Lelaki Bermata Elang

89 8 0
                                    

"Baru kali ini aku merasakan duniaku hanya tertuju padamu"

Angin sore di musim gugur menerpa wajah cantik Ran yang sedang menggoses sepedanya. Berkeliling di sekitar taman  membuat pikirannya sedikit tenang.

Beberapa malam ini ia selalu di hantui mimpi aneh, Darah di mana-mana dan anehnya ia seperti melihat dirinya terkunci dalam sebuah ruangan gelap. Melihat ada sosok tegap yang menatapnya dengan pandangan kosong. Itu bukan Seokjin ataupun Ken. Tubuhnya juga agak tinggi dan yang jelas itu juga bukan Suho. Siapa sebenarnya lelaki itu ?.

Di tengah lamunannya dia tersadar akan sesuatu, Laki-laki di Caffe kemarin seulitnya persis seperti Lelaki yang ada dalam mimpinya. Tubuhnya tegap. Yah walaupun di mimpinya Ran tidak melihat matanya yang setajam elang.

Pandangannya beralih pada satu keluarga yang sedang bermain dengan anaknya. Ran menghentikan laju sepedanya menaruhnya di bawah pohon lalu dia sendiri memilih duduk di bangku taman di bawah pohon. Sambil sesekali tersenyum melihat keluarga yang sedang bermain bola bersama anaknya. Apa dulu sebahagia itukah dirinya dengan Kakaknya Ken. Hidup dengan orang tua yang sempurna saling bertukar canda dan tawa.

Sayangnya memori itu hilang. Ran tidak tau persis apa yang terjadi pada masa lalunya. Dia hanya ingat malam itu dia bangun dan sudah ada Ken di sampingnya dengan terus menggenggam tangannya.
Yang Ran ingat hanya namanya Kim Ran dan tidak ada memori sekecilpun yang tersisa di otaknya. Kejam bukan tidak mengingat apapun itu rasanya menyakitkan.

Ketika menyadari ada bola sepak menggelinding menyentuh kakinya Ran mengambilnya dan hendak menyerahkan pada keluarga yang tadi di lihatnya. Tapi seseorang pria dengan sedikit berlari menuju ke arahnya. Tunggu dulu bukankah itu lelaki yang ada di Caffe kemarin.

"Maaf" ucapanya singkat, lalu tangannya terulur untuk mengambil bola di tangan Ran yang hanya diam membisu.

"Bisa aku ambil bolanya ?" Tanyanya lagi ketika tak ada respon dari gadis di depannya.
Sedikit menggaruk tengkuknya padahal tidak gatal sama sekali Jung Leo mencoba menggoyangkan tangannya ke depan pandangan Ran yang menatapnya tanpa berkedip.

"Oh maaf, ini ?" Ran sadar akan lamunanya lalu menyerahkan bola sepak pada Leo. Sedikit terkekeh akan tingkah konyolnya. Baru kali ini dia tidak bisa berkutik di depan laki-laki. Padahal banyak laki-laki tampan di sekelilingnya tapi baru kali ini dia melihat sepasang mata indah yang terasa menguncinya.

"Baiklah aku terima". Leo mengambil bola dari uluran tangan Ran dan sedikit menyentuh kulitnya.

"Dingin" Ran tanpa sadar berucap lalu menarik tangannya. Di depannya Leo hanya tersenyum pelan.

"Oh maaf, tadi aku kira bolanya milik keluarga yang tadi sedang bermain, dan yah begitulah". Sial baru kali ini dia gugup menghadapi orang asing yang sudah mencuri pandanganya. Tuhan apa dia manusia. Bagaimana bisa ada laki-laki berkulit seputih salju dan itu dingin.

"Bukankah kita sudah pernah bertemu ?" Leo berbicara pelan dan halus. Di telinga Ran suara itu bagaikan Bulu yang terbang di atas awan.

"Coffe Late"

" Yes, im Jung Taekwoon"

"Oh. Aku Ran , Kim Ran ?" Keduanya saling bersalaman dan Ran sadar tangan Taekwoon sekarang hangat tidak dingin seperti tadi.

"Rain"

"Bukan Hujan , tapi Ran , Taekwoon ?"

"Aku hanya bercanda, tapi aku suka Rain"

"Aku juga suka Hujan. Dan kurasa aku juga menyukaimu". Ya ampun apa yang di fikirannya sekarang. Kim Ran sadarlah kau baru bertemu dengannya dua kali dan itu tidak sampai lima menit dan kau bilang menyukainya.

Ran menggelengkan kepalanya pelan. Dan tanpa sadar Leo tersenyum kecil hal yang pernah jarang ia lakukan sebenarnya tapi entah kenapa dia menikmatinya.

"Maaf aku harus kembali bermain bola"

"Oh tentu saja"

"Hm jadi ?"

"Apa ?"

"Tanganku belum kau lepaskan Ran ?"

"Oh maaf" Dengan cepat Ran melepas tangannya yang sedari tadi menggenggam tangan Leo. Tanpa sadar ia merutuki kebodohannya sendiri. Seperti ini kah cinta pandangan pertama. Rasanya dia bisa gila dan bertingkah lebih aneh lagi jika terus berada di dekat Taekwoon.

"Baiklah sampai jumpa Taekwoon" Ran buru-buru mengambil sepeda dan menaikinya. Mencoba berlari sejauh mungkin dari laki-laki bermata sipit bagai elang itu.

"Dia manis" Leo bergumam pelan sambil menatap kepergian Ran.

"Rain darahnya benar-benar manis, apa dia ?" Leo mencoba menenangkan gejolak pada dirinya.

Bukan tanpa sengaja Leo menggelindingkan bolanya pada Ran tapi dia benar-benar penasaran ketika mencium bau darah yang seharum bunga mawar merah yang tumbuh di halaman rumahnya.

"Dia Guardiankah ?, tapi aku tidak bisa merasakan ada aura guardian pada dirinya ? "



___TBC____

The Immortal BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang