THE SADNESS THING

46 7 0
                                    

Bagi seorang penulis baru sepertiku, hal yang paling menyedihkan adalah saat mengetahui hasil karya yang telah susah payah ditulis dengan berbagai pemikiran mendalam ternyata ditolak untuk diterbitkan. Tidak terkatakan rasa pahitnya, bagiku sendiri rasa sakitnya setara dengan kehilangan anggota keluarga yang disebabkan oleh kematian. Move on nya lama. Bukan memakai hitungan hari lagi tapi bisa sampai bulan (sebenarnya tergantung sama mental kepribadian masing-masing orang,kebetulan mentalku lemah). Patah hati menurutku malah gak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan rasa kecewa yang mendalam saat mengalami penolakan dari beberapa media.

Hasil kerja keras seakan terasa sia-sia. Waktu banyak terbuang percuma, usaha selama ini ternyata cuma berakhir ditempat sampah. Tak terperihkan pedihnya. Mendadak seperti dapat tusukan dan pukulan telak. Dikalahkan hanya dengan sekali gebrakan. Aku kalah dalam pertarungan. Merasa keluar sebagai pecundang. Terluka parah meski tidak mengeluarkan banyak darah. Ingin menangis,tapi gak keluar air mata. Ingin menjerit untuk melampiaskan kekesalan tapi suara enggan keluar.

Beberapa saat hanya bisa terpaku pada tumpukan lembaran kertas yang teronggok; terikat disudut ruangan. Ingin dibuang sayang, gak dibuang rasanya menyebalkan. Seakan diingatkan dengan segala pengorbanan yang telah dilakukan ternyata tidak bermanfaat.

Aku duduk mematut-matut diri,mengamati jumlah lapisan yang kian hari makin bertambah. Hati nurani terusik dan bertanya apa yang salah ?!

Kenapa tulisan yang kutulis dengan peluh bercucuran sekian lama tetap saja belum menampakkan kemajuan ?

Orang selalu berkata kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda dan kesuksesan bisa diraih dari bekerja keras dan doa. Bakat itu cuma 1 %,yang 99 % itu usaha dan kerja keras tanpa kenal putus asa. Teorinya sih gitu,tapi kenyataan prakteknya gak semudah ngomong. Sayangnya,saat kesedihan datang aku selalu lupa mengenai rumus bertahan.

Tak satu pun naskah cerita yang ku karang berhasil menembus media cetak. Orang lain sih mudah menghibur dengan mengatakan jangan mudah putus asa,berusahalah lebih keras lagi,emang mungkin belum rejeki,dan lain sebagainya. Yaa,terima kasih atas dukungannya,aku tahu mereka berkata begitu karena mereka peduli. Hanya saja, it's make me think that i'm simple useless. Why am i always get rejection although i 've been trying so hard? What's wrong ? I really dont understand.

Penulis diakui oleh masyarakat sebagai penulis apabila ia telah menerbitkan minimal 3 buku sepanjang karir kepenulisannya. Sementara aku,jangankan 3 buah buku,selembar tulisanku pun belum bisa lolos dari editor redaksi media cetak. Karyaku selalu dinilai belum layak muat. Meskipun sudah berpuluh-puluh kali aku mengoreksi kesalahan demi kesalahan yang ditunjukkan.

Aku merenung,aku berpikir ulang tentang semua hal. Harapanku kini tengah menipis dan berada di ujung tanduk. Sikap pesimis hadir menyeruak dan mempertanyakan idealisme sebuah impian. Aku harus bagaimana kali ini ?

Terus berjalan ataukah sebaiknya berhenti sampai disini ?

Apa harus bertahan atau mesti kembali menjalani hidup tanpa harus meraih mimpi ?

Aku mungkin bisa melewati hidup tanpa mimpi. Hidup untuk saat ini. Memendam semua kesedihan dan kekecewaan dengan menguburnya dalam-dalam. Lalui hari-hari tanpa perlu memikirkan berbagai kemungkinan tentang masa depan. Tapi---

Aku membisu dalam balutan sunyi. Tidak ada jawaban. Yang ada hanya air mata tertahan dalam do'a permohonanku.

Mungkin memang aku salah menempatkan gelas impian. Semestinya, aku tidak meletakkan harapan terlalu tinggi.

Sometimes you try your hardest, but things don't work out the way you want it too.


CATATAN KONYOL PENULIS DODOL.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang