1

36.8K 1.8K 59
                                    

"Hank, hati-hati dijalan." bisik ibunya sebelum mengusap lengan Hank yang dijawab dengan anggukan oleh Hank sebelum beranjak dari halaman rumahnya, dan menyusuri trotoar menuju halte untuk menunggu bus yang akan membawanya ke tempat kerja.

Berjalan kaku mondar-mandir dengan wajah menunduk, membuat beberapa orang yang juga menunggu di halte itu merasa tidak nyaman dan banyak yang memilih menyingkir untuk naik taksi.

"Sudah sepuluh menit ... sudah sepuluh menit ... " katanya berulang-ulang, setelah melihat jam tangan yang melingkari tangannya dan melihat setiap nomor bus yang berhenti, namun tidak ada bus nomor empat yang biasanya digunakan olehnya untuk menuju tempat kerjanya.

Hank duduk di kursi halte dan bergerak maju mundur dengan tidak tenang membuat orang-orang yang tersisa di halte itu memilih menjauh karena terlalu takut mungkin saja Hank-laki-laki idiot itu-akan mengamuk dan melukai mereka.

"Sudah sepuluh menit ... dia tidak datang ... dia tidak datang ... " ucap Hank berulang kali.

***

Loureinne Carter menelengkan kepalanya sebelum menunduk untuk berbicara pada supir taksi yang di hentikannya, "bisa tunggu sebentar? Aku akan kembali," katanya sebelum berlari-lari kecil mendekat ke arah seorang pria yang sedang duduk di halte dengan sangat gelisah, namun beberapa wanita menghadang langkahnya dan memperingatkan pada Loureinne agar berhati-hati.

Loureinne duduk disebelah laki-laki itu yang seketika membuat gerakan maju mundur laki-laki tadi dibangkunya terhenti, sebelum Loureinne mencondongkan tubuhnya, "siapa yang tidak datang?" Tanya Loureinne saat sempat mendengarkan kata-kata laki-laki tadi.

"Busnya ... dia tidak datang."

"Bus nomor berapa?" Tanya Loureinne pelan membuat laki-laki tadi melihat kearah Loureinne sekilas dan kembali menunduk, namun sekilas tadi Loureinne juga dapat melihat wajah laki-laki itu.

Laki-laki itu memiliki mata biru tua hampir menyerupai hitam, rahang yang tegas, tulang pipi tinggi dan Loureinne benar-benar tidak bisa menyangka bahwa laki-laki setampan itu memiliki kelainan jika tidak melihat dari tingkah laki-laki itu yang mudah panik, mengulang-ulang perkataannya dan menghindari kontak mata dengan orang yang sedang berada di sekelilingnya.

Membuat tangan Loureinne gemetar karena itu membuat ingatannya kembali pada sepuluh tahun yang lalu.

"Empat."

"Bus nomor empat?" Tanya Loureinne mengulang saat baru menyadari bahwa yang dimaksud 'empat' oleh laki-laki tadi adalah nomor bus yang ditunggunya.

Laki-laki tadi mengangguk berkali-kali, membuat Loureinne menangkup tangan laki-laki itu untuk menenangkannya, "tenanglah, semua akan baik-baik saja. Aku akan bertanya pada yang lain," bisik Loureinne namun tak mendapatkan tanggapan apapun dari laki-laki itu.

Loureinne kembali berbisik pada laki-laki itu, setelah bertanya pada orang-orang di sekitar mereka yang menonton mereka, "sayang sekali bus nomor empat datang lebih cepat, beberapa orang melihatnya lewat," bisik Loureinne perlahan mencoba membuat laki-laki itu mengerti apa yang dikatakannya.

Loureinne bukan perawat atau dokter tapi Loureinne berharap dirinya sangat tau apa yang harus dilakukannya untuk menghadapi seseorang seperti laki-laki ini.

Laki-laki itu menarik tangannya dari tangkupan tangan Loureinne sebelum kembali bergerak maju mundur ditempat duduknya, dan mulai memukul-mukul kursinya pelan.

"Aku terlambat ... aku terlambat ... "

"Hei ... tenanglah, kita bisa naik taksi," saran Loureinne membuat laki-laki itu menggeleng cepat dan beranjak dari sana, namun segera di cegah oleh Loureinne.

Hank (D)over (Seri Alaska/Dover 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang