Aku malas sekolah, betul-betul malas.
Aku masih tidak bisa berhenti merasa bersalah karena kejadian kemarin, Ryuu adalah idola sekolah, hampir semua perempuan di sekolahku adalah fans Ryuu. Kau tahu, bahkan guru pun berduka juga. Suasana di sekolah benar-benar menyedihkan.Kakak Ryuu, Keita tadi pagi datang ke rumahku hanya sekedar untuk mengenang Ryuu. Harusnya, aku yang datang ke rumahnya dan mengucapkan turut berduka cita, namun ego ku terlalu tinggi, aku malah merepotkan semua orang.
Aku tidak pernah keluar kamar sejak hari itu, tidak makan pun aku tahu aku tidak akan mati karena kontrak dengan Mortiferre.
Kini sudah empat hari, aku tidak pernah keluar kamar. Sudah berkali-kali aku memikirkan untuk mati, namun aku tidak akan mati sampai sisa umurku yang harusnya jadi sisa umur Ryuu, habis.
Pintu kamarku diketuk, aku tahu itu bukan keluargaku, melainkan teman-teman yang terus menjengukku sejak aku tidak ke sekolah, namun aku tidak pernah membukakan pintu kamarku untuk mereka.
"Gwen, apa kau tidak bosan di kamar terus menerus?" kata Haruna dari luar kamarku.
Aku hanya diam, tidak menjawab.
"Kamu bisa mati kalau begini terus!!!" seru Haruna sedih. Ia memukul-mukul pintu kamarku.
Ah, bahkan aku berharap untuk mati saja.
Haruna terus berkata-kata sampai akhirnya ia lelah, dan akhirnya pamit pulang tanpa mendengar sepatah kata pun dariku.
"Manusia benar-benar makhluk yang tidak bersyukur" kata Mortiferre sambil bertengger di jendelaku sambil membentangkan sayapnya.
Aku hanya diam, Mortiferre selalu ada di sekitarku dan akan terus begitu hingga nanti aku mati.
Kadang, Mortiferre merubah wujudnya menjadi manusia, agar ia bisa pergi keluar karena bosan. Tapi bila ia sedang tidak berubah menjad apapun, aku tidak bisa berbicara dengannya karena aku bisa dianggap gila oleh orang, karena Mortiferre hanya bisa dilihat olehku.
Aku menatap benci cincin hitam di jariku, berusaha melepasnya berulang-ulang namun tetap saja tidak bisa seolah cincin ini abadi.
"Kau tidak menyerah saja" kata Mortiferre.
"Kenapa kau menjebakku?" dengusku kesal.
"Aku tidak menjebakmu, kau yang tidak percaya padaku sehingga aku harus membuktikannya" jawab Mortiferre.
"Malaikat mana yang bisa melakukan kontrak dengan manusia, hah?! Kau itu iblis, aku tahu!" bentakku. Aku benar-benar kesal! Aku tidak akan bisa ditipu olehnya!
"Mau kuceritakan sesuatu?" tanya Mortiferre sambil menguncupkan sayapnya dan duduk di samping tempat tidurku.
Aku terdiam dan mendelikkan tatapanku sebentar, mempersilahkan Mortiferre bercerita walaupun aku tahu dia pasti membual lagi. Hahaha, dasar penipu.
"Kau bertanya kan, mengapa malaikat bisa membuat perjanjian seperti iblis?" Mortiferre memulai ceritanya.
"Aku dulunya adalah iblis, aku ditugaskan untuk menyesatkan umat manusia ke jalan yang salah, sudah lebih dari ratusan orang yang kubuat bunuh diri" cerita Mortiferre.
"Tapi aku adalah iblis yang tidak bisa menjalankan tugas dengan baik, target yang diberikan tuhan setiap harinya adalah menyesatkan minimal seribu orang untuk kugoda berbuat dosa, namun hanya aku iblis yang tidak bisa melakukan itu""Lalu?" tanyaku, aku penasaran.
"Tuhan kemudian memutuskan untuk mengangkatku menjadi malaikat maut karena aku tidak bisa menjalankan tugasku sebagai iblis dengan baik" kata Mortiferre sambil melayang kesana kemari. "Tapi, walaupun sifat iblis yang diberikan tuhan sudah dimusnahkan, aku tetap terlahir sebagai iblis. Lama kelamaan aku bosan menjadi malaikat maut dan aku ingin kembali menyesatkan manusia"
Mortiferre melirikku, lalu mendarat mulus di kasurku dan menatapku lekat-lekat sambil tersenyum mengejek.
"Aku memilihmu untuk menjalankan kontrak denganku, sehingga aku bebas dari kewajibanku sebagai malaikat"
Kali ini, entah kenapa aku mulai percaya padanya walaupun belum seratus persen, tapi alam malaikat dan iblis merupakan alam yang misterius, aku bahkan tidak mengetahui tuhan mana yang benar, apakah dewa matahari, kristus, Allah, atau tuhan lain yang masih banyak di berbagai macam alkitab.
"Kamu pasti pernah bertemu tuhan" kataku. "Beritahu aku, tuhan mana yang benar-benar ada"
"Itu rahasia" kata Mortiferre. "Lagipula, kau sudah tidak berada di jalur tuhan lagi, secara harfiah kamu sudah menjadi satanist"
Kenyataan itu sungguh menyakitkan, Mortiferre mungkin memang benar, dia mungkin adalah malaikat iblis betulan dan telah memilihku sebagai korban, tapi kenapa harus aku?
"Lalu sekarang kau ini apa? Masih malaikat atau sudah kembali menjadi iblis?"
"Aku scarecrow" katanya. "Golongan yang belum jelas statusnya, tapi kukira aku sudah kembali menjadi iblis, lihatlah, sayapku yang tadinya seperti burung gagak sekarang berubah menjadi sayap kelelawar"
"Kalau kau adalah iblis dan aku sudah menjalankan kontrak denganmu, apakah itu berarti kamu akan menuruti segala permintaanku?" tanyaku tanpa ragu
"Gadis yang cerdas" jawab Mortiferre tersenyum. "Satu permintaan imbalannya adalah satu hari dari kehidupanmu akan aku kurangi, jika umurmu tinggal sedikit, kamu bisa menumbalkan siapapun yang kamu sayangi untuk memperpanjang umurmu lagi"
"Baiklah aku ingin kau menghidupkan Ryuu kembali" pintaku.
"Ryuu sekarang adalah milik neraka, dan dia adalah tumbal, aku tidak bisa mengambil hak alam neraka dan surga begitu saja" jawab Mortiferre. "Apapun boleh kau minta, kecuali yang berhubungan dengan alamku"
"Baiklah, aku ingin kau mencari cara agar bisa berkontak denganku setiap harinya tanpa harus sembunyi di luar" pintaku lagi.
Mortiferre mencengkeram dadaku dengan tangannya yang besar dan kekar, rasanya sakit sekali. Ia mengeluarkan sebuah bola kecil bersinar dari dalam dadaku.
"Benda apa itu? Sakit sekali!" tanyaku sambil melihat bola kecil di tangan Mortiferre.
"Ini adalah umurmu selama dua puluh empat jam yang kuambil sebagai imbalan permintaanmu" kata Mortiferre, lalu ia memasukkan bola bersinar itu ke dalam mulutnya dan dikunyahnya.
"Rasanya enak, seperti apel manis" Mortiferre menelan remah bola umurku tadi. "Oh ya, aku akan menuruti permintaanmu"
Lalu, Mortiferre membalut dirinya sendiri dalam sayapnya yang besar sehingga mirip kepompong, lalu berubah menjadi manusia.
"Aku akan bersekolah denganmu, berbicara denganmu, selalu bersamamu dalam wujud ini sehingga orang-orang bisa melihatku sebagai manusia biasa, dan kau bebas memberiku nama" jelas Mortiferre.
Wujudnya sebagai manusia sungguh tampan dan mempesona, rambutnya berwarna coklat gelap dan matanya berwarna biru gelap, posturnya tinggi namun wajahnya pucat pasi. Aku sungguh terpukau pada rupa nya ini.
"Namamu adalah Ralph Anderson" kataku sesuka hati. "Dan aku memanggilmu Ralph, bersikaplah seperti butler padaku, oke?"
Mortiferre tersenyum dan mencium tanganku.
"Yes, my lady" katanya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bring Me To Life
Mystery / ThrillerApa bedanya iblis dan malaikat maut bila mereka berdua sama-sama dibenci orang? Lalu bagaimana kalau kau bertemu malaikat maut yang dulunya adalah iblis? Gwen tanpa sengaja bertemu dengan Mortiferre, sang malaikat maut jelmaan iblis. Namun bukannya...