Part 11 (End)

9.3K 529 209
                                    

"Jika ini adalah akhir dari kisahku.. aku berharap kisah ini akan selalu dikenang oleh mereka yang membacanya..."

**

Pada akhirnya waktulah yang akan menjawab semua tanda tanya dan keraguan dalam hidup. Aku tak butuh status cinta untuk mengikat hati dengan Adriyan. Karena yang kubutuhkan adalah kebersamaan. Bisa bersama disamping-nya setiap hari, bagiku itu lebih dari status cinta yang Adriyan mau. Kebersamaan bisa menciptakan segalanya. Entah sedih, bahagia, kangen, cemburu, kesal. Dan aku ingin dunia tau dan mengakuinya. Aku tidak cinta pada Adriyan. Melainkan Aku ada bersama Adriyan. Itulah yang lebih dari cinta, menurutku.

Sedang sesuatu yang aku anggap cinta, entah kenapa aku merasakanya berbeda dengan dulu. Empat tahun lamanya aku menunggu kepastian dan pertemuan. Sekarang setelah semua itu ada di genggamanku, aku tak lagi benar-benar merasakan sesuatu yang aku anggap cinta. Meski berada disamping-nya masih selalu bisa menggetarkan hatiku.

Aku masih berdiri melihat-nya tersenyum lepas bersama buah hatinya. Aku memang tau, dari dulu dia adalah lelaki yang sangat menyayangi anak kecil. Anak orang saja ia cintai dengan tulus. Apalagi anaknya sendiri. Menurutku kehidupan ia yang sebenarnya adalah bersama Dimas, bukan denganku. Aku bisa melihat pancaran kebahagiaan dari matanya saat ia bersama anak kecil itu.

Dimas masih berlarian disebuah taman. Mencoba beberapa permainan yang ada sambil diawasi terus oleh Bang Jefry. Aku hanya duduk disebuah kursi kayu sambil mengabadikan momen mereka lewat kamera ponselku.

Beberapa saat kemudian Bang Jefry duduk disampingku. Dimas masih asik bermain ayunan. Kali ini ia ditemani oleh anak-anak seusianya yang sore ini bermain ditaman.

"Jadi besok kamu mulai kerja?" Tanya Bang Jefry.

"Ia Bang.. Alhamdulillah." Jawabku, tanpa melihatnya.

"Syukurlah kalau begitu. Abang seneng dengernya, Oh ia semalam abang nginep dirumah sakit. Jagain Alisa. Baru tadi pagi dokter mengizinkan Alisa pulang"

"Loh.. memang dia kenapa lagi?"

"Entahlah apa yang terjadi. Dia belum mau cerita. Tapi kata nenek ningrum semalam ia mendapati Alisa tergeletak tak sadarkan diri didepan pintu dengan keadaan basah kuyup.."

"Bagaimana tadinya bang?"

"Itulah.. dia belum mau cerita sama abang, Oh ia semalam abang Telephone kamu kok gak di angkat. Kemana?"

Deegg.......

Apa jadinya jika Bang Jefry tau semalaman aku bersama Adriyan di-pantai. Tuhan.. kenapa dengan hatiku.? Bukankah selama empat tahun aku sangat menunggu kehadiranya dalam hidupku. Bahkan sore ini pun aku yakin adalah momen yang aku impikan dulu. Kenapa sekarang setelah semua itu terjadi, aku merasa ada sesuatu yang ganjil. Kenapa dengan hatiku Tuhan..

"Dek...?" Bang Jefry menatapku kali ini.

"Oh.. ia. Arul udah tidur. Baru pas sholat subuh Arul cek hp. Ternyata ada dua panggilan dari abang tak terjawab."

"Hmm....."

Bang Jefry mengangguk pelan. Tak lama Dimas menghampiri kami berdua.

**

"WELCOME BACK ARUL....!!"

Salah satu tulisan yang aku baca pada sebuah banner yang terpasang dilobi karin home publishing. Bunyi-bunyi terompet, pita yang telah digunting rapih. Balon warna-warni. Itu beberapa pernak pernik yang ikut meramaikan lobi karin home publishing ketika baru saja kakiku melangkah masuk kedalam. Semua kariyawan memakai topi kerucut sambil tak henti hentinya meniup terompet. Karin Dan Adriyan ada dibarisan paling depan.

MY LOVE IS JEFRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang