"Nama saya Raina Alyssa. Panggilan, Raina. Dari SMP Taruna 2."
Raina kembali duduk di bangkunya. Sudah jadi tradisi jika selesai MOS dan proses pembelajaran dimulai, para siswa diharuskan memperkenalkan diri di depan kelas.
Raina masuk kelas X.2. Katanya sih, kelas X.2 ini kelasnya anak-anak baik nan populer dari tahun ke tahun.
Setelah acara perkenalan selesai. Guru yang pertama kali memasuki kelas ini membahas sedikit materi yang sudah diajarkan sewaktu SMP. Sekedar untuk me-review pelajaran yang dulu pernah diajarkan.
Berhubung ini masih hari pertama, para siswa dipulangkan lebih cepat dari jam pulang seharusnya.
Raina yang tidak diperbolehkan membawa motor oleh orangtuanya langsung misuh-misuh. Ayahnya pasti masih bekerja, sedangkan ibunya tidak bisa menyetir motor. Kalau naik angkot harus dua kali. Mending kalo cepet, lah ini? Orang lain udah pada tidur dikamar, eh Raina baru turun dari angkot. Kan nyebelin!
"Na? Mau bareng?"
Raina menoleh. Kaira, sahabat Raina sejak SMP itu memang selalu membawa motor ke sekolah.
Raina mengangguk. "Boleh deh, ayo!"
Raina dan Kaira memang selalu bersama. Mereka selalu dipersatukan oleh takdir. Sejak kelas 7 SMP hingga sekarang mereka selalu sekelas. Bosan sih, tapi namanya juga takdir.
Mereka berdua telah berada di atas motor Kaira. Membelah jalanan yang cukup sepi di bawah awan mendung yang seakan bergerak mengikuti mereka berdua.
"Hoop! Sampe sini aja," Raina turun dari motor Kaira. "Thanks, ya!"
"Yow. Gue duluan ya! Tiati lo!"
"Iyaa--"
Raina melihat motor Kaira yang mulai menjauh. Dia melanjutkan berjalan. Toh rumahnya tidak terlalu jauh dari sini.
"Rainaaa~~"
Raina menolehkan kepalanya ke sumber suara. Dia Devin! Bocah kelas delapan itu menyunggingkan senyum lebar ke arah Raina.
Raina membalasnya.
"Mau dianterin pulang gak kaa?" serunya.
"Gak usah."
Raina berlalu. Dia tidak ingin berurusan lebih lama lagi dengan bocah gila itu. Atau bocah yang membuatnya gila?
Dari kejauhan, Raina dapat mendengar dengan jelas seruan dari Devin. Kira-kira begini kalimatnya :
"Hati-hati dijalan kaa!"
====================================================
Raina baru saja membuka ponselnya. Dia cukup kaget dengan ponselnya yang tiba-tiba jadi super lemot.
Ponselnya terus berbunyi. Puluhan pemberitahuan dari grup LINE langsung membanjiri notification ponselnya.
Cecilia Avrilla : Hallo! Selamat datang di group line X2!;) Kenalin gue cecil, dari taruna 1
Arion Dimitri: Gue Arion, dari Budi Pekerti.
Triani Febiyanti : Gue Febi. Dr jayamandiri
Begitulah kira-kira kalimat perkenalan yang terdapat dalam group chat tersebut. Sepertinya hanya Raina yang belum muncul disana.
Raina Alyssa : Haii! Gue Raina, dari taruna 2;))
Kaira Aziza : Hallo! Kaira dr taruna 2;)
Setelahnya. Mereka sibuk membicarakan hal-hal tidak penting yang sedang booming di jaman ini.
Raina pun ikut-ikutan ber-gak jelas ria. Dia membalas candaan-candaan teman-temannya yang cukup lawak itu.
Devin Aldriel : Waah maksudnya apa nih? Maen mau-mau aja??
Raina membelalakan matanya. Jangan bilang kalau dia....
Devin Aldriel : Kak Raina?
Raina Alyssa : LHA IYA MAU!!!!
Devin Aldriel : Waah maksudnya apa nih? Maen mau-mau aja??
.....salah bales chat.
"Anjir! Mati gue!!"
==============================================
"Kak, tolong beliin mama ini semua dong." ucap Mama Dira -mama Raina- sambil menyerahkan selembar kertas berisi daftar belanjaan pada Raina.
Raina menerima kertas tersebut. "Uangnya?"
Mama Dira menyerahkan dua lembar uang seratus ribuan pada Raina.
"Upahnya?"
"Ck. Itu juga ada sisanya, kak," decak Mama Dira. "Udah cepet sana, nanti keburu ujan."
"Iyaudah deh. Raina berangkat dulu, Assalamu'alaikum!"
===========================================
Raina baru saja sampai di sebuah toko yang cukup besar. Ia memarkirkan motornya di tepi jalan.
Gadis berlesung pipi itu memasuki toko tersebut. Barang yang harus ia beli lumayan banyak. Sepertinya sang mama akan membuat kue karena barang yang harus dibelinya tidak jauh dari bahan-bahan untuk membuat kue.
"Permisi! Mas tolong ini ya." ujar Raina seraya menyerahkan kertas berisi daftar belanjaan tersebut. 'Mas' penunggu toko tersebut tak merespon. Sepertinya ini efek headset yang tersumpal di telinganya.
Raina mendekati 'Mas' penjaga toko lalu menyentuh punggungnya.
'Mas' tersebut menoleh dengan sedikit kaget. Tak berbeda jauh dengan reaksi Raina.
"Loh? Kak Raina ngapain disini? Mau ngapelin adek yaa?" tuduh 'Mas' tersebut. Raina memutar bola matanya kesal.
"Dih geer lo! Gue mau belanja kali," ujar Raina. "Lo sendiri ngapain disini?" tanya Raina sinis. Berbanding terbalik dengan hatinya.
"Gue lagi jaga toko lah. Ini kan tokonya Fandi, sepupu gue."
Raina membulatkan mulutnya, pura-pura tak acuh. Ia kembali menyodorkan kertas daftar belanjaannya.
"Kalo gitu, nih tolong ya, gak pake lama!"
"Bawel ya kakak ini. Tapi lech ugha...."
Devin alias mas penjaga toko tersebut akhirnya mengambil barang-barang belanjaan Raina.
Setelahnya, ia menyerahkan satu kresek besar belanjaan Raina. "Nih kak. Mau sekalian?" katanya.
"Sekalian apa?" tanya Raina. Devin tersenyum jahil.
"Sekalian beli cintaku kak. Diskon 100% khusus buat kakak!"
"Dih ogah!"
"Eh kak. Yang kemaren di line, kakak mau apa?" Tanya Devin serius. Raina merasa pipinya memanas. Ini bocah pake acara inget segala lagi! batin Raina.
"Gue salah bales chat. Lo kebiasaan deh geer mulu!" ucap Raina dalam sekli tarikan napas.
"Ciee Raina ternyata perhatian, ya?"
Raina mendecak malas. "Udahlah! Nih uangnya. Kembaliannya cepet ya. Mendung nih."
"Iya Raina,"
===========================================