more than this

43 4 0
                                    

Sudah cukup lama dia membuatku nyaman, bukannya meminta lebih.
Hanya saja aku ingin kepastian, sesuatu yang bisa membuatku yakin, bahwa leo bukan seseorang yang hanya numpang lewat.
Maksutku, aku yakin dia baik. Tapi aku tak bisa menjamin dia juga memiliki perasaan yang sama padaku,

Dilema seperti ini membuatku frustasi dari hari ke hari, tapi mungkin semua ini tidak ada apa-apanya. Yang paling penting menurutku, dia tetap ada untukku dan membuatku bahagia, aku tak peduli dengan hal apapun selain itu.
Mungkin ...

Malam, adalah saat yang paling menyenangkan,

Seperti biasa, aku selalu menunggu dan menantikan saat kami bercerita sepanjang malam. Walau hanya lewat udara, aku bisa merasakan sosok nya.
Dia selalu bercerita segala hal tentang dirinya, hingga aku merasa benar benar mengenalnya, dan jatuh cinta lagi dan lagi dibuatnya.

Tapi malam ini, rasanya lama sekali aku menunggu telfon darinya.
Dia belum juga menghubungiku, aku mengusir semua rasa kantukku.
Menampar pipi ku keras keras agar aku tetap terjaga, ini sudah larut.
Mungkin dia lelah, atau mungkin dia sedang urusan, mungkin dia punya banyak tugas, atau dia sedang sakit.
Kupikirkan satu persatu kemungkinan yang mungkin terjadi ..

Sudah jam 4, seharusnya sekarang kita sedang berbicara.
Tapi leo belum juga menelfonku,
Aku takut, atau lebih tepatnya khawatir,
Jika saja terjadi sesuatu, jika saja dia sakit karena terus ku buat tidak tidur tiap malam, jika saja itu terjadi maka aku tidak akan memaafkan diriku.

Aku memberanikan diri, mencoba menelfonnya.
Untuk pertama kalinya,

Dan,
Nomornya sibuk ..

Tiba-tiba aku merasa ada yang berusaha meluncur dari pelupuk mataku, derai air mata tak mampu lagi kutahan.
Kemungkinan yang tadi, bukan lagi kemungkinan yang mungkin saja terjadi.
Aku membuat kemungkinan baru,
Mungkin saja dia sedang menelfon temannya, atau saudaranya, atau seseorang yang ...
aku tidak ingin melanjutkan pemikiran bodoh ini, pemikiran yang nanti nya mebuat dadaku sesak sendiri.

Aku masih menunggu nya, hingga pagi.
Mataku berat, namun ku paksa agar tetap terbuka. Sedikit lagi, harusnya aku pergi ke sekolah.
Yatuhan, matilah aku..
Aku akan tertidur dimobil, atau di mana saja.
Aku pergi ke kamar mandi, melihat wajahku di depan kaca.

Wajahku berantakan, lingkar hitam di mataku makin menunjukan pesonanya, di tambah bengkak akibat menangis semalaman.

Aku pergi ke sekolah,
Pagi ini aku bangun paling awal, tepatnya.. tidak tidur. aku sengaja mempercepat gerakan ku agar segera sampai kesekolah sebelum orang-orang di rumah bangun.
Mereka akan sangat marah jika tau aku se lusuh ini.

Aku mengambil ponselku, tidak ada apapun.

--
Aku berjalan dengan mata yang sudah hampir tertutup, pemandangan kelas kosong yang menyeramkan. Tapi sama sekali tidak menggugah seleraku untuk berimajinasi horor, aku memilih tidur.

10 menit berlalu, dan

Aku tersentak kaget saat mendengar suara keras seperti suara lelaki, aku memaksakan mataku untuk melihat siapa itu.

Dan oh my god,
Si tengil jake, dia memang yang selalu datang tepat waktu. Dan yang paling rajin masuk sekolah.

Apakah manusia ini tidak tahan sehari saja duduk manis dan diam? Tanpa keributan dan ah, sudahlah.

Aku yang mengantuk langsung berhasrat bangun secepatnya dan memberi pelajaran pada si tengil ini.

Dengan jurus jurus tidak di kenal, dan serangan membabi buta, aku menghajarnya. Memukulnya sembarang tanpa rasa kasihan,
Otot tangannya sangat keras, dan itu membuat tanganku sakit walaupun aku yang memukulnya.
Jadi aku memutuskan untuk mengambil senjata andalanku, kursi .
Jake yang melihatnya lalu kabur entah kemana.

Aku merasa kalah, namun ini belum berakhir.
Aku akan menyuruh rachel menghajarnya dan rachel akan melakukannya dengan sepenuh hati.

--

Bel berbunyi, dan aku dengan berat hati meninggalkan kelas. Mengikuti apel yang membosankan.
Semua orang berbaris rapih dengan wajah segar mereka,
hanya aku yang paling kusut disini .
Kantuk ini nyaris tidak bisa lagi aku tahan, tapi harus.
Rachel datang dan berdiri tepat di belakangku, aku yang menyadari kehadirannya masih tak berani untuk berbalik.
Dia pasti akan memberiku pidato sama seperti yang selalu guru-guru ku lakukan tiap pagi.

Setelah arahan demi arahan mereka paparkan, kami lalu masuk ke kelas.

Rachel berjalan dan menarik lenganku, aku memalingkan muka. Tapi dia sudah melihatku,

"Yaampun afraaaaaa! Muka kamu udah kaya anabel tau ga!? Kamu kenapa sih akhir-akhir ini kaya uring-uringan gak jelas gitu? Pasti ini ada hubungannya sama leo? " dengan setengah berteriak rachel mengeluarkan argumen nya.

"Sssst, rach. Diam, nanti di kelas aku ceritain"

Aku berusaha menenangkan sahabatku ini, dia memang selalu bisa membaca pikiranku. Dia selalu tau apa yang mengganjal di otakku, tapi dia selalu begitu, cerewet. Jadi aku harus menyuruhnya diam sekarang.

--
"Jadi gini, aku khawatir sama leo. Biasanya dia selalu hubungin aku sesibuk apapun, tapi semalem enggak, aku tungguin dia sampe pagi, tapi gaada kabar sama sekali" kataku sedikit lemah

"Ya kalo dia ga hubungin kamu, berarti kamu yang harus hubungin dia" balas rachel dengan wajahnya yang sok polos, aku tau. Ekspresi ini selalu saja dia pakai, saat memberiku solusi.

"Udah, tapi nomernya sibuk. Takutnya dia kenapa-napa atau lebih parahnya lagi kalau dia lagi telfonan sama cewek lain" jawabku

"ya udah kalo gitu" ekspresi rachel masih sama, wajah datar sok polos dan komentar yang sama sekali tidak di harapkan oleh seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Aku tau ini pasti terjadi, tapi aku juga tau dia diam-diam sedang mengamati alur percintaanku. Hingga tiba saatnya dia akan berbicara panjang lebar.

--

"Rach, bisa minta tolong ga?"

"Apa?"

"kalo kamu liat jack datang, hajar dia sekuat yang kamu bisa" pintaku dengan sepenuh hati

"Okay, aku gak mau tau apa alasannya. Yang aku tau, jack pasti yang mulai duluan kan?Jadi aku pasti bakalan hajar dia dengan seluruh tenaga dalamku"

Jack masuk, dan seperti bintang film ternama dia memperlihatkan wajah terbaiknya yang sama sekali tak ada bagus-bagusnya.

Rachel langsung menyambutnya dengan 1 kepalan yang melintas tepat di hidungnya.

Tentu saja si tengil seperti jack tidak mungkin mengalah, walaupun lawannya perempuan.
Mereka melangsungkan tinju amburadul yang sudah menjadi pemandangan biasa di kelasku.

"Udah rach" aku menengahi mereka dan melihat rachel yang seperti nya sangat menikmati permainan ini.

"Ooh ternyata, dasar cewek bencong! Pasti lo yang bilang rachel buat ngelabrak gue kan? Huh cemen lo. " teriak jack

"Udah ngomongnya? Gue lagi males ladenin manusia planet kaya elo. Ngerti?!
Rach, ayo" aku menarik lengan rachel dan duduk lagi.

Diikuti jack.

Dan seperti biasanya kelasku tidak pernah diam, keributan mereka membuat semua guru mengutuk kelas ini beserta semua umat yang ada di dalamnya.

Aku sudah mengambil posisi tidur dengan sempurna.
1 detik, 1 menit dan hhhh.
Aku sudah sampai di alam bawah sadar.

Sorry ya guys, farh lama updatenya.
Semoga suka.
Tunggu part selanjutnya ya, pokoknya harus baca sampe selesai okay?!
Jgn lupa vomment yaa..

Xoxo♥

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HeartbreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang