satu

34 4 0
                                    

Asya P.O.V.

"Asya...Asya..Asya.."sorakan murid-murid SMA Aviand terdengar menggema di audiotorium.

Aku memamerkan senyum termanisku lalu kembali ke bangku kandidat ketua OSIS. Ya, tahun ini aku memang mencalonkan diri sebagai ketua OSIS. Awalnya ke-3 kakakku yang kelewat protectivenya menolak rencanaku mentah-mentah.

Tapi tentu saja yang namanya Asya pasti bisa membuat ke-3 kakakku itu mengizinkanku mengikuti pemilihan ini.

"Evan...Evan..." sorakan-sorakan itu membuyarkan lamunanku.

Ya orang yang di sebut Evan ini adalah salah satu saingan terberatku.

Namanya Evan Deandra, dia sekelas denganku. Ketua tim basket. badan tinggi atletis, wajahnya ya bisa kubilang lumayan tampanlah. Wajah campuran indo-belandanya bisa dibilang dapat memukau banyak orang. mata hijau dengan sorot mata yang lembut menjadi nilai plus dalam dirinya.

Selama ini aku sangat bersyukur karena dia tak pernah berhasil menggoyahkanku di peringkat pertama. Tapi dalam kasus ini aku tak bisa memprediksi apa-apa. 

Setelah semua kandidat berorasi dimulailah pengambilan suara. 

"Suasananya riuh banget ya" terdengar suara dari samping kananku.

"Ya begitulah" jawabku santai tanpa menoleh kearah orang itu.

kurasa ada sesuatu yang hangat menyentuh tanganku. Aku menoleh dan melihat tanganku yang digenggam oleh orang itu. 

aku menatapnya meminta penjelasan. 

Namun ia hanya membalasku dengan senyumannya yang kuakui memang manis.

"Lepasin tangan Asya!" terdengar bentakan.

"berani amat lo nyentuh-nyentuh Asya!"

Huft aku sudah tau siapa yang berulah kali ini.

Siapa lagi kalau bukan ke-2 kakakku. Sepertinya sister complex mereka kambuh lagi.

"Siapa lo?" tanya kak Vino dingin. Kak Vino ini emang terkenal dengan kejutekannya seantero sekolahan. Walau mukanya emang cakep tapi tetep aja para cewek pasti mikir 2 kali sebelum mendekati kak Vino.

Evan berdiri dan memasang wajah watadosnya. Apa dia tidak sadar sekarang ia sedang berhadapan dengan harimau yang emosinya sedang memuncak. 

Aku masih ingat kejadian saat kedua kakakku ini memukuli teman cowokku yang nekad mengajakku jalan-jalan tanpa izin mereka berdua. Jadilah cowok itu babak belur karena ulah 2 kakakku yang memiliki sister complex ini.

"Kenalin gue Evan Deandra. Temen sekelas Asya" Evan mengulurkan tangannya.

"Gue gak perduli siapa elo yang penting gue gak suka liat lo deketin Asya" kali ini kak Alvin yang angkat bicara. Kak Alvin ini adalah adik kembaran kak Vino hanya saja, sikap mereka diluar berbeda. 

Ingat hanya diluarnya saja. kalau di dalamnya sih sama saja. 

Berbeda dengan kak Vino yang selalu kelihatan cool. Kak Alvin lebih ramah kecuali dalam urusan mengenaniku ia akan berubah 360 derajat.

"Udah ah kak, gak enak tau diliatin orang lain" ujarku melerai. Aku memasang puppy eyesku untuk mempermudah aksiku.

"yaudah gue sama Vino pergi dulu ya" ujar kak Alvin lembut sambil mengacak acak rambutku. Yes kak Alvin terpengaruh dengan puppy eyesku. 

 "Dan lo" Kak Alvin menatap Evan dengan tatapan tajam "Gue bakal ngawasin lo. jangan pernah deketin Asya lagi"

"Oh iya sya, tadi gue ditelpon sama Kak Revan. Elo disuruh check up pulang sekolah" ujar kak Vino.

Aku tersenyum sambil memposisikan tanganku hormat. "Siap bos".

Aku tau pasti nanti malem aku kena omel lagi nih dari ke-3 kakak kakakku gara-gara bulan lalu telat check up.

________

Setelah pengambilan suara selesai semua siswi kembali ke kelas masing-masing. Bukan untuk belajar tentunya. Tapi untuk mengambil barang dan pulang kerumah masing-masing.

Aku duduk dan memasukkan tanganku di laci meja. aku merasakan ada sesuatu yang aneh di laci mejaku.

Aku menunduk dan menemukan Sebuah kotak dilaci mejaku. Aku melihat sekitar. Sepertinya cukup aman. Aku menarik kotak itu. Ditutupnya tertulis 

'TO: Anastasya Venus'

Tapi tak ada nama pengirimnya. Aku membuka kotak itu perlahan. 

Mataku terbelak melihat isi kotak itu. Sekor kucing jenis Persia berwarna putih bersimbah darah. Bukan hanya itu yang membuatku terkejut. Namun kalung yang di kenakan kucing itu. 

Itu kalung milik mama. Aku masih mengingat dengan jelas kalung itu.

Aku menemukan surat disisi lain kotak itu yang tidak tersentuh darah sama sekali. Aku membuka surat itu dan membacanya.

"Sekian lama pencarian ini berlangsung. Akhirnya sampailah pada titik terang. Sampailah pada titik dimana kami menemukan kembali potongan kecil dari kejadian 7 tahun lalu yang belum hancur. Potongan yang seharusnya hancur pada hari itu. 

Kali ini kami tak akan membiarkan potongan mana pun kabur. Kami akan mengantarmu bertemu dengan papa dan mamamu"

-

-

-

-

hallo semua..kali ini cerita kumiko memang sedikit berbeda.

semoga kalian tetep suka ya..

jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca.


My SelfWhere stories live. Discover now