iv.

28 1 1
                                    

four

Sinar matahari menerangi kamar Aldo sepenuhnya, tanda sudah memasuki setengah hari. Aldo yang sangat kelelahan karena turnamen kemarin lusa, lalu dengan teman-temannya yang datang ke rumahnya untuk futsal di lapangan belakang rumahnya sebagai tanda perpisahan bahwa Aldo akan pindah sekolah. Di tambah dengan pertemuannya dengan anak teman Papa nya yang berhasil membuat emosi Aldo memuncak seketika.

Aldo membuka matanya perlahan dan mengusapnya pelan. Tubuhnya seakan tidak berdaya untuk bangun. Aldo melirik jam di nakasnya, pukul 11 siang.

"Shit!"

Hari pertama sekolahnya ia lewati karena kesiangan. Tipikal seorang Aldo; tidak bisa bangun pagi. Sepagi-paginya Aldo bangun jam 10, itu juga sudah masuk siang.

Aldo beranjak dari ranjangnya dan turun ke lantai bawah.

"Mas Aldo udah bangun?" Seorang perempuan berkisaran umur 40 tahun lebih menyapanya sambil membawa nampan berukuran sedang.

"Iya mba, Aldo kesiangan lagi. Mba Ina gak bangunin Aldo?" Aldo menghempaskan tubuhnya di kursi makan sambil meminum susu yang baru saja disediakan.

"Mba udah bangunin dari jam 5 pagi, mas Aldiaz juga udah bangunin mas Aldo. Tapi mas Aldo nya gak bangun-bangun." Mba Ina langsung menyediakan sereal dan beberapa potong pancake di meja makan. "Mas Aldo pasang alarm makanya, biar gak kesiangan terus."

"Gak mempan sama Aldo mah," Aldo langsung menyantap pancake dengan sirup maple yang sudah di sediakan Mba Ina. Mba Ina adalah pelayan kesayangan Aldo dan Aldiaz. Dari sekian banyak pelayan yang ada di rumah Aldo, Mba Ina inilah yang paling Aldo sayang. Mba Ina merawat Aldo dan Aldiaz sedari mereka masih bayi, kedua orangtua mereka yang cukup sibuk membuat segala sesuatu keperluan Aldo dan Aldiaz di urus oleh Mba Ina.

"Yaudah Mas Aldo sarapan dulu, mba ke belakang ya. Kalo butuh apa-apa panggil aja." Mba Ina membawa nampannya dan langsung ke dapur.

"Siap!"

Aldo membuka ponselnya dan menemukan banyak pesan Line masuk.

Faldy Assegaf: do sekolah lu, hari pertama nih

Faldy Assegaf: woi

Faldy Assegaf: anjir gue tau lo pasti blm bangun

Faldy Assegaf: anak baru macem apa lo

Faldy Assegaf: WOI KEBO BANGUN

Faldy Assegaf: gila ih kebo

Faldy Assegaf: WOI 

Aldo Hadiutama: sorry gue telat bangun dy, bsk gue masuk kok

Dengan santai Aldo membalas pesan Faldy sambil melahap pancake nya. Dan berharap dalam hatinya semoga memori masalalunya tidak muncul lagi.

***

"Hanny!" Hanny yang mendengar seseorang memanggil namanya langsung spontan menoleh. "Hanny!"

"Astagfirullah, Nadia! Suara lo kecilin dikit dong! Sakit kuping gue." Tipikal Nadia; suaranya bikin kuping orang sakit.

"Maaf, takut lo gak denger." Kata Nadia dengan muka melas. "Mall yuk, gue pengen beli mascara."

"Gak ah, gue pengen ketemu Adrian di kantornya." Hanny berjalan ke arah parkiran sambil menjepit rambut ikalnya. "Perasaan lo beli mascara mulu deh?"

"Punya gue di minta kakak gue, yaudah gue beli lagi. Please dong temenin yaa?" Nadia menarik-narik lengan Hanny.

"Lo tuh kalo udah ada mau nya harus banget diturutin?"

"Iyaaa, please!"

"Yaudah ntar sore aja, sekarang gue gabisa." Hanny membuka pintu mobilnya dan memasukan tas serta buku-buku yang ia bawa.

"Oke deh, love you hanny!" Nadia memeluk Hanny sesaat. "See you."

"Bye!" Hanny langsung masuk ke dalam mobilnya dan keluar dari parkiran sekolahnya.

***

Adrian merapihan berkas-berkas di hadapannya dan menaruh ke dalam map berukuran sedang. Besok adalah hari yang penting, ia harus segera mendapatkan kesepakatan dengan salah satu perusahaan asing yang akan bekerja sama dengan perusahaannya selama lima tahun ke depan. Tentunya Adrian tidak boleh membuang kesempatan ini.

"Gue angin doang apa ya disini."

"Eh? Hahahahaha, sorry sorry. Gue lagi nyusun berkas-berkas buat besok." Adrian menutup map nya dan memberikannya kepada sekertarisnya yang sedari tadi juga menunggu Adrian selesai menyusun berkas-berkas. "Nah selesai. Jess, besok jam 8 semuanya udah siap ya. Jangan sampe ada yang ketinggalan." Adrian memberikan map tersebut pada Jessy, sekertarisnya.

"Oke pak. Kalau gitu, saya permisi. Daaah, Hanny." Jessy menepuk kepala Hanny pelan sambil berjalan keluar ruangan Adrian.

"Bye, future-sister-in-law-to be!" Jessy yang mendengarnya hanya tersenyum. "Dih najong sama calon istri sendiri sok baku gitu." Cetus Hanny.

"Ya lokasinya kan beda, anak pinter. Ini kan di kantor," Adrian beranjak dari kursi dan duduk di samping Hanny. 

"Ya tapikan ini diruangan lo, gak apa-apa dong panggilnya kayak biasa gitu."

"No, gue gak mau urusannya pernikahan gue di bawa-bawa ke kantor."

"Dih, lebay." Hanny merebahkan tubuhnya di sofa sambil mengutak-atik ponselnya.

"Terus tujuan lo kesini ngapain?"

"Mau main aja, gue bosen di rumah."

"Lah, biasanya lo main atau ke mall." Adrian membuka kancing kemejanya dan melonggarkan dasinya. Kerjaan yang harus Adrian tuntaskan sebelum hari pernikahannya, cukup menguras pikiran dan tenaga.

"Ntar sore paling sama Nadia. Gue males pulang sebenernya."

Adrian tahu kemana arah pembicaraan ini. "Jangan gitu lah, gimanapun juga itu rumah atas nama lo, Han." Adrian meletakan ponselnya dan menatap intens Hanny.

"Gue gak mau kuburan di jadiin atas nama gue, Bang." Hanny memutar matanya. Ia malas harus kembali ke rumahnya beberapa tahun belakangan ini.

"Gue masih tinggal disana loh, bi Anin jug-"

"Setelah lo nikah gue sendirian di sana, Bang. Siapa yang mau nemenin gue? Chewy?"

"Bunda sama Ayah nanti kan pulang-"

"Kapan? Sampe Sam Smith nyanyi lagunya Rhoma Irama?"

"Hanny!"

"Bang! Mereka tuh gak bakalan balik kesini kalo gak kita paksa! Lo masih gak ngerti juga?"

Wajah Hanny mulai memerah, matanya berkaca-kaca. Adrian tidak menyalahkan Hanny atas sikapnya barusan, Adrian mengerti betul bahwa orang tua mereka lah yang bertanggung jawab atas sikap Hanny barusan.

Hanny berdeham dan mengusap wajahnya sekilas. "Maaf, Bang." Kata Hanny pelan. "Hanny cuma capek. Kalo gitu Hanny pulang ya, daah."

Setelah itu Hanny langsung beranjak dari sofa dan pergi meninggalkan Adrian yang masih diam terpaku. Adrian tidak pernah berfikir sejauh ini, dimana adiknya muak dengan hidup yang ia jalani. Setelah kehilangan orang yang amat di cintainya, sekarang Hanny harus bertahan sendirian. Dan Adrian merasa gagal menjadi seorang kakak.

+Tuan dan Nona Kesepian+

a/n
welcome back.....collage :')
yaah udh kuliah, yaah bakalan sibuk tugas. semoga nulisnya ttp lancarrr heuheu

i need your vomments please, ga bae sumpah jd sider ok

March, 17th 2016

Tuan dan Nona KesepianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang