10. Coming Home

1K 94 28
                                    

Weeeeyoooooooo .....

Ada yg masih nunggu ?
Thx for @frapti udah ngingetinnnn ..

-------------------------------#-##-------------------------####

samudera


Aku sama sekali nggak bisa tidur sepanjang malam. Aku cuman duduk diam di pinggir jendela kamar Kak Sam sambil melamun ngeliatin langit malam yang hitam tanpa ada bintang satu pun. Gelap. Suram. Sama kayak nasibku akhir-akhir ini.

Jam sudah menunjuk di angka tiga pagi tapi aku nggak ngantuk sedikit pun. Begitu kembali dari kamar Rion lima jam yang lalu aku udah berusaha tidur karena kepalaku berat sekali. Tapi setelah setengah jam berjuang untuk tewas dan nggak ada hasilnya, aku menyerah.

Aku tau aku harus berpikir, aku harus mikirin gimana caranya biar bisa lolos dari Rion. Tapi aku tidak ingin berpikir. Kepalaku sakit, pusing, dan berat. Terlalu banyak yang berlalu-lalang di benakku sampai aku nggak tau lagi harus berpikir apa. Semakin dipikir, semakin aku jadi tambah pusing.

Damn that boy.

He really got me.

Aku nggak ada pilihan. Sementara ini aku terpaksa harus mau ngikutin permainannya. Aku terpaksa harus jadi .. pacarnya ..

Aku menarik napas panjang dan lama, lalu mengembuskannya dengan pelan. Dadaku terasa sakit. Bernapas ternyata bisa juga menyakitkan.

Aku tetap duduk diam di pinggir jendela, sepanjang malam, tanpa bergerak, dan nyaris tanpa bersuara, sampai langit berubah warna dari hitam menjadi biru, lalu biru muda. Saat itulah aku baru nyadar kalau hari sudah terang dan aku nggak tidur semalaman.

Badanku kaku semua. Nggak mudah memaksa diriku bergerak, tapi aku harus keluar kamar. Udah mulai ada suara-suara dari rumah, pertanda orang-orang sudah pada bangun. Aku juga harus memberitahu Bapak Wahyu sekeluarga kalo aku ama Rion akan pulang hari ini.

"Gimana tidurnya? Pules?" tanya Rion dengan suara yang diramah-ramahin waktu aku ngelewatin dia di dapur. Tumben dia udah bangun duluan, udah duduk manis sambil nyeruput teh anget bareng Bu Wahyu yang lagi nungguin gorengannya mateng. Aku berusaha nggak melihatnya dan langsung melesat ke meja makan.

"Eh Mas Sam, mau dibikinin teh juga nggak? Ato mau kopi?" tanya Bu Wahyu riang waktu menyadari kedatanganku.

Aku tersenyum. "Nggak usah bu. Aer putih aja, bisa ambil sendiri kok"

Rion berdehem agak keras. "Gimana tidurnya? Pules?" ulangnya nggak sabar.

Jadi dia mau aku buat ngejawab? Walaupun aku lagi nggak mau ngejawab?

Aku menoleh dan tersenyum kering. "I-Ya."

Rion cukup puas dengan jawabanku karena dia akhirnya menyeringai menyebalkan.

Aku duduk di meja makan dengan segelas air putih. Oh iya kalau habis bangun tidur emang katanya sih bagusnya minum air putih, udah sejak SMP aku ngebiasain diri buat minum air putih kalau pagi.

Nggak lama kemudian Rion bergabung juga di meja makan, disusul Bu Wahyu yang membawa senampan pisang goreng dan mendoan.

"Pak .. Bu .. hari ini rencananya kita mau balik," Rion bersuara setelah mencomot pisang goreng yang paling gede. Baru juga aku mau ngomong soal itu, dia udah ngomong duluan.

"Lho .. kok cepet banget to mas? Apa nggak betah disini?" sahut Pak Wahyu keheranan.

Rion ketawa sopan. "Betah banget kok Pak. Malah saya mau sekali kalo disuruh nginep terus disini. Tapi Sam mulai besok kan udah harus ospek," dia tiba-tiba mengerling kearahku. Aku yang lagi kepedesan gara-gara ngegigit cabe rawit buat makan mendoan langsung buru-buru tersenyum mengiyakan.

Ninja Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang