#2 Darling, I'm A Nightmare Dressed like a Daydream*

20 1 0
                                    

. Cuz darling, I'm a nightmare dressed like a daydream...

Dentam musik pop dari kamar sebelah menyerang gendang telingaku. Aku tersentak bangun dan langsung melirik dengan mata kembang dan setengah terpejam ke arah jam dinding Emily the goth imut di dinding kamarku.

Jam 6 Pagi. Masih awal.

Hari apa ini? Oh, hari Rabu.

Aku masih ngantuk, masih ingin tidur. Tapi lagu Blank Space besutan Taylor Swift mengalun, menyadarkanku dari lelap. Aku mengerang, sadar bahwa aku tidur dengan pakaian kerja lengkap, dengan sisa make-up yang menempel di wajah. Aku terlalu lelah dari kerja lembur kemarin malam sehingga ketika tiba di rumah, aku lupa mengganti baju dan membersihkan wajah.

"Mbak Naaaaaan, matiin speaker nya! Dengarin lagunya lewat headset ajaaaaa! Adek masih mau tiduuuuur!" Teriakku kepada penghuni kamar di sebelahku, Mbak Nani. Ku gedor dinding papan yang membatasi kamar kami. Bayangkan, dengan kamar dinding yang cuma dilapis papan, setiap pagi, setiap hari, aku harus mendengar lagu Taylor Swift berbeda-beda yang diputarnya bak alarm dengan volume speaker full.

Kakakku, Asnani, fans berat Taylor Swift. Oke, ketika kukatakan fans berat aku hanya menyederhanakan persoalan. Faktanya, dia itu pemuja-setengah-gila-setengah-obsesif. Tanyakan saja pada kakakku daftar mantan-mantan malang Taylor Swift serta lagu-lagu mana yang dinyanyikannya yang 'terinspirasi' dari mereka, kakakku tahu semua. Baju apa yang dipakai Taylor Swift di ajang penghargaan yang mana, kakakku bisa menghafalnya. Bukannya aku tidak suka Taylor Swift, atau lagu-lagunya, tapi kali ini aku butuh tidur yang lebih nyenyak dari biasanya. Bahkan sedikit berharap bahwa, siapa tahu saat aku terbangun, pekerjaanku yang rasanya seperti mimpi buruk ini bisa lebih mudah kutangani.

Hampir empat bulan aku bekerja sebagai asisten pribadi Setyo, atau Set-An, sebagaimana kunamai ia di kontak ponselku. Empat bulan yang rasanya hampir seperti neraka.

Dengan kepala yang masih pening, aku bangkit dari kasurku. Ragaku masih menuntut untuk tidur lebih lanjut, tapi apa daya. Kebisingan kamar sebelah hanya menambah deretan tekanan hidupku, memaksaku untuk menghadapi kenyataan. Untuk bangun dari nyenyaknya tidur dan indahnya mimpi.

Dengan pelan dan bermalas-malasan, ku paksa badanku menggeliat menjauh dari tempat tidur. Membuka jendela, memandang pemandangan pagi yang sudah begitu akrab denganku, dari sejak aku kelas 2 SMP saat ku menjadi penghuni tetap kamar ini. Aku cukup sadar betapa berantakannya aku, dengan baju yang yang belum diganti, make up yang belum dihapus dan lain sebagainya. Tapi, itu tak penting.

Yang penting adalah pemandangan pagi dari kamarku yang indah. Yang tak pernah gagal men-setting mood-ku, seburuk apapun, jadi lebih baik.

Rembesan sinar mentari pagi yang malu-malu terbit dari tempat yang sama. Bau embun yang juga selalu segar setiap harinya. Pohon-pohon teduh berkanopi di garis cakrawala yang tampaknya membentang jauh, entah di ujung dunia mana ia berakhir. Hamparan tanah kosong yang diberi patok-patok serta papan tanda bertulisan nama pemilik, lengkap dengan kuasa hukumnya.

Sayang sekali aku tak bisa menggambar. Aku hanya bisa merekam pemandangan spektakuler ini dalam otakku. Memandangnya setiap hari, keajaiban kecil yang dapat kunikmati dengan rutin tanpa pernah bisa merasa bosan.

Merasa jauh lebih baik, ku raih handukku dan berjalan langsung keluar kamar tanpa sedikitpun melirik ke cermin. Ibuku memerlukan bantuanku untuk menyiapkan paket-paket kateringnya untuk pembeli langganannya. Aku hanya memiliki sedikit waktu sisanya untuk bersiap-siap ke kantor, nyaris tak ada waktu untuk bercermin dan melihat betapa kacaunya aku. Belum pernah memang sebelumnya aku begitu lelah, sampai-sampai menubruk tempat tidur tanpa berganti baju sepulang dari tempat kerja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Orange Coloured LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang