iii.

28 1 0
                                    

three

Hanny menatap aneh cowok yang sedang menyetir di sampingnya ini. Setelah menjelaskan alasannya tadi mau tidak mau Hanny harus ikut cowok ini untuk sampai ke rumah. Tentu saja Aldo 100% berbeda dari apa yang ia pikirkan sebelumnya. Sebelumnya Hanny sempat berfikir Aldo adalah cowok pendek, culun, pendek, tetapi apa yang ia pikirkan sebelumnya ternyata salah. Aldo memiliki struktur tubuh yang ideal, tinggi, tubuhnya atletis, dan berparas asia yang sedikit kental, jadi bisa di bilang tampan.

"Ngapain liat-liat gue? Ntar naksir repot."

"Pede gila lo!" Hanny langsung membuang pandangannya ke arah depan sambil menggelengkan kepalanya. 

Aldo yang melihat jalanan di hadapannya kosong, langsung menancapkan gasnya dengan kecepatan tinggi. Ya, Aldo tidak bisa buang-buang waktu, 20 menit lagi turnamennya di mulai.

"Heh! Gila lo! Jangan ngebut! Lo mau bikin gue mati?!"

Hanny yang menyadarinya langsung mengencangkan sit belt nya dan berpegangan dengan hanger di atasnya. "Aldo lo mau mati apa?! Woi!"

Aldo yang mendengarnya hanya mengabaikan ocehan Hanny yang semakin lama semakin menjadi, ia tidak peduli. Yang jelas ia harus sampai di tempat turnamen sepuluh menit sebelum di mulai.

***

Hanny merebahkan tubuhnya di ranjang sambil membuka kaus kaki nya. "Nyebelin banget itu anak. Bawa mobil udah kayak orang kesurupan!" Hanny masih menyumpah serapah Aldo karena hampir membawanya dalam bahaya. "Semoga aja gue gak ketemu tuh anak lagi. Ew."

Hanny yang merasakan jet lag, langsung memejamkan matanya dan mencoba tidur. Penerbangan dari London ke Jakarta tanpa ada transit membuat kepala Hanny terasa ingin meledak, di tambah dengan naik mobil bersama Aldo dan di kemudikan dengan kecepatan tinggi.

Brak!

"Halo!"

Seorang lelaki bertubuh tegap langsung masuk kedalam kamar Hanny tanpa basa-basi.

"Astaga, abang! Bisa gak ketuk pintu dulu?"

"Hahahaha kaget ya?"

"Gak lucu." Hanny menatap sinis kakak pertamanya itu.

"Jahat lo! Btw, oleh-oleh buat gue mana?"

"Oleh-oleh apaan?"

"Yakali lo dari London gak bawa apa-apa?"

Hanny merebahkan tubuhnya lagi ke ranjang. "Mau banget apa, Bang?"

"Dih pelit lo, bodo amat ya ntar gue ke Singapore lo gak gue bawain coklat!"

"Bang Adrian! Ahelah." Hanny spontan bangun dari ranjangnya. "Jangan gitu kek, gue pengen banget coklatnya sumpah!"

"Lu aja gak bawain oleh-oleh buat gue, ogah banget." Adrian beranjak dari ranjang Hanny lalu membuka pintu balkon kamar Hanny.

"Gak sempet, Bang. Noh, adek lo malah bawa gue ke jurang kejahatan."

"Hahahaha, dia ngapain lo?"

"Temennya mabok, hampir bawa gue pulang coba. Gila kan!"

"Si bodoh! Andrew udah kerja tapi kelakuannya kayak gitu. Sifat ke-gak-pekaan sama lingkungan sekitarnya gak pernah berubah, padahal udah di deportasi ke London."

"Makanya lo sebagai anak pertama kasih tau adeknya dong."

"Dih males, mending gue urus pernikahan gue." Kata Adrian sambil menutup wajahnya dengan bantal. Dua minggu lagi Adrian memang akan menikah dengan tunangannya, sahabatnya dari SMA.

"Astagfirullah, sombongnya." Hanny memutar matanya. Adrian tertawa kecil, bukannya bermaksud sombong. Namun, Adrian memang mempunyai banyak urusan yang ia belum selesaikan untuk pernikahannya. Menurutnya Andrew bisa mengatasinya dengan baik, meskipun kenyataannya tidak. Keputusan orang tuanya saat menunjuk Andrew untuk mengambil alih perusahaan di London bisa di bilang kurang baik. Andrew bukan tipe lelaki yang bisa hidup sendirian, ia mandiri tetapi degan sifat ke-tidak-pekaan terhadap lingkungan sekitar, membuat Hanny dan Adrian khawatir dan harus mengunjungi Andrew ke London 3 kali dalam sebulan.

"Bukannya sombong, gue juga punya urusan lain, Hannisa sayang."

"Dih.." Hanny duduk di samping Andrian sambil mengeluarkan ponselnya. "Btw, chewy mana? Kok gue belum liat ya."

"Lagi di pet shop, gue anter tadi pagi." Hanny mengangguk mengerti.

"Da ah gue mau mandi, lo keluar sana!"

Adrian yang masih duduk di balcony hanya mengangguk santai sambil memainkan ponselnya. "Awas lu jangan ngintip!"

"Sini gue mandiin." Kata Adrian sambil tersenyum sambil berjalan ke arah Hanny.

"ADRIAAAANN!!" Seketika Adrian langsung lari keluar dari kamar Hanny, karena kalau tidak teriakan Hanny bisa membuat gendang telinga Adrian pecah.

***

Paginya Hanny terpaksa harus berangkat lebih awal ke sekolah karena baru saja Nadia memberitahunya ada ulangan Matematika, dan pastinya Hanny lupa akan hal itu. Setelah semalaman ia berbincang dengan Adrian, membuatnya lupa bahwa banyak tugasnya yang tertinggal. Sebenarnya ini tidak masalah bagi Hanny, toh Papa Nadia, Om Abram adalah pemilik sekolah ini. Namun, demi mendapatkan perguruan tinggi negri, tidak ada alasan bagi Hanny untuk bersantai-santai.

"Finally, the London's girl is back!" Nadia yang menyadari kedatangan Hanny langsung menyambutnya semangat.

"Well, i am." Hanny langsung membuka binder nya dan menjawab pertanyaan yang sudah ia salin. Meskipun ia sangat populer di sekolahnya, tidak membuatnya lupa dengan tugas, yaa meskipun Nadia harus mengingatkannya terus-menerus. "Btw, gimana keadaan sekolah selama gue ke London?"

"Aman terkendali dong." Kata Nadia sambil mengacungkan kedua jempolnya. "Tapi.."

"Hmm?"

"Katanya yang gue denger ada anak pindahan dari sekolah swasta lain. Temennya si Faldy anak futsal itu."

"Faldy pacarnya Caca?" Sambil mendengarkan omongan Nadia, Hanny terus menjawab satu demi satu pertanyaan.

"Iya, calon-calon anak futsal juga tuh." Hanny mengangguk.

"Terus Caca nya mana?"

"Dia gak masuk, sakit katanya. Lebay banget baru minggu ke dua tahun ajaran baru, udah sakit aja." Keluh Nadia. Caca adalah sahabat Hanny juga, mereka bertiga selalu kemana-mana bareng. Dan mereka di juluki geng cewek terpopuler di antero sekolah. Karena melihat prestasi mereka dalam bidang akademik  dan non-akademik yang cukup bagus, di tambah dengan keluarga mereka kaya tujuh turunan, serta paras yang cantik, membuat hampir seluruh sekolah menjuluki mereka seperti itu.

Suara khas plantovel hitam milik Miss Anggi terdengar jelas dari dalam kelas. Murid-murid yang berada di luar maupun dalam kelas langsung berhamburan ke tempat duduk mereka masing-masing. 

Dengan rambut yang di jepit setengah dan wangi parfum mahal yang sudah tercium dari jarak jauh, Miss Anggi, guru Bahasa Inggris masuk ke dalam kelas. "Good morning, everyone."

"Good morning, Miss." Seisi kelas langsung spontan menjawab.

"I need you to give me your homework after this class, i hope everyone has finished."

"Yes, Miss."

Terima kasih pada Tuhan, akhirnya Hanny bisa menyelesaikan soal-soal essay ini dengan tepat waktu. Dengan suasana yang kondusif, Miss Anggi langsung memulai pelajaran.

+Tuan dan Nona Kesepian+

March, 12th 2016

Tuan dan Nona KesepianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang