Part 1

1.5K 137 35
                                    

Disebuah ruangan yang penuh dengan sentuhan tradisional ini, hawa panas menjalar ditubuh seorang gadis berparas cantik yang sedang duduk manis padahal cuaca diluar sangat dingin mengingat ini masih musim dingin.

Ia memang terlihat tenang tetapi tidak ada yang tahu bahwa sesekali ia meremas hanbok-nya. Dadanya berdegup kencang tak karuan sambil mencuri pandang dengan sosok lelaki yang berada dihadapannya.

"So Eun-ah?" Suara baritone khas ayahnya membuyarkan kekhawatirannya.

"N-Ne, aboeji?" Ia menoleh kearahnya dengan ekspresi yang sedikit terkejut.

Ayahnya tersenyum, "Bagaimana? Apakah kau menerima lamaran dari keluarga Park?"

Mendengar hal tersebut, jantungnya langsung berdegup dua kali lebih cepat dibandingkan biasanya.

"Aigoo, tuan Kim sebaiknya anda memberikan So Eun waktu untuk memikirkan hal ini." Ujar tuan Park sambil tertawa untuk mencairkan suasana.

Tuan Kim-Ayahnya Kim So Eun- hanya tersenyum mendengar ucapan Tuan Park, "Tidak apa-apa, tuan Park. So Eun sudah memikirkannya dijauh-jauh hari dan lagipula ini memang sudah menjadi amanah kedua orang tua kita untuk menjodohkan kedua cucunya."

Tuan Park akhirnya tersenyum dan memilih diam.

Keadaan didalam ruangan ini kembali sunyi. Menunggu keputusan penting yang akan diucapkan oleh gadis yang bernama Kim So Eun ini.

Ia gugup dan ragu mengucapkannya padahal ia sudah tau jawaban yang akan ia berikan pada ayahnya dan juga kepada keluarga Park.

Akhirnya So Eun membulatkan tekadnya dan menghiraukan segala keraguannya. Ia membenahi posisi duduknya sehingga membuat badannya tegak.

"Saya menerimanya, aboeji."

.
.
.

Dua minggu kemudian.

Tidak pernah terlntas dibenaknya sedikit pun bahwa lelaki jangkung yang bernama Park Chan Yeol ini akan menikah dengan balutan busana khas tradisional korea.

Ia menghela nafasnya dengan kasar kala baju yang dipakainya amatlah berat. Berkali-kali bibirnya mengumpat tak jelas.

Bahkan ia sudah berusaha sebisa mungkin agar tangannya jangan sampai menghancurkan kaca yang ada dihadapannya. Shit! Ia tidak bisa menghancurkan pernikahan ini atau ayahnya benar-benar akan membunuhnya.

Tangannya mengepal ketika ancaman ayahnya terus terngiang di indera pendengarannya.

Kemudian pintu kamar terbuka, ia menoleh.

"Tuan muda, upacaranya akan segera dimulai." Pelayan itu membungkuk sopan padanya.

"Hn." Balas pria itu singkat. Ia pun berjalan dengan angkuh melewati pelayan itu dan segera menuju tempat upacara pernikahannya.

.
.
.

Beda halnya dengan mempelai wanita, ia terus membalas senyuman yang diberikan kepadanya. Ia menghiraukan kepalanya yang terasa berat akibat memakai Jokduri, kakinya yang pegal tidak lagi terasa, dengan setia ia menyambut tamu-tamu yang datang.

"Selamat atas pernikahanmu, So Eun-ah."

Ya kira-kira seperti itulah ucapan yang ia terima seharian ini.

Ia benar-benar merasa sangat bahagia, sesekali ia menoleh kesamping menatap pendamping hidupnya yang sah. Ia mengamati pria itu, ah ternyata dari samping pun ia terlihat tampan, garis rahangnya sangat tegas. Untuk beberapa detik, So Eun terpukau.

The Time I Loved YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang