Perpisahan

2.1K 143 1
                                    

Persiapan untuk keberangkatan Ali kini sudah siap. Semua kebutuhan Ali mulai dari tempat tinggal sudah tersedia di tempat tujuan. College square on lygon, akan menjadi tempat tinggal Ali selama berada di Australia.

"Nanti papa sama mama akan nengokin kamu kesana, setelah pekerjaan kami disini selesai!" Ucap Mama Ali ketika Ali berpamitan pada mama dan papanya.

Ali menjadi anak satu-satunya yang juga menjadi kebanggaan keluarganya. Untunglah beasiswa itu dapat sedikit mengurangi pengeluaran Ali yang memang tidak terbiasa menghamburkan uang kedua orang tuanya.

Prilly pun sudah berdiri didepan pintu rumah Ali. Tiba pada saat kepergian Ali hari ini membuat matanya nampak berkaca-kaca.
" Hei, kok nangis?" Ucap Ali sambil mengelus lembut pipi Prilly.

" Aku nggak nangis kok. Aku seneng kamu bisa kuliah disana!" Jawab Prilly menyeka air mata yang menggantung disudut matanya.

Ali dan Prilly berjalan menuju taxi yang sudah menunggu mereka didepan, untuk mengantar mereka kebandara. Papa dan Mama Ali tidak bisa ikut karena harus kembali bekerja. Begitulah, orangtua Ali selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Namun untunglah Prilly selalu ada menemani setiap waktunya, bahkan orang tua Ali sudah menyayangi Prilly seperti anak mereka sendiri.

Ali dan Prilly sudah berada didalam taxi yang melaju kearah bandara. Sejak keluar dari rumah tadi Ali tidak pernah berhenti menggenggam tangan Prilly. Ada perasaan tidak tega yang dirasakannya, karena harus meninggalkan Prilly yang setia bersamanya selama ini.

Sesampainya dibandara, Ali dan Prilly akan segera berpisah. Penerbangan Ali menuju Australia tinggal sebentar lagi. Sebelum memasuki Boarding Lounge, Ali nampak menatap pacarnya itu dengan tatapan sedih.

" Maafin aku ya, aku harus ninggalin kamu sementara ini!"

" Nggak papa. Cuma sementara doang kan?" Jawab Prilly yang masih berusaha tersenyum.

" Kamu belajar yang rajin ya? Setelah lulus nanti, kamu udah janji kan bakalan nyusulin aku kesana?" Kini Ali nampak mengelus lembut pucuk kepala Prilly.

" Iya lah. Mana aku biarin kamu disana sendirian lama-lama. Nanti ada bule yang macem-macem ke kamu!" Balas Prilly lagi sambil tertawa. Sontak ali pun terkekeh geli mendengar ocehan pacarnya ini.

Ali dan Prilly saling berpelukan. Rasanya enggan melepas pelukan itu saat Prilly merasakan kesedihan yang harus terus disembunyikannya.

" Aku janji, aku akan selalu nungguin kedatangan kamu di sana. Seperti kamu yang selalu nungguin kepulangan aku disini!" Bisik Ali lembut dalam pelukannya, sebelum pelukan diantara mereka berakhir.

Prilly melihat kepergian Ali sambil menarik koper besar ditangannya masuk keruang tunggu penumpang. Sekali lagi Ali menoleh kearahnya membuat Prilly melambaikan tangan tanda perpisahan padanya. Prilly tidak lagi memperlihatkan senyum ceria ketika Ali sudah tidak terlihat lagi didepannya.

Prilly membalikkan badannya, berjalan kearah luar bandara namun kini dengan setitik air mata yang sudah terlanjur membasahi pipinya.
" Ali, aku akan segera nepatin janji aku. Aku akan kesana walaupun itu tanpa beasiswa seperti kamu. Aku akan nyusul kamu!" Batin Prilly yang beranjak meninggalkan bandara itu.

****

Ali sudah menginjakkan kakinya di Bandara Internasional Malbourne. Kini Ali harus melanjutkan perjalanan pertamanya menuju tempat yang akan menjadi rumah sementaranya disini.

Tidak berapa lama Ali sudah berada ditujuannya. Dengan menggunakan taxi dari Bandara, Ali tidak perlu repot untuk mencari tempat tinggalnya.

Kini satu hal yang belum dilakukan Ali setelah dia sampai adalah mengabari gadisnya. Prilly pasti sudah menunggu kabar dari nya sejak tadi.

Ali menghentikan langkahnya ketika dia tepat berada didepan gedung apartmentnya. Ali segera merogoh saku jaket sebelah kirinya untuk mengambil ponsel yang tersimpan disana. Ali ingin mendengar suara gadisnya itu sambil menceritakan tiap langkahnya memasuki gedung ini.

Prilly, nama dan fotonya kini terpampang pada sambungan telpon di ponsel Ali. Tidak lama telpon dari Ali itu terhubung ditandai dengan terdengarnya suara seseorang dari ponselnya.

" Hallo?"

" Hai, aku udah nyampe!" Ucap Ali sambil tersenyum ketika mendengar suara orang yang sejak tadi dipikirkannya.

" Ali, sekarang kamu ngapain? Kamu lagi dimana? Gimana disana, asyik nggak? Ih jadi pengen cepet-cepet nyusul kamu kesana!" Tanya Prilly panjang lebar.

Begitulah Prilly, apapun yang diucapkannya selalu penuh semangat. Sampai-sampai Ali pun tidak bisa menangkap semua pembicaraan yang tadi Prilly katakan.

" Aku baru juga nyampe. Ini lagi ada didepan apartment aku!" Jawab Ali.

" Ali..... cepetan masuk! Trus kamu ceritain ke aku, kamu tinggal dilantai berapa? Gimana kondisi kamar nya? Kasurnya? Semuanya!" Prilly terdengar benar-benar heboh, bahkan lebih heboh dari pada Ali yang akan merasakan semuanya.

" Bentar ya, aku masuk dulu!"

Kini Ali memasang sebuah earphone ditelinganya, dengan begitu Ali bisa bicara dengan Prilly tanpa harus selalu memegang ponselnya. Ali mendapatkan kamar dilantai tiga, karena kamar itu di booking Ali untuk ditempatinya sendirian.

" Aku udah ada dilantai 3. Ini lagi mau kekamar aku!" Lapor Ali kepada Prilly yang sejak tadi mendengarkan semua keterangannya.

" Aku udah dikamar. Kamar nya luas, nyaman banget!" Tambahnya.

" Trus, ada apa aja disana?" Sisi tambah penasaran.

" Nih ya, pas aku masuk. Aku liat sofa panjang dengan meja yang jadi ruang tamunya. Disebelah kiri aku ada kamar mandi trus disampingnya kayaknya dapur gitu. Dipojok kanan aku ada meja belajar dan lemari baju. Trus ada kasur nya juga. Jendela kamar aku persis menghadap jalan nih. Bisa liat cewek dong kalo kayak gini!" Goda Ali sontak membuat Prilly menjerit.

" Ali.... baru juga nyampe udah mikirin cewek. Aku suruh pulang nih!" Teriak Prilly membuat telinga Ali berdenging karena suaranya.

" Iya sayang. Aku cuma becanda kok!" Ali tersenyum sambil merebahkan tubuhnya dikasur single bed disampingnya. Ali merasa sedikit rindu melihat tingkah konyol gadisnya ini.

" Ya udah, aku mau beres-beres dulu ya!"

" Iya. Jaga diri kamu disana, makannya juga jangan telat!"

" Bye !" kata itu menyudahi pembicaraan mereka. Ali mengambil nafas dalam-dalam, sebelum kembali bangkit dan berjalan mengambil kopernya yang masih tergeletak sembarang. Ini adalah hari pertamanya, dan semuanya berjalan lancar.

" Semoga semua yang aku lakuin disini berjalan lancar!" Batinnya.

****

CINTA SESAAT ( Short Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang