14. Try

99 6 1
                                    

Enjoy it. :-)

***

Jika bisa,Aku ingin menjadi lilin yang rela membakar diriku sendiri.
Asalkan aku bisa mencairkan sikap dingin yang kamu miliki.

.

"hahahaha" kebahagiaan dari Viana,Rena dan Adel sudah bisa dilihat dari sikap mereka pagi ini, mulai dari mereka menuruni mobil milik Rena hingga sampai koridor sekolah yang mereka lakukan hanyalah tertawa, tak peduli dengan tatapan-tatapan aneh yang ditujukan kepada mereka, mereka tetap dengan celotehan mereka.

"haha iya iya, Lo bener Vi, hahaha iya" ucap Rena tersengal karena kehabisan nafas saat tertawa.

"ok jadi kita adaalaaahhhhhh" ujar Viana.

"jeng jreeng jeengg" Adel yang menambah efek sambutan.

"TIGA JONES MENGEJAR CINTAAA" ucap mereka bertiga sedikit teriak dengan pose yang berbeda, Adel yang memasang muka sok imut dengan dua jarinya, Rena yang bekacak pinggang dan Viana yang kaki kanan sedikit ditekuk dengan jari telunjuk dan jempol membentuk checklist.

"hahaha....."

"hatcchhii"

"heh? Eitsss bentar deh." Viana berhenti tertawa saat mendengar suara orang bersin.

"apaan Vi?" tanya Rena dan Adel yang celangak celinguk.

"kayak ada orang bersin deh" ucap Viana lalu mendekati sumber suara.

"aelahh Vi, kan cuma orang bersin, ya wajar lahh" balas Rena yang menepuk bahu Viana.

"gak wajar tau, kita kan gak lagi musim flu kan.. Makanya gue mau cari tau." ujar Viana.

"ya tapi kan kali aja ora..."
"kak Reynand?" ucap Viana memotong pembicaraan Rena setelah mendapati prang yang bersin itu ternyata Reynand.

"ehh emm Viana ha haaatcchii hay" sapa Reynand sembari menggosokan tisu ke hidungnya dengan pelan.

"kakak flu?" tanya Viana.

"enghh gaa haattchii gak kok" jawab Reynand.

Sementara Rena dan Adel hanya saling beradu pandang dan mengerutkan dahinya masing-masing.

"kalo gak flu, kenapa bersin-bersin?" tanya Viana lagi.

"emmmm Vi, gue sama Rena duluan yah" ucap Adel

"ehh iya Del," balas Viana.
"duduk sini dulu yuk kak" ajak Viana mengarah ke bangku di samping kantor guru saat Rena dan Adel sudah meninggalkan mereka berdua.

"hmm"

"jadi kenapa kakak bersin-bersin?"

"gue gapapa kok"

"bener?"

"iya, bawel banget sihhh. Nih buktinya udah gak lagi kan?"

"hmm bagus dehh, kalo gitu."

"ya, gue anter ke kelas ya"

Ebuseett, gue mau dianterin ke kelas, duhh gue juga baru nyadar nih orang udah banyak banget ngobrol sama gue.

"nghh gimana ya ka..."

"gue gak nerima penolakan"
Reynand beranjak dari bangku lalu meninggalkan Viana.

"kok ditinggal? Lah kok ke arah kelas X? Berarti bener dong dia mau nganter gue" gumam Viana lalu berlari mengejar Reynand "kaakkk tungguiinnn" rengek Viana.

"ishh gimana sih kak, kok gue ditinggal." keluh Viana saat sudah berhasil men-sejajarkan dirinya dengan Reynand.

"manja." ucap Reynand singkat dengan tatapan lurus.

"maaf sih kak" balas Viana menunduk dengan selaput bening di matanya.
Viana sangat tidak suka jika ada orang berbicara yang menurutnya kasar seperti yang dilontarkan oleh Reynand.

"jadi dingin lagi, susah tau gak kak nebak jalan pikirannya kak Rey"

"udah sampe" ucap Reynand yang membuyarkan suara yang berkecamuk dihatinya Viana membuat gadis itu mengangkat dagunya.

"makasih" ucap Viana pelan mencoba menahan air matanya agar tidak tumpah.

"hm" gumam Reynand dan berlalu meninggalkan Viana.

gue akan terus nyoba buat rubah sikap lo jadi tetep hangat kalo sama gue kak, gue gak mau ngeliat sikap lo yang gak bisa ditebak dan berubah-ubah kayak gini.

Gue tau lo bakal kuat Vi.

*****
Jangan lupa Vomment, soalnya antusiasku bergantung dengan kalian.

You are My motivator, readers. :-)

Tone Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang