Last Chapter

209 19 6
                                    


"Kau masih berutang penjelasan padaku, Eunri-ah."

Suara Kyuhyun terdengar menggema, mengusik ketenangan yang telah bertahan beberapa saat lamanya, menghancurkan pemikiran Eunri yang tengah mengembara jauh ke Padang Sahara.

Kyuhyun cukup bersabar menerima perlakuan tak terduga Eunri yang tiba-tiba menamparnya tanpa alasan. Namun jika didiamkan lebih lama lagi tanpa adanya sebuah penjelasan, tentu akan membuat perasaan Kyuhyun tak tenang dan terus mencari-cari sesuatu yang tak pasti. Keinginan Kyuhyun sangat sederhana, yakni Eunri bersedia memberikan penjelasan atas penamparan yang terjadi beberapa saat yang lalu. Simple bukan?

Kenyataannya justru berbanding terbalik dengan yang diharapkan. Sejak Kyuhyun mempersilakan Eunri masuk, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir yeoja tersebut. Bahkan Kyuhyun sudah menghabiskan banyak waktu di dapur untuk membuat teh hangat, memberi waktu agar Eunri bisa menyusun kalimat yang baik untuk diberikan padanya, namun hingga detik ini Eunri tak juga bicara.

"Kau tak mau bicara?"

Lagi, Kyuhyun bertanya dengan ekspresi tak bersahabat. Bukan maksud Kyuhyun untuk mengintimidasi Eunri, tapi Kyuhyun benar-benar tak tahan dengan situasi mencekam yang tengah menyelimutinya saat ini. Hanya sekadar memberikan penjelasan, bukankah itu terlalu mudah untuk dilakukan Eunri?

"Aku minta maaf."

Kyuhyun terhenyak mendengar suara Eunri yang bergetar, seolah sedang menahan sakit dan tangis yang begitu hebat. Fokus perhatian Kyuhyun kini beralih pada Eunri yang masih setia menundukkan kepala, menghindari tatapan matanya yang dirasa mengancam.

"Minta maaf untuk apa?" balas Kyuhyun, membimbing arah pembicaraan. "Kau minta maaf karena telah menamparku atau karena sebab lain? Katakan yang jelas! Jangan membuatku bingung!"

Merasa terpojok, Eunri semakin menyembunyikan wajahnya dari Kyuhyun. Penamparan yang dilakukannya beberapa saat yang lalu sungguh sikap yang sangat bodoh. Walau emosi begitu besar dirasakannya, bukan berarti ia berhak menampar orang sesuka hatinya. Kyuhyun memang berbohong padanya soal Jaeshin, namun ia tak mempunyai hak untuk mengadili Kyuhyun. Sama sekali tak berhak.

"Maafkan aku karena telah menamparmu."

"Lalu kenapa kau menamparku?" tanya Kyuhyun, semakin dirundung penasaran. "Apa salahku?"

"Kau tak bersalah."

"Lalu? Orang tak bersalah kau tampar? Apa kau sudah tak waras?" Emosi Kyuhyun mulai menyeruak, memaksa ucapan frontal keluar dari bibir tebalnya. "Katakan padaku, kenapa kau datang malam-malam begini hanya untuk menamparku? Jangan memberikan penjelasan yang berbelit-belit karena aku tak membutuhkan itu!"

Eunri semakin dilingkupi rasa bersalah, terlebih setelah mendengar ucapan Kyuhyun yang dirasa tak mau memberikan kompromi atas kesalahan yang telah dilakukannya. Terlalu takut sekaligus malu, hingga Eunri merasa bimbang dengan penjelasan yang akan diberikannya pada Kyuhyun. Andai Eunri dituntut harus jujur perihal alasannya menampar Kyuhyun, apakah Kyuhyun akan menertawakannya setelah itu?

"Kau akan tetap diam?"

"...."

"Eunri-ah?"

"......"

Habis sudah kesabaran Kyuhyun. Percuma menunggu sesuatu yang tak pasti, melelahkan. Perasaannya juga sedang tak begitu baik untuk meladeni Eunri yang tetap bersikeras tak ingin memberikan penjelasan.

"Baiklah, aku takkan memaksamu untuk berbicara." Kyuhyun memilih menyerah lalu bangkit dari singgasananya dengan tangan yang menunjuk ke arah pintu. "Kau bisa pergi. Hari sudah malam. Kita bicarakan ini lain kali."

ORANGE JUICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang