"Waktu akan membawa diri kita pada sebuah kenyataan yang dulunya hanya sebuah angan dalam dimensi fikiran. Waktu akan mengajarkan kita tentang kehidupan hitam dan putih. Dan waktu hanya meninggalkan jejak cerita, lalu jejak itu aku abadikan disini."**
"Gimana mie ramen-nya enak? Kamu tau, ini mie ramen terenak sejakarta. Temen-temenku yang dari luar kota, bahkan rela ke jakarta buat nyobain mie ramen disini"
"Yan.. mungkin ini untuk kelimaratus tujuh puluh tujuh kalinya kamu bilang kayak gini sama aku. Kamu udah sering bilang kayak gitu, lagian ini bukan pertama kalinya kan kamu ajak aku makan disini?"
"Oh iya ya.."
Adriyan terlihat salah tingkah, wajahnya memerah, tangan kirinya sibuk menggaruk kepala.
"Makanya jangan kebanyakan ngajak orang.. jadi kebelinger kan?" kataku kembali menimpali pria berkacamata yang duduk di hadapanku saat ini.
"Tapi kayaknya.."
"Becanda.... kamu baru ajak aku malam ini kesini kok!" Kataku memecahkan suasana, lalu aku tertawa sejadinya karena sudah tak mampu menahan tawaku melihat wajah merahnya Adriyan. Spontan Adriyan yang tak terima melempariku dengan tisu bekas yang sudah membentuk bulatan kearahku, bagai aktor kungfu aku langsung menangkisnya.
"Rese ahh kamu.." Kata Adriyan yang kembali menemukan nafasnya setelah dari tadi sepertinya sesak akibat candaanku.
"Loh.. kok rese? Santai aja kali. Kenapa? Jangan-jangan bener ya udah sering ngajak orang kesini?"
"Enggaklah..."
"Hehe, yaudah. Tapi emang orang china itu mukanya merah ya kalo dia merasa gugup?"
"Siapa yang gugup?"
"Tuyul.. ya kamulah"
"Aku gak gugup.. Dan soal muka merah, gak ada kaitanya sama orang china. Mau orang batak, orang jawa dan orang sunda kayak kamu? Setiap orang pasti ada saat dimana wajahnya menjadi merah"
"Oh begitu.."
Adriyan tersenyum, lalu kembali melahap mie ramenya dan meneguk segelas orange juice sampai habis. Tak lama kemudian sebuah panggung kecil yang sedari tadi gelap kini berubah menjadi terang, Bola lampu yang ada disamping dan belakang sudah dinyalakan. Seorang wanita berambut panjang lurus dengan memakai batik moderen baru saja naik keatas panggung. Lampu sorot itu kini padam kembali, hanya satu lampu yang tetap menyala dan kini hanya menyoroti wanita itu.
Suasana hening seketika, semua pengunjung cafe seakan penasaran dengan pertunjukan apa yang akan di tampilkan oleh wanita itu. Beberapa detik selanjutnya, seorang pria berdasi kupu-kupu naik ketas panggung lalu menyerahkan sebuah biola pada wanita itu. Setelah menerima biola, wanita itu mulai mengatur posisi biola senyaman mungkin dan ia mulai menggesek biola itu yang kemudian terbentuk dalam sebuah nada lagu cinta sejati, yang dipopulerkan oleh bunga citra lestari.
Selanjutnya, semua pengunjung cafe seakan terhipnotis oleh setiap nada yang dimainkan wanita itu. Setiap nada yang ia gesek begitu menyayat hati. Nada-nada itu seakan menyatu dengan hati siapapun yang mendengarnya. Aku sendiri tak mau melewatkan pertunjukan yang menurutku antik dan sangat mahal ini.
Nada-nada itu masih menari nari diudara namun temponya kini melambat, dan semua mata tercengang ketika mendengar suara pria kini menyatu dengan nada itu.
Aku tak pernah pergi.. selalu ada dihatimu. Kau tak pernah jauh, selalu ada didalam hatiku. Sukmaku berteriak.. mengatakan kucinta padamu. Terima kasih pada, maha cinta menyatukan kita, saat aku tak lagi disisimu. Kutunggu kau dikeabadian.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE IS JEFRY
Romance4 Tahun sudah berlalu setelah jefry meninggalkan arul kemalaysia. Arul kini sudah tumbuh menjadi lelaki gagah dan dewasa, ia bekerja disalah satu home publishing ternama dijakarta. Sementara itu Arul sendiri tak tahu jika sebenarnya jefry telah kemb...