Senyuman

1.3K 62 18
                                    

"Kini aku datang padamu saat aku butuh dirimu."

"Tapi ... Kenapa aku yang selalu menunggu untuk menemuimu?"

"Aku selalu mencoba untuk melakukannya sendiri."

"Tapi ... Ternyata aku salah!"

"Aku yang salah, Fy."

"Rio ... Aku yang salah."

"Maafkan aku, Fy."

Pertengkaran kecil itu pun kembali dalam sekejap saja. Suasana terasa sangat dingin. Entahlah, aku masih berdecak kesal kepadanya.

Tiba di ruang sederhana.
Aku menghadap ke luar jendela yang terias unik dan tergantung renda-renda lucu bertuliskan nama seorang yang selalu kusimpan rapat-rapat dalam hatiku. Lalu tersenyum pedih dan aku segera membuang tubuhku ke kursi ayunan.

"Kau tak akan pernah kulepaskan. Meskipun kau yang dulu hilang ketika hujan badai datang," gumam Rio di balik daun pintu sesekali memperhatikan tawa kecilku.

"Hmm ...," dehamanku menikmati ayunan sederhana.

Rupanya aku masih tak bisa lepas dengan teman masa laluku. Semuanya tampak indah dan sederhana.

Saat di supermarket.
Ku habiskan waktu ku berbelanja. Menikmati keramaian kota Yogyakarta. Sungguh berbeda dengan isi hatiku.

"Mondar-mandir terus sampai berjam-jam," gerutu Rio sambil melirik ponselku.

"Ekhm ...." Lalu aku berdeham dan tersenyum membaca pesan singkat istimewaku.

"Kau teduhkan hatiku di saat rintik turun. Kau terbangkan aku dalam waktu," batin Rio menatapku dan tersenyum meskipun tersembunyi.

"Kutunggu senyumanmu," ucapku dan Rio bersamaan.

PRETEK... PRETEK... CIUS!

"Wah kembang apinya bagus banget. Oh Rio, lihat deh di atas!" ucapku refleks dan segera meraba wajah tampannya yang masih tersenyum.

"Seindah namamu selalu ku panggil dalam doaku," bisiknya lirih sambil menggenggam erat jemari mungilku.

Rasanya salju dalam dadaku, tak mampu kubekukan. Akan tetapi gelombang laut kelopak mataku sangat bisa kuhentikan.

Aku ... Ya, aku ... Aku hanya bisa terdiam menikmati sisa waktu senja di lantai paling atas supermarket ini.

"I get out of my own way, let you have your way," ucapnya sangat merdu dan terbata-bata menusuk dalam hatiku.

"Cause I realize I'm no good on my own?" sahutku menatap wajahnya.

"I'm there for you, I'll serve for you. I can't live without you," terangnya tak panjang lebar.

Entahlah, tubuh kecil ini sangat gemetar ketika jari jemarinya mendekap kembali. Sudut pandangku mulai tak beraturan. Dan hatiku tak kuasa menahan jeritan rasa bahagiaku.

"Rio~"

Tiba-tiba ponselku berdering. Segera kupending ucapanku dan kulepaskan pelukkan eratnya.

"Seindah ponselmu berdering," celoteh Rio dingin.

Lalu meninggalkanku. Rio pun berjalan ke parkiran mobil.

"Huft... Baru saja, aku merenda rindu. Kini kau sobek kembali," jawabku kesal dan mematikan ponselku.

Kubawa barang belanjaanku yang superduper banyaknya menuju ke parkiran mobil.

Awwwww!

"Mulai deh tengilnya. Main tancap gas aja, belum juga siap. Kalau sport jan ...," komentar jutekku terpotong dengan ketegangan maximal.

Akupun tak memperhatikan cengiran tengil Rio yang sedari tadi. Mungkin selalu ada disenyumanku.

"Oops! O Em Ji syalala Rio!"

Follow the LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang