Bab 1

12.7K 968 42
                                    



***

Keitha Tavoularis melangkah keluar dari dapur--dengan keranjang berisi roti hangat--ketika ia mendengar suara ringikkan kuda di depan rumah. Pagi itu, Keitha hendak pergi menemui salah satu pemilik kedai di kota Chilia yang cukup terkenal, untuk memasok roti buatan Kakaknya, Alani Tavoularis, sehingga dapat dijual tanpa perlu pergi jauh menyebrangi hutan Abingora.

Ini adalah bulan ketiga Keitha memasok roti buatan Alani kepada para pedagang di kota Chilia. Biasanya mereka membuat roti-roti itu dan hanya menitipkannya pada penjual terdekat. Pendapatan mereka tidak besar dan setiap harinya roti yang dijual hanya sekitar 20 sampai 30 buah saja. Namun, semenjak roti-roti ini dititipkan pada pemilik kedai, pendapatan mereka bertambah hingga tiga kali lipat.

Otsana Kazakis, sahabatnya sejak Keitha berusia lima tahun, berdiri di samping Knox--kuda milik Ayah Keitha--dan tengah memasangkan tali ke leher Knox. Otsana tersenyum ketika Keitha melangkah mendekat. Dia membantu Keitha memasukkan dua keranjang berisi roti ke sisi kanan kereta.

Mereka kemudian masuk ke dalam kereta secara bergiliran. Ketika Otsana menarik tali dan mengarahkan pergerakkan Knox, Keitha menghitung ulang roti yang telah dikemas dengan charti. Charti adalah pembungkus roti yang dibuat dari runjung tanaman hijau di hutan Abingora. Diolah menjadi bentuk bubur lalu dikeringkan dalam cetakan khusus selama sepuluh hari hingga serat-seratnya menyatu.

"Semua sudah lengkap?" tanya Otsana memastikan.

Keitha mengangguk pada gadis yang sama-sama berusia enam belas tahun itu. Ia tersenyum lalu menjawab. "Sudah lengkap. Terima kasih kau bersedia menemaniku."

"Jangan sungkan," kekeh Otsana. "Kau juga banyak membantuku dalam memilih buah zaitun yang bagus."

Keitha mengambil roti yang sudah dia pisahkan dengan roti yang lain. Ia menyodorkannya pada Otsana. "Ini untukmu. Kau pasti lapar."

"Kau tahu kau tidak perlu repot-repot--"

"Ambilah." Keitha menggeleng. "Alani menitipkan pesan bahwa dia sangat berterima kasih padamu."

"Kau tidak perlu memberiku roti setiap hari, kalian berjualan."

Keitha hanya tersenyum kecil menanggapi. Ketika mereka akhirnya tiba di kediaman Yavenir--seorang wanita berusia empat puluhan yang menjadi pemilik kedai terbesar di kota Chilia--Keitha segera memberikan roti-rotinya pada wanita itu. Ia kemudian menerima pendapatan hari kemarin disertai dengan cacatan pesanan baru untuk besok. Beberapa bangsawan tampaknya lebih tertarik untuk membeli stok khusus, dibandingkan eceran per hari pada Yavenir.

"Aku bersyukur kau tidak terlambat," ujar Yavenir. "Aku tidak mau kehilangan pelanggan."

Keitha meringis pelan. Ia menunduk sekilas. "Maaf. Terima kasih untuk pendapatan hari ini, Bibi. Aku akan menyampaikan catatan ini pada Alani."

"Sampai besok!"

Yavenir melambaikan tangan; Keitha melakukan hal yang sama. Kereta kuda milik Yavenir Otis menghilang lebih awal. Namun, Keitha belum beranjak dari tempat di mana ia berdiri, suara lonceng yang berdenting nyaring mengalihkan perhatiannya.

Dari tempat di mana ia berpijak, Keitha melihat warna emas lonceng raksasa di atap istana Alynthi. Benda itu berkilauan terkena cahaya matahari. Seakan-akan menegaskan seberapa murni emas yang membalut di sana dan seberapa megah istana Alynthi dibangun setiap detailnya.

Istana Alynthi adalah salah satu Kerajaan termegah dan paling berkuasa dalam sistem pemerintahan di alam semesta dibandingkan kerajaan-kerajaan lainnya. Kerajaan itu dipimpin oleh Raja Bhaltair--Raja kesembilan setelah Raja pertama dianggap tewas dalam sejarah lama karena terlalu serakah.

The ProtectorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang