa dia kesini.
Gue kaget. Dia menunjuk gue dan minta gue buat mengikuti dia. Temen-temen sekelas gue menatap dengan tatapan penasaran. Rahma memandangiku seakan bertanya apa yang telah terjadi. Gue cuma bisa membalas dengan menggelengkan kepala.
Briyan menghantikan langkahnya di lapangan upacara.
"Ada apa?" Tanya ku
"Gue mau minta tolong" jawabnya lirih
"Minta tolong apa?"kata ku
"Lu jadi pacar bohongan gue." Jawabnya yang sontak membuat gue kaget, seneng, bingung
"Gila lu." Kata ku tak percaya
"Gue waras kok." Kata nyague masih menatapnya dengan tatapan bingung. Gue seakan masih mencari maksud dari kata-kata yang barusan dia katakan.
"Gimana nih? Apa gue terima aja ya? Apa gue harus jual mahal dikit? Kasihan juga sih sebenarnya. Ahh...mungkin ini kesempatan yang Tuhan kasih buat gue. Terima aja deh." Batinku
"Pliss, gue minta tolong banget. Apa perlu gue sujud ke lo supaya lo mau?" Kata nya
"J..jj.jangan. emang kalau gue mau untungnya apa?" Tanya ku pada cowok didepan ku
"Yah, lo payah banget sih. Masa gak tahu untung lo apa" kata briyan sambil menyeka keringatnya yang membasahi keningnya
"Em-" kata ku yang dipotong oleh Briyan
"Untungnya lo bisa jalan sama cogan macam gue lah. Plis lo mau?" Kata Briyan.
"Ihh. Pede banget nih cowok. Bentar gue mikir dulu." Kataku
Beberapa saat kemudian....
"Mikirnya lama banget" kata briyan dengan nada memelas
"Umm...iya deh." Kata ku
"Kalau gitu, sekarang pura-pura gue nembak lo." Kata Briyan
"Ha?!" Kata ku bingung
"Gin, gue suka sama lo, gue pengen lo jadi pacar gue." Kata Briyan dengan suara yang keras dan secara otomatis terdengar oleh semua siswa yang sedang berkumpul di samping lapangan upacara.
"E...e...e..i-iya gue juga suka sama lo. gue mau jadi pacar lo." Kata gue
Peluk. Gue di peluk sama Briyan. Yah meskipun cuma pura-pura tapi gue seneng banget, rasanya kayak gue diangkat ke atas sampai bisa meraih bintang.
Semua siswa melihat kita. Melihat Briyan nembak gue.
"Yaudah deh yanq gue balik ke kelas dulu." Kata nya manja
"I-iya." Jawab ku
Drrt...drrt
Ponsel ku bergetar. Gue dapat sms dari 085607XXXXXX, yang tak lain adalah nomor hp Briyan."Sory ya. Buat sementara pura-pura jadi pacar gue. Sekarang jangan tanya alasannya apa. Suatu saat gue pasti bakalan kasih tahu lo alasannya apa. Nanti hie tunggu di parkiran. Gue antar lo pulang. Oh ya jangan kasih tahu orang lain, termasuk sahabat+orang tua lo.
Briyan""Iya" balas gue.
Gue kembali ke kelas. Dan sepanjang jalan, semua murid menatap gue. Entah itu tatapan benci atau karena idola mereka "pacaran" sama gue atau cuma tatapan kosong saja.
"Eh Gin kok lo nggak pernah cerita ke gue kalau kalian deket sih." Protes Rahma
"Eng itu...gini...anu-" kata ku sambil menggaruk rambut ku
"Yaudah deh nggak pa pa. Lain ki lo bilang ye kalau ada apa-apa." Kata Rahma
"Siap bos." Kata ku
----------
Jam 14.00 WIB
Hoaah akhirnya pulang juga. Gue menguap sambil melihat parkiran motor yang berada di samping lapangan basket. Disana sudah terlihat Briyan yang berdiri disamping motornya.Gue dan Rahma pun melangkahkan kaki ke luar kelas menuju gerbag sekolah.
"E...Ma. hari ini lo pulanganya sendiri ya, gue nggak bisa nemenin lo." Kata ku
"Oo gitu, iya. Pengantin baru mah harus pulang gandengan." Goda Rahma
"Apaan sih." Kata ku
Briyan tersenyum ke arahku. Entah kenapa rasanya sendiku seperti copot semua.
"Nih.." kata Briyan sambil menyodorkan helm ke gue.
"Udah?" Tanya Briyan
"Udah yuk." Jawab kuDi perjalanan gue masih pengen nampar+ nyubit pipi gue buat ngebuktiin bahwa ini bukan mimpi.
Tiba-tiba gue teringat sama diary baru yang cuma gue isi dengan "BRIYAN". Nanti kalau udah sampai di rumah ada hal yang pengen gur tulis lagi di diary itu.
"Oh Tuhan, padahal gue baru saja menyukainya. Padahal gue masih bingung apakah ini cinta atau sekedar rasa kagum belaka. Tapi mengapa semua begini. Meski gue bersyukur...hatiku ini masih diliputi rasa bingung da. Aku butuh kejelasan. Gue tahu dia ada masalah. Dan tolong Tuhan mudahkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
Teen FictionInilah hidupku. Masa-masa smp yang penuh warna bersamamu. Yahh, meski tak terbalas, aku harap kau juga merasakan hal yang sama bersamaku. Dan aku senang karena itu kamu, bukan yang lain.