Alvin P.O.V.
Ku drible bola basket yang ada di tanganku berkali-kali lalu ku lemparkan ke arah ring basket. beberapa anak cewek terlihat mengelilingi lapangan. tentu saja mereka tak ingin melewatkan kesempatan untuk menonton seorang pangeran sekolah pada jam ekstrakurikulernya.
bola masuk dengan mudahnya ke dalam ring yang di sambut dengan suara tepuk tangan dan teriakan dari beberapa anak cewek. kulambaikan tangan sambil menebarkan senyum menawanku pada mereka.
kulihat salah seorang dari 5 Primadona sekolah melintasi koridor yang berada di sisi lapangan dengan terburu-buru.
"Asya.." panggilku. gadis itu tak menoleh sedikitpun.
ada yang aneh. kemana ia akan pergi?.
tunggu dulu..
aku mengamati wajah cantik Asya lebih detail.
apa dia menangis?!. dan mengapa bibirnya pucat sekali?!.
"Awas Vin.." teriak salah satu anggota ekskul basket.
aku menoleh ke asal suara dan..
BRUK!!!
bola basket sukses menghantam wajah tampanku. ku pegangi hidungku yang tadi sempat terkena hantaman keras dari bola basket.
"Lo kalo ngelempar bola hati-hati dikit napa" ujarku kesal.
"Sorry deh vin..gue bener-bener gak sengaja" ujarnya.
aku mendengus kesal lalu kembali mencari Asya.
kemana anak itu pergi?.
"Eh, gue cabut dulu ya.. ada urusan penting" pamitku lalu meninggalkan lapangan.
****
aku berjalan menyusuri koridor yang tadi di lewati Asya.
kemana sih anak itu?.
kuedarkan pandanganku ke sekelilingku. kakiku menuntunku ke arah halaman belakang sekolah. dan disanalah ku temukan seorang gadis terbaring lemas.
"ASYA"
kuberlari ke arah Asya yang terbaring lemas. bibirnya pucat pasi. ku letakkan jariku di bawah hidungnya. Nafasnya sangat pelan. bahkan hampir tak terasa.
apa yang terjadi sebenarnya?!.
kuambil handphone yang berada di saku celanaku lalu menelpon Vino.
"Vino, lo siapin mobil sekarang. penyakit Asya kambuh" ujarku.
****
"Lo tenang dulu napa. gue pusing liat lo mondar-mandir mulu dari tadi" cibir Vino.
"Gimana gue bisa tenang sedangkan Asya masih gak jelas kondisinya" sahutku.
memang sejak Asya memasuki ruang ICU aku hanya dapat mondar-mandir sambil menunggu dokter keluar dari ruangan.
"Vino..Alvin.." panggil Mama yang baru saja tiba di rumah sakit.
"Gimana keadaan Asya?" tanya Papa.
"Vino sama Alvin belum tau keadaannya Asya sekarang. dokter masih di dalem meriksa keadaan Asya" jawab Vino tenang.
"kok Asya bisa jadi kayak gini lagi sih?" tanya kak Revan.
aku dan vino menggeleng perlahan.
seorang dokter keluar dari ruang ICU.
"Keluarga saudari Anastasya" panggil sang dokter itu.
"Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya papa.
"Saat ini kondisinya masih sangat rawan. Sepertinya ada sesuatu yang membebani fikirannya dan juga membuat emosinya tidak stabil. kita hanya dapat berusaha dan berdoa untuk saat ini" jelas sang dokter.
ku lihat Mama yang menangis di pelukan Papa yang memasang wajah sedih. tak hanya Mama dan Papa yang sedih namun begitupun aku, Vino, dan kak Revan.
Untuk kedua kalinya kami gagal menjadi keluarga Asya.
Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dari kami Asya..
****
beberapa peralatan pengobatan telah terpasang pada tubuh Asya. bunyi monitor terdengar jelas di ruang itu. Rasa sakit dan kecewa melanda hati kecilku saat melihat Asya dalam kondisi seperti ini.
aku mengepalkan tanganku. ku langkahkan kakiku mendekati Asya yang terbaring lemas di atas kasur.
ku genggam erat tangan mungilnya. berharap dapat menyalurkan kekuatan padanya agar dapat membuka matanya.
saat ini hanya ada kami di ruang ini. hanya ada Asya dan aku. Mama dan Vino pulang untuk mengambil barang yang di perlukan sedangkan Papa dan kak Revan kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
ku tatap wajah cantiknya. Matanya yang selalu memancarkan keceriaan, kehangatan, dan keramahan kini tertutup rapat. Bibir merah mungilnya yang selalu tersenyum sekarang tampak pucat pasih. ku elus pipinya pelan.
"Apa lagi yang lo sembunyiin sya?. kenapa lo selalu nanggung semuanya sendiri?. apa kita semua belum cukup buat jadi keluarga lo?" ujarku sendu.
tiba-tiba bayangan Asya melintas di benakku. banyangan saat Asya ceria dan mengejekku berhasil membuat senyumku kembali merekah.
"Sampai kapan lo mau tidur terus. cepatlah bangun putri tidur" lanjutku lalu mengecup pipi kanannya.
kamu memang benar-benar membuatku gila..
Anastasya venus...
-
-
-
-
-
hallo kawan-kawan..
maaf ya kumiko baru sempet update lagi dikarenakan urusan sekolah yang menumpuk...
terima kasih untuk semua reader kumiko yang setia menunggu kelanjutan dari cerita ini...
jangan lupa vote dan comment ya...
sampai jumpa di part selanjutnya..
YOU ARE READING
My Self
Teen FictionOrang bilang hidup itu bagaikan roda. kadang diatas dan kadang di bawah. Namun mengapa roda dalam kehidupanku tak pernah berputar. Dihantui dengan kenangan yang menyiksa. Kenangan dari keluarga yang awalnya kukira indah, namun berujung pada tragedi...