Sandra's POV
"Sial!"
Aku berlari secepat mungkin ke sekolah. Sebenarnya jarak antara sekolah dan rumahku tidak sejauh itu. Ini semua karena kemarin aku mendapat pekerjaan tambahan sampai aku harus pulang jam 1 pagi,
Ini adalah tahun ketigaku menjalani kehidupan sebagai anak sekolah menengah di SMA Internasional Garuda, salah satu sekolah terbaik di Indonesia. Sekolah ini berlokasi di Batam, dan tentu saja sekolah ini berisi siswa kaya raya.
Untungnya aku mendapat 50% beasiswa dari sekolah elit ini, yang sangat menguntungkanku. Orang tuaku meninggal lima tahun yang lalu, meninggalkanku sendirian dalam suatu kecelakaan. Itulah yang memaksaku untuk bekerja, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sekolahku.
"Sandra!" Bianca melambai padaku. Bianca Keene, sahabatku sejak kami berumur sepuluh tahun. Dia yang memaksaku ke sekolah di sini. Berkat bantuannya, jadi saya bisa mendapat beasiswa 50%.
"Cepat!" Guru kita yang cantik ingin masuk, "
Aku segera berlari dan akhirnya aku duduk di kursiku, bukan hanya aku, tetapi juga beberapa teman sekelasku melakukan hal yang sama. Aku membuka bukuku tepat sebelum Donna masuk. Aku menarik napas ketika dia melihat sekeliling dan akhirnya mata kami bertemu. Dia menatapku dengan arogan, seakan dia berusaha ingin mencari kesalahanku,
"Tumben... saya pikir kamu terlambat hari ini, Sandra Baker,"
Aku mengangkat bahu dengan senyuman ajaib di bibirku, "Bisakah aku menganggapnya sebagai pujian?"
"Tidak juga," katanya ketika dia ingin mengakhiri percakapan pagi kami.
"Bagaimana denganmu, Bianca. Apakah kamu sudah menyelesaikan PR mu?"
"Tentu saja sudah, bu,"
PR? PR apaan?
Aku melihat Bianca dengan bingung, mengapa aku tidak tahu kalau ada PR?
Dia melirikku dengan bingung, tapi kemudian dia menyadari sesuatu dan itu mengubah ekspresinya dalam sekejab,
"Sepertinya akan ada hukuman pagi hari ini," kata Donna ketika aku menatapnya dengan senyum masam.
****
Ugh! Tanganku sakit sekali! Aku menunggu dering bel sekolah, yang berarti sesi pertama selesai. Aku benar-benar ingin menyelesaikan hukuman bodoh ini. Orang-orang terus tertawa padaku ketika mereka melihatku berdiri di luar kelas dengan tangan terangkat.
Aku menghela nafas dalam-dalam ketika aku mendengar bel berbunyi. Kulihat Donna keluar dari ruang kelasku dan dia terus berjalan dengan arogan, mengabaikanku yang masih berdiri di sini.
"Sandra, aku minta maaf," kata Bianca. Dia bahkan tidak berani menatapku. Aku tersenyum ketika aku menepuk pundaknya, memberitahunya bahwa aku tidak mempermasalahkan masalah itu.
"Mau kemana?"
"UKS,"
Aku sangat lelah dan aku harus menghabiskan pagiku dengan hukuman konyol itu. Aku benar-benar ingin tidur siang di UKS. Aku tidak peduli jika Tati, perawat yang menyebalkan itu terus berbicara omong kosong kepadaku. Aku membuka pintu dan tidak ada orang di sini. Aku berjalan ke kotak P3K, untuk mendapatkan minyak kayu putih agar aku bisa memijat pelipisku yang pening ini.
Ketika aku duduk dan memijat pelipisku, aku melirik seseorang yang tampaknya menyelimuti dirinya dengan kepalanya yang tertutup juga. Orang itu terlihat meringkuk dan bahkan tampak sangat tidak nyaman.
"Umm ... menurut penelitian, tidur dengan kepala tertutup itu tidak baik, karena asupan oksigen ke otak akan berkurang,"
Aku terkesiap ketika tubuh orang itu, yang bergerak lagi dan tiba-tiba kepalanya keluar. Dia melirikku dan aku bisa melihat wajahnya yang pucat sekarang. Jantungku berdetak begitu kencang ketika mata kami bertemu, bisa kubilang saat ini aku sedang membeku untuk sementara waktu.
Dia adalah Peter Fernando Louis, alias Peter. Pria berparas tampan ini sangat dipuja di seluruh sekolah. Tatapan dingin dan aura misteriusnya membuat jantungku berdetak sangat kencang tanpa alasan. Dia sepertinya sedikit menggigil dan itu membuatku entah mengapa ingin mendekatinya, tapi aku merasa agak ragu.
Aku tersentak ketika tiba-tiba aku mendengar sesuatu jatuh, dan ternyata itu gelas Peter. Sepertinya dia ingin mengambilnya tapi dia menjatuhkannya. Saya segera mengambil gelas baru yang ada di lemari dan saya mengambil air hangat untuknya.
"Apakah kau baik-baik saja?" tanyaku, ketika aku mendekatinya dan memberinya air,
"Pelan-pelan," aku mengingatkan, ketika dia tampak sangat haus. Kenapa daritadi dia tidak memintaku untuk membantunya mengambil air?
"Apakah kau mau lagi?"
Dia menjawab dengan menggelengkan kepalanya. Aku mengembalikan gelas itu dan hendak kembali ke ranjang yang seharusnya menjadi tempatku untuk tidur. Namun, ada beberapa kata yang ingin kukatakan kepadanya yang membuatku tertahan di tempatku,
"Jika ada yang sesuatu yang kau butuhkan, jangan ragu untuk memanggilku," kataku dengan senyum tulus. Dia tampak mengangguk padaku.
"Terima kasih,"
"Untuk apa?"
"Untuk kemarin," dia menatapku kali ini.
Sangat mengerikan ketika aku mengingat bahwa dia tiba-tiba jatuh dari motornya.
Saat itu, dengan kaget, aku langsung mendekatinya. Wajahnya pucat dan napasnya tercekat. Sampai, aku membawanya ke rumahku karena dia jatuh di dekat rumahku. Aku meninggalkan motornya yang besar itu bersama dengan petugas keamanan yang menjaga di sana, karena tidak mungkin aku bisa mengendarainya.
Tapi bagaimanapun, entah bagaimana aku selalu bertemu dengannya dan itu tidak sengaja! Aku tahu ini sangat konyol, tetapi aku tidak pernah berniat menguntitnya atau apalah itu.
"Tidak masalah. Jangan memaksakan diri untuk pergi ke sekolah jika tubuhmu belum fit,"
Dia mengangguk dan melepaskan pandangannya dariku. Ketika aku berpikir bahwa tidak akan ada yang ingin dikatakan, aku berbalik untuk berjalan menuju ranjang. Namun, dia memegang tanganku dan itu membuatku sangat terkejut,
"A-apa?"
Apakah normal jika aku sangat terkejut?
"Tetap di sini," pintanya. Aku menurunkan tangannya dan menjauh darinya.
"Mau kemana?" dia bertanya padaku seakan tidak ingin aku meninggalkannya sendirian,
Tunggu, mengapa dia bersikap begini?
"Aku ingin mengambil kursi, tenanglah..." ujarku, melepas tangannya dan menarik kursi di sudut sana, lalu duduk di samping tempat tidurnya. Ketika aku duduk, aku melihatnya yang sepertinya mulai tertidur. Bukan hanya dia, aku juga merasa sangat mengantuk dan tiba-tiba saja tertidur. Rasanya sangat nyaman sampai aku terbangun ketika mendengar suara bel berbunyi.
Aku bertanya-tanya, mengapa aku ada di sini? Aku melihat sekeliling dan tidak ada siapa-siapa disini.
Tetapi mengapa aku tidur di tempat tidur Peter?
Setelah dipikir-pikir, apa kalian setuju kalau ada grup wa khusus untuk pembaca" ku? Disana kita bahas bareng yaa sekalian memperluas relasi *eaakk*. Setuju gak sih? Kalau kalian setuju bisa inbox aku yaa biar aku masukkan atau kirim linknya untuk kalian. Follow fb aku ya namanya Cheng Cheng, aku lebih aktif disitu... kalau kalian mau tambah pertemanan, silahkan inbox aku ya supaya aku tahu kalian pembaca aku hehehe

KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar
De TodoAntara ego dan cinta. Siapakah yang paling dominan? "Mencintaimu adalah hal terberat dan menyakitkan bagiku. Bisakah kau tinggalkan egomu demi diriku?" #2 in Cold #3 in Pain