Bagian 1

1.7K 126 1
                                    

Dengan sederhana dan tak banyak tanya, bertahun-tahun aku mencintai orang yang sama.

Ku arungi perasaan itu tanpa lelah seperti menakhlukkan jeram.

Namun orang yang ku cintai serupa kabut.

Ada dan tiada bagaikan awan yang tak tergenggam.

Dan aku selalu memilih untuk memandangi.

Merapuh, dengan sukarela ......

[Dee ~ Supernova]

~~~~~~~

~~~~~~~

Dojun menatap wajah Hani dengan tatapan penuh penyesalan. Berkali-kali lelaki berpenampilan parlente itu menarik nafas berat. "Aku tak tahu harus bicara apa lagi, Hani-ah. Aku benar-benar minta maaf. Aku benar-benar ..."

Hani terkekeh sebelum Dojun selesai melanjutkan kalimatnya. "Gwaencana. Kita sudah membahasnya kan? Pernikahan kita hanya ditunda, tidak dibatalkan. Ya 'kan?" ujarnya, tegar.

Dojun menelangkupkan kedua tangannya di pipi Hani lalu mengecup keningnya dengan ringan.

"Iya, pernikahan kita hanya ditunda, dua bulan saja. Aku janji. Setelah perjalanan bisnis ini selesai, kita akan segera melangsungkan pernikahan kita. Oke?" Ucapnya lembut. Hani tersenyum lalu mengangguk.

Ya, seharusnya tiga minggu lagi ia dan Dojun akan segera melangsungkan pernikahan. Tapi sesuatu terjadi. Tiba-tiba saja Dojun harus melakukan perjalanan bisnis ke Eropa selama 2 bulan dan esok pagi ia berangkat.

Kepergiannya ke Eropa bisa dikatakan penting karena jika Dojun berhasil, ia akan mendapatkan kontrak bisnis senilai ratusan milyar. Sungguh peluang yang teramat menggiurkan.

Tadinya lelaki itu sempat terpikir untuk membatalkan kepergiannya ke sana, tapi setelah berdiskusi dengan Hani dan seluruh keluarga besar mereka, pernikahan mereka sepakat ditunda. Toh perjalanan bisnis Dojun ke Eropa juga demi masa depan dirinya dan Hani 'kan?

Itulah mengapa, Hani mengiyakan saja penundaan rencana pernikahan mereka.

"Aku akan menunggu kepulanganmu. Jadi, pergilah. Lakukan pekerjaanmu dengan baik." Ucap Hani lagi dengan lembut. Dojun mengangguk. Lelaki itu balas tersenyum haru seraya merengkuh tubuh perempuan yang teramat ia cintai tersebut.

"Terima kasih, jagiya. Terima kasih karena kau memahami pekerjaanku." Bisiknya.

"Berliburlah. Sambil menunggu kepulanganku, berliburlah. Kemana kau ingin pergi? Aku akan segera menyuruh orang untuk mengurusnya." Ucapnya lagi.

Hani menggeleng. "Anio. Aku akan di rumah saja sambil menyiapkan pesta pernikahan kita." Jawabnya.

Dojun menarik tubuhnya dan menatap Hani dengan tatapan protes.

"Mana bisa begitu? Toh persiapan pernikahan kita sudah disiapkan mamaku 'kan? Ayolah, kemana kau ingin pergi? Aku tak mau kau suntuk menjelang pernikahan kita." Ia memaksa.

Hani tersenyum dan terdiam sesaat. Terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Aku ingin ke Chanwon." Jawabnya kemudian. Dojun mengangguk-angguk.

"Geurae, aku akan segera menyiapkan segalanya agar kau bisa ke sana besok pagi." Ucapnya sambil membelai rambut Hani. Perempuan itu menggeleng.

"I don't need a travel agency. Aku akan ke sana sendiri. Sepertinya itu lebih nyaman. Aku bisa berangkat semauku, dan pulang semauku. Aku juga bisa menginap di hotel semauku dan juga pergi kemana-mana semauku." Jawab Hani.

Always It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang