Dua

26 4 0
                                    

Asya P.O.V.

Pikiranku benar-benar kacau saat melihat surat itu. Kenangan masa lalu berkelebat dikepalaku.

Teriakan mama.

kata-kata terakhir dari mereka.

Bagaimana kejadian pada hari itu..

Aku dapat mengingat semuanya dengan jelas. 

kakiku mulai melemas dan aku pun jatuh terduduk dilantai. Perutku terasa mual, kepalaku seakan ditimpa beban yang sangat berat. Air mata mulai menggenangi kelopak mataku.

Mereka kembali. Mereka kembali untukku. Mereka mengincarku. 

Mereka mengincarku karena aku pembunuh. Ya, mereka ingin membunuhku untuk balas dendam 7 tahun lalu.

___


Evan P.O.V

Aku sedang berjalan menuju kelas. Koridor sekolah mulai terlihat sepi. Mungkin semuanya sudah pulang.

Aku melihat seseorang sedang mengemasi barang-barangnya sambil bersenandung ria.

"Hai Sya" sapa ku saat memasuki kelas.

"Eh, belom pulang Van?" jawabnya.

"Kalo gue udah pulang trus didepan lo sekarang siapa?" ujarku dengan nada bergurau.

"iya juga sih" Asya tertawa kecil.

Tunggu sebentar, ada yang aneh dengan gadis ini. Matanya sedikit memerah. Namun mengapa?.

Aku melihat ia sebuah kotak besar di dekat tasnya.

"Cie..hadiah dari fans ya?? kubuka ya.." ledekku.

Asya dengan sigap mengambil kotak itu.

"Apaan sih.." ujarnya "Oh iya gue balik dulu ya. Bye Evan"

Asya meninggalkan kelas. Ia terlihat tak seperti biasanya. Biasanya ia pasti keluar kelas dengan berlari kecil namun kali ini dia hanya berjalan dengan kepala yang sedikit merunduk.

Mengapa kau selalu tertawa dibalik semua kesedihanmu?

Mengapa kau tak pernah terlihat kehilangan pijakan?

Kuharap aku dapat tau jawabannya. Dan ku harap kau menyadari bahwa aku akan selalu ada untukmu.


Asya P.O.V.

Hampir saja Evan melihatku. Untung suara langkah Evan dapat menarikku dari rantai masa lalu yang kembali menyeretku paksa untuk tenggelam kedalamnya.

Aku harus kuat. Mama dan papa pasti tak akan senang melihatku menangis.

"Mama, papa maafin Asya ya. Asya janji Asya bakal terus tersenyum apapun kondisinya" Gumamku pelan. Kuharap kalian dapat mendengarnya dari atas sana.

Aku berbelok menuju halaman belakang sekolah sebelum menuju ke parkiran sekolah.

Aku mengambil kayu yang sepertinya bisa kubuat untuk menggali tanah. Membuat lubang yang cukup besar lalu mengubur kotak beserta bangkai kucinng yang kuterima dari peneror itu.

"Maaf  ya, gara-gara aku kamu harus kayak gini" ucapku lalu pergi menuju parkiran.

____

Aku merongoh tasku mencari kunci kamar didalamnya.Tunggu dulu mengapa aku tak dapat menemukannya?. 

Aku mulai mengacak-acak tasku namun tak kutemukan kunci didalamnya. Seingatku aku tak pernah lupa mengunci pintu kamar.

Aku memutar kenop pintu kamarku. Dan pintu itu langsung terbuka lebar. Sepertinya aku benar-benar lupa mengunci kamar.

Aku melangkah masuk menutup pintu lalu menyalakan lampu.

1 detik.

1 menit.

5 menit.

Tubuhku kaku membeku. Kamar yang awalnya tampak indah sekarang tampak sangat meyeramkan.

Kasur Queen size berseprai merah muda dengan motif strawberry kini penuh dengan cipratan darah. Entah darah apa itu.

Meja belajar yang biasanya tertata rapi sekarang tampak sangat berantakan. 

Buku kenangan yang berisi fotoku, mama, dan papa. Sekarang tersebar dipenjuru kamar dengan beberapa foto yang sudah terobek.

Di dinding kamarku terdapat coretan dengan tinta merah. Tunggu sebentar itu bukan tinta merah namun itu darah.

'KAU PEMBUNUH!!!'

'POTONGAN KECIL SEHARUSNYA TELAH HANCUR'

'MATI KAU!! KAU TAK PUNYA TEMPAT DI DUNIA INI!!'

'MATI KAU!!'

 Tulisan-tulisan itu tertera jelas di dinding kamarku. Aku melangkah mundur ketakutan hingga punggunggu menabrak pintu kamar. 

Terdengar suara benda jatuh. Sontak aku menoleh dan mendapati sebuah tape recorder yang mulai terputar.

Twinkle, twinkle, little star

How I wonder what you are
Up above the world so high
Like a diamond in the sky
Twinkle, twinkle little star
How I wonder what you are

When the blazing sun is gone
When he nothing shines upon
Then you show your little light
Twinkle, twinkle, all the night
Twinkle, twinkle, little star
How I wonder what you are

Lagu twinkel twinkel little stars yang diiringi piano menggema di kamarku.


FLASHBACK~~

Aku sedang bermain piano bersama mama. Mama yang seorang pianis mengajariku cara bermain piano dan sekarang aku sedang mememainkan lagu twinkle twinkle little stars bersama mama. kami bermain piano bersama dan juga menyanyi bersama.

"Wah,,,Asya sekarang sudah semakin hebat main pianonya" puji mama sambil meneglus kepalaku lembut.

"iya dong ma, siapa dulu gurunya" ujarku.

Lalu aku dan mama tertawa bersama.


FLASHBACK END~~

sekarang aku hanya dapat duduk terdiam. Tubuhku membeku. siapa yang telah melakukan semua in?. Siapa yang menginginkanku kematianku?.

"Asya...dek.." terdengar suara kak Alvin dari balik pintu.

"Asya buka pintunya dek.." kali ini suara kak Vino

"Kakak buka ya sya" ujar kak Revan.

kenapa mereka semua harus datang disaat seperti ini??.


-

-

-

Hai semua...

maaf cerita kali ini kurang memuaskan..

kumiko sedang dilanda kebingungan sekarang..

mohon coment and votenya ya...

Selamat menunggu lanjutannya.



My SelfWhere stories live. Discover now