Author POV..
"Bagaimana keadaannya?" ujar Ji Yeon pada dayang pribadi nya yang baru saja masuk kedalam ruangan Ji Yeon.
"Maaf, yang mulia. Pengawal Jung tidak dapat diselamatkan," jelas dayang Kwon membuat Ji Yeon terdiam berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Dayang Kwon. Itu berarti Taekwoon sudah tiada? Air mata mengalir begitu saja dari pelupuk mata Ji Yeon. Ia tidak terima bahwa salah satu pengawal kesayangannya terbunuh karena melindunginya. Tidak boleh!
Ji Yeon pun menggebrak meja pendek dihadapannya kasar.
"Bukankah sudah ku bilang?! Kerahkan semua dokter dan medis terbaik?! Bukankah dayang Cheon dari bagian medis merupakan ahlinya?! Apa dia tidak ikut membantu???!!!" amarah Ji Yeon meledak seiring dengan air mata yang terus mengalir.
"Kami sudah mengerahkan segala bantuan medis terbaik, Yang Mulia. Namun luka yang dialami Pengawal Jung terlalu dalam," cicit dayang Kwon takut pada amarah majikannya. Ji Yeon yang kesal pun bangkit berdiri dan melangkah keluar.
"Mau kemana, Yang Mulia?" tanya dayang Kwon tak di hiraukan Ji Yeon. Ji Yeon melangkah keluar dan berjalan di selasar paviliun pribadinya di istana, diikuti dayang Kwon dan seluruh pelayan pribadi, serta pengawal istana. Dua orang dayang pribadi lainnya menghadang langkah Ji Yeon.
"Yang Mulia mau kemana? Ini sudah hampir larut malam," peringat Dayang Cho.
"Minggirlah Dayang Cho dan Dayang Lee! Aku harus menemui Ayah!" gerutu Ji Yeon kesal.
"Tapi, Yang Mulia.. " tanpa menghiraukan 3 Dayang pribadi nya, Ji Yeon terus melangkah kearah paviliun pribadi milik ayahnya.
Sampai disana, ia segera masuk kedalam paviliun dan berjalan di selasar dengan tatapan marah. Hingga ia sampai di depan ruang pribadi Ayahnya. Setiap pelayan dan dayang menunduk takut.
"Buka kan aku pintu! Aku harus menemui Ayah!"
"Tapi, Yang Mulia.. "
"Bukakan!" teriak Ji Yeon membuat pelayan tersebut takut kemudian membuka pintu. Tampak lah sang Ayah sibuk mengerjakan sesuatu dan tampak tidak terganggu dengan pintu ruangannya yang mendadak terbuka karena kehadiran putri semata wayang nya.
Tanpa diikuti ketiga dayang pribadi serta pengawal nya, Ji Yeon pun masuk kedalam ruang pribadi Ayahnya, dan tanpa di perintah, pintu pun tertutup. Ji Yeon menatap ayahnya sengit.
"Ada apa kau membuat keributan?" tanya Ayahnya.
"Keributan??" teriak Ji Yeon kesal. "Yang mulia raja, saya sudah mengatakan pada anda bahwa akan terjadi serangan di istana. Dan saya sudah mengatakan bahwa saya melihat pengawal Jung akan tewas. Saya sudah meminta pada anda untuk membawa pengawal Jung pergi dari istana agar ia tidak tewas. Tapi apa?!! Ayah tidak melakukan apapun dan membiarkan pengawal Jung tewas sekarang! " dari pemilihan kata dan nada bicara nya, sudah jelas bahwa Ji Yeon sangat marah.
Ayah Ji Yeon tetap menampilkan ekspresi tenang membuat Ji Yeon muak.
"Pengawal barumu akan datang lusa," jelas ayahnya membuat Ji Yeon membelak.
"Tidak! Aku tidak mau membuat banyak orang tewas terbunuh karna menolongku! Tidak! Pengawal Jung yang terakhir! "
"Jangan membantah Ayah!"
"Jika kau ayahku, apa seorang Ayah akan mengacuhkan semua yang dikatakan putrinya??!!"
"Ayah mau melindungi mu!"
"Bukan begini caranya!!!!" Ji Yeon berteriak kencang dengan tangisan membuat Raja Kim terdiam. Ia tak tega melihat anak perempuan nya menangis. Tapi ia bisa apa?
"Terserah padamu. Ayah akan tetap mengirimkan pengawal pribadi untukmu," ujar sang Raja berusaha menetralkan emosi dan kembali fokus pada pekerjaannya. Emosi Ji Yeon naik pada puncaknya.
"Jahat!" teriak Ji Yeon lalu keluar dari ruangan Ayahnya dengan kasar. Sepeninggalan Ji Yeon, Raja Kim menghela nafas berat.
"Ayah hanya tidak ingin kau terluka Ji Yeonnie," gumam Raja Kim teringat masa lalu nya.
Flashback..
Seorang putra mahkota tampan, dikenalkan oleh ibunya, permaisuri Kim Hae Yeon, dengan seorang wanita cantik, yang tak lain adalah putri dari Dayang Cha. Wanita cantik bernama Cha Da Hee.
Da Hee dan Sang Seok saling mencintai, lalu menikah sebelum mereka berdua diangkat menjadi raja dan permaisuri menggantikan ayah Sang Sook yang meninggal karna sakit.
Da Hee dan Sang Seok pun dikaruniai anak pertama laki-laki satu tahun kemudian, yang diberi nama, Kim Seok Jin. Menginjak usia 1 tahun, permaisuri Cha Da Hee, Raja Kim Sang Seok, dan Ibu Suri Kim Hae Yeon membawa sang putra mahkota, Kim Seok jin ke sebuah kuil untuk diberkati oleh biksu.
Namun, saat sang biksu menumbangkan tangan, ia tampak kaget dan langsung menarik tangannya dari kepala Seok Jin kecil. Semua orang pun menatapnya heran, meminta kejelasan.
Biksu pun menjelaskan apa yang akan terjadi di masa depan. Permaisuri akan mengandung seorang anak perempuan yang dapat melihat masa depan. Anak itu akan membuat setiap kerajaan runtuh dan menjadikan kerajaan Jaeguk satu-satunya penguasa di daratan korea.
Ia bukan seorang Permaisuri. Tapi bersama dengan putra mahkota, ia akan memimpin dan membuat semua rakyat Makmur. Ia akan menjadi penguasa di korea.
Semua terkejut bukan main dengan ramalan itu. Berita itu pun tersebar di seluruh daratan korea membuat semua raja yang ada di korea berusaha membunuh Ratu. Namun sayang, Ratu pun tetap selamat berkat penjagaan ketat dari pengawal istana. Hingga dua tahun kemudian, lahir lah Ji Yeon sesuai dengan isi ramalan sang biksu.
Semua orang berusaha membunuh Ji Yeon membuat ayahnya sangat protektif dan meminta pengawal pribadi untuk selalu menjaga Ji Yeon. Sedari kecil, ia selalu meramalkan semua kejadian yang akan terjadi di masa depan dan sampai sekarang, tak ada ramalan yang meleset.
Namun ia jadi rapuh, karena hidup dalam bayang bayang kematian pengawal pribadinya satu persatu. Yang terakhir adalah Jung Taekwoon, si ahli pedang dari kepolisian. Namun, ternyata ia pun tewas. Hal ini membuat Raja Kim semakin was was dengan semua yang akan terjadi selanjutnya.
Ji Yeon POV..
Aku masuk kedalam ruangan ku di dalam paviliun menyisakan ketiga dayang dan pelayan ku yang nampak sangat khawatir padaku. Aku tak peduli. Aku sangat kesal pada ayah! Kenapa ia mengacuhkan ku? Kenapa semua perkataanku seperti tak ia pedulikan? Bukankah semua penglihatan ku itu selalu benar?
Flashback..
Aku berteriak terbangun dari mimpi buruk ku malam ini. Keringat dingin mengalir di pelipis ku. Dan tahu-tahu, pintu kamar ku menjeblak terbuka. Menampakkan wajah Taekwoon oppa dan pengawal lain yang membawa lilin untuk menerangi kegelapan.
"Yang Mulia tidak apa-apa?" ia tampak panik. Reflek, aku langsung memeluknya erat. Ia yang tampak bingung pun membalas pelukan ku. Hingga aku tenang, ia melepaskan pelukan kami. "Ada apa?" tanyanya lembut. Aku menatap matanya yang teduh.
"Kau harus pergi dari istana ini, Oppa! Pembunuh itu akan membuatmu tewas!" ujar ku. Ekskresi wajahnya berubah. Ia terdiam. Namun tak lama ia tersenyum dan menggenggam tanganku.
"Aku akan baik-baik saja, Yang Mulia," ujar nya.
Tapi nyatanya kau meninggalkanku sendiri, Oppa! Aku sendirian! Aku kesepian!
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Your Wish!
RomanceKatakan saja apa mau mu padaku. Tidak! Aku tidak akan pergi dari sisimu! Meskipun aku harus meregang nyawa demi dirimu, semua akan aku lakukan.. Karna aku.. Mencintaimu.. Tell me your wish!