Bagian 2

968 119 6
                                    

Hani tiba di taman jam 3 lebih 10 menit. Dan ia menyaksikan sosok itu sudah ada di sana. Mengenakan baju kasual dan topi rajut, duduk di salah satu bangku dengan begitu elegan. Tatapan matanya menatap ke arah beberapa anak yang tengah asyik bermain jungkat-jungkit. Sesekali ia tersenyum. Tenang.

Hani menggigit bibir. Lelaki itu tetap saja memancarkan aura ketampanan yang luar biasa. Dia tahu bahwa Wonu sudah ganteng sejak SMA. Tapi sekarang, ketampanannya seakan berlipat ganda.

Hati Hani berdesir.

Ayolah, Hani. Lelaki itu sudah menikah dan punya anak! Dan kau sudah bertunangan. Perempuan itu seakan mengingatkan dirinya sendiri. Berharap bahwa itu akan menghilangkan pesona Wonu, berharap bahwa itu akan menghilangkan getar-getar cinta yang – sepertinya – masih ia rasakan pada sosok pria yang berada beberapa meter darinya.

Hani menarik nafas panjang sebelum akhirnya melangkahkan kakinya mendekati Wonu.

"Hai." Ia menyapa duluan. Wonu mendongak. Mata beningnya yang indah menyipit sesaat, lalu senyum tersungging di bibirnya. Senyum yang masih saja menawan. Hani kembali memuji dalam hati.

"Hai." Lelaki itu menjawab dan serta merta menggeser posisi duduknya. Hani balas tersenyum dan duduk di samping pria itu. "Sudah lama?" Ia bertanya.

"Lumayan." Jawab Wonu.

"Anakmu tak ikut?" Hani bertanya dengan sedikit gugup.

"Tidak." Jawaban itu pendek.

Keduanya berpandangan sesaat, lalu membuang tatapan mereka masing-masing ke arah yang berlawanan. Situasi sedikit kikuk. Lebih kikuk dari yang kemarin.

"Setiap sore aku sering ke taman ini. Terasa tenang saja." Wonu membuka suara, berniat mencairkan suasana. Hani manggut-manggut.

"Berapa lama kau berencana ada di Korea?" Perempuan mungil itu menyilangkan kakinya, mencoba lebih rileks. Ia menatap ke arah segerombolan anak muda yang bermain skate board.

"Selamanya."

Jawaban Wonu membuat Hani menoleh ke arahnya. "Kau tak berencana balik ke luar negeri? Lalu pekerjaanmu?" Serta merta ia bertanya antusias.

Wonu mengangkat bahu.

"Aku sudah mengundurkan diri. Ada alasan pribadi yang mengharuskan aku untuk pulang ke sini, selamanya." Jawabnya. "Mm, alasan keluarga." Lanjutnya.

Pasti karena ia tak mau berjauhan dengan anak dan istrinya, Hani berpikir.

"Ceritakan tentang dirimu."

"Hm?" Hani menatap lelaki tersebut dengan bingung.

"Ceritakan tentang dirimu. Maksudku, kau kemana saja setelah pindah dari Chanwon? Aku tahu pertanyaan ini terdengar tak sopan, tapi ... aku benar-benar ingin tahu tentang dirimu setelah sekian tahun berlalu."

Mereka berpandangan sesaat.

Hani berdehem lalu kembali membuang pandangannya ke arah lain.

"Well, tak ada yang istimewa. Setelah pindah ke Seoul, aku melanjutkan sekolah, aku kuliah, lalu bekerja. Dan beberapa tahun kemudian aku bertemu seseorang, dan kami memutuskan untuk menikah. Begitu saja."

"Siapa nama calon suamimu?"

"Dojun. Kim Dojun." Hani menjawab cepat.

"Dia ... pilihanmu sendiri?" Pertanyaan Wonu terdengar ragu. Tapi Hani tak terkejut mendengar ia menanyakan hal itu. Sepertinya wajar saja ia menanyakan perihal pilihan hidupnya setelah apa yang mereka alami ketika SMA.

Always It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang