Prolog

147 7 1
                                    

Seorang gadis remaja berdiri menatap sang burung raksasa yg terbang dilangit dengan wajah yg datar.

Sang burung itu membawa temannya, teman masa kecilnya, teman kesayangannya, teman spesialnya.

Ada begitu banyakkah ? Tidak. Hanya ada satu. Satu yg paling istimewa.

Setelah burung raksasa itu tak lagi nampak oleh pandangannya, gadis itu mulai menundukkan pandangannya. Beralih menatap sebuah kotak kecil persegi di tangan kanannya. Masih dengan wajah datarnya.

Drrt drrt drrt drrt

Sebuah getar handpone mengusiknya.

"Ya, Bun." Ujarnya menjawab panggilan yg ia terima.

"Ia sudah pergi."

"Biarlah Bun, kini aku hanya berpasrah pada waktu."

Haii 😊😊 baru mulai nulis lagi setelah vakum nulis untuk waktu yg lama. Semoga cerita ini bisa jadi cerita favorit nantinya. 😊😊😊

My Dear FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang