PART 2

103 8 0
                                    

Hongbin POV..

Atasan ku memanggilku kedalam ruangannya. Apa ada sesuatu yang penting? Atau aku membuat kesalahan besar? Jantungku jadi berdebar cepat begini. Sangat takut untuk menemuinya. Apa aku akan di pecat?

Sudahlah! Aku harus menepis semua pikiran buruk itu! Jika aku terus berpikir, aku tak akan menemukan jawabannya! Ya, aku harus menemui kepala kepolisian Jung. Harus!

Aku melangkah pelan kearah ruang kerjanya dan terlihat ia menyambut ku dengan senyum ceria. Perasaanku sedikit lega begitu melihat senyumnya. Pasti bukan hal buruk.

"Polisi Lee! Aku sudah menunggumu cukup lama," sambutnya riang lalu mempersilakan aku untuk duduk.

"Ada apa, Tuan?" tanyaku langsung pada point nya.

"Ah, kau memang sangat serius ya," katanya mengawali membuatku mengangguk saja. "Aku melihat kinerja mu satu tahun ini. Sangat-sangat-sangatlah baik!" puji nya membuat ku tanpa sadar menyinggung kan senyum bangga pada diri ku. "Karena itu, istana memberikan mu kehormatan untuk menjadi pengawal pribadi Tuan Putri Kim," ujarnya membuat ekspresi wajahku berubah. Jika pengawal pribadi Tuan Putri diganti, berarti...

"Bukankah pengawal sebelumnya adalah Tuan Jung Taekwoon? Ia kemana?" tanyaku sedikit bingung dan ngeri.

"Lusa lalu terjadi serangan pembunuh bayaran di istana. Tepatnya di paviliun Tuan putri. Tentu incarannya adalah orang yang sama, Tuan Putri Kim. Pengawal Jung tewas saat melindungi Tuan Putri. Hingga Raja memerintahkan padaku untuk mengerahkan polisi terbaik untuk menjadi pengawal Tuan Putri. Aku menyarankan dirimu untuk menjadi Pengawal pribadi nya. Kau mau kan?" tanya kepala Jung dengan tatapan berharap.

Taekwoon hyung yang ahli pedang saja tewas terbunuh. Bagaimana denganku yang baru satu tahun menjadi polisi? Tapi itu suatu kehormatan. Melindungi Tuan Putri merupakan kehormatan. Meskipun nyawaku taruhan nya, aku harus melindungi Tuan Putri dan mengemban tugas itu.

Aku pun mengangguk setuju membuat senyum cerah mengembang di wajah Kepala Jung.

Author POV..

Dengan langkah terburu-buru, Seok Jin berlari menghampiri paviliun pribadi adiknya. Kini sang adik sedang terbaring sakit karena tidak mau makan ataupun tidur semalaman. Sampai detik ini pun Ji Yeon masih demam tinggi dan tidak mau makan. Hal ini membuat seisi istana heboh dan kebingungan.

Makanya Seok Jin buru-buru menghampiri paviliun sang adik untuk melihat kondisinya.

"Minah!" serunya begitu melihat Putri Mahkota sekaligus calon istrinya sedang berusaha menyuapi adiknya yang terbaring lemah. Keringat dingin mengalir dari pelipis Ji Yeon. Wajahnya yang pucat pasi sangat cocok dipadukan dengan hanbok putihnya untuk tidur.

"Ji Yeon!" serunya lagi lalu menghampiri adiknya khawatir. "Ayo makan! Jangan buat seisi istana khawatir. Ayo," Seok Jin terus membujuk namun mendapat tolakan halus dari Ji Yeon.

"Dokter tidak akan berguna jika kamu tidak mau makan," sahut Minah lembut sambil mengusap kepala Ji Yeon. Ji Yeon mengerang kecil.

"Lebih baik. Supaya aku bisa menyusul Taekwoon Oppa!" lirih Ji Yeon. Tak lama setelah mengatakan itu, Ji Yeon mengerang kesakitan. Ia terus saja memegangi perutnya dan merintih kesakitan.

Seok Jin yang panik segera memerintahkan Dayang Cho untuk menghadap ke gedung medis di istana bagian barat dan membawa Dokter ahli dari sana untuk memeriksa Ji Yeon. Sementara minah berusaha membuat Ji Yeon tenang dan kuat.

Cukup lama menunggu, akhirnya, datang juga Dayang Cheon, kepala bidang kesehatan. Setelah di periksa, Dayang Cheon mengatakan bahwa Ji Yeon mengidap tifus. Tifus belum ada obatnya dan agar tifusnya tidak semakin parah, Ji Yeon harus makan. Jika tidak makan, ia bisa mati cepat atau lambat.

Tell Me Your Wish!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang