“Hallo, PS.”
Desisan seseorang di belakang cukup untuk membuat kepalaku menoleh mencari asal suara. Anjir, Head gila itu lagi. Sama antek-anteknya lagi. Ini Senin, hari yang paling membosankan, ditambah aku harus melihat lingkaran setan di depan mataku.
“Gimana, udah bisa buktiin kalo lo sederajat sama Princess?” tanya Head itu, Sidekick sialannya sudah mengepungku.
“Gampang kok. Tapi, gue gak mau sombong aja,” kataku ngeles.
“Oh,” Head itu menyeringai licik, “gimana kalo gue mengundang PS kayak lo ke pesta di rumah gue, ya?”
Anjir. Bisa banget.
“Kebetulan, dua minggu lagi gue ulang tahun. Lo mau dateng gak? Ketua Yayasan sama Kepala sekolah juga seluruh anak seangkatan dateng juga.”
Sumpah, najong.
“Sekalian nunjukkin ke temen-temen kalo lo pantes bareng Princess NB.”
GELI GUA.
“Oke, deh, itu aja. Gue yakin kalo lo bukan pengecut, pasti lo dateng. Alamatnya tanya orang laen aja ya. Yuk, Gals,” dan Head itu pergi. Dan aku sendirian di koridor.
Dan aku yakin akhir kisah jurnalku akan menyedihkan, seperti pemiliknya.
*
Seharian ini aku menjadi makhluk paling galau sedunia. Tubuhku seperti robot yang hanya bisa bergerak kaku dan sesuai perintah. Bayangin aja, orang miskin sepertiku harus mengikuti pesta kelas atas Head itu (sampai sekarang aku tidak tahu siapa namanya). Terlebih, di sana aku harus memakai gaun. Ponsel bagus. Rambut hasil salon.
Yang paling penting (dan aku tahu ini yang diharapkan Head jika ketiga jurusnya berhasil kutaklukan), aku harus membawa pasangan.
Pasangan.
Pasangan.
“Tibby.”
Pasangan.
“Tibs.”
Pasangan.
“TIBERON!”
Aku tersentak ke depan dan menengok ke asal suara yang menyerukan namaku. Tiffany. Dia sedang berjengit di tempat duduknya, lalu melihat ke sekitar.
“Kamu diundang ke pesta Diska?” tanya Tiffany datar, melihat ke sekeliling lagi, dan dia terfokus padaku.
Diska?
“Head yang menjebakmu, aka orang paling berpengaruh di NB, aka lagi, Ketua OSIS tahun ini.”
Tunggu. Jangan bilang orang yang sekarang ingin kubunuh tadi bernama Diska. Dan dia berpengaruh di Nusa Bangsa?
Dia Ketua OSIS.
Bagaimana bisa?!
“Dia mengandalkan kecantikan tak bergunanya untuk mendapat voting ketika pemilihan Ketua OSIS tahun lalu. Orasinya juga sama sekali tidak berkelas,” kata Tiffany menjawab pertanyaan yang terpikirkan di otakku.
Dia memang vampire aneh.
“Oh, aku tidak aneh. Hanya memberitahumu saja.”
Dan, orasi itu apa?
“Kau tidak tahu? Itu umum sekali.”
Bagus, kau sudah mengguruiku.
“Orasi adalah pidato untuk pemilihan Ketua OSIS. Pidato sebelum voting dimulai, kira-kira begitu. Dan, oh, ya. Anak-anak seangkatan memang datang ke pesta ulang tahun Diska. Termasuk, aku, Taylor dan lainnya. Pesta yang kemarin bertema Pesta Topeng, yang kemarin Hallowen, dan yang sekarang mungkin Pesta Dansa.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ST [4] - Tibby's Journal
Ficção AdolescenteDisclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Sisterhood-Tale [4] : Tiberon Lizzi Feronica Tibby harus bekerja di mansion besar dengan empat cowok satu cewek di dalamnya dan menjadi kok...