Yuko meletakkan sepatunya dengan rapi di atas rak, saat Irene membukakan pintu untuknya dan mempersilahkannya masuk. Sahabatnya itu hancur. Yah, Yuko adalah teman dari Irene dan Yoongi. Bohong jika ia tidak tau apapun.
Yuko lah yang menjadi penghubung antara Irene dan Yoongi. Yuko juga lah tempat Yoongi bertanya tentang keberadaan kekasihnya. Koreksi, ia bukan lagi kekasihnya.
Ia mengutuk dirinya sendiri, disatu sisi ia adalah sahabat Irene. ia tidak ingin Irene sakit hati. Tapi disisi lain, cepat atau lambat Irene akan tau. Dan jika lebih jauh, Irene akan lebih sakit.
Yuko menatap punggung Irene yang menjauh kedalam ruangan. Punggung itu rapuh, bahkan untuk wanita setegar dirinya.
"Kau sudah makan?" Suara serak Irene memenuhi keheningan diantara mereka. Masih tidak menatap wajah sahabatnya. Yuko melepaskan mantelnya dan duduk di atas sofa. "Sudah. Sebelum berangkat ke sini aku makan dulu di kantorku." Ia tersenyum lembut, saat Irene meliriknya sebentar lalu kembali sibuk membersihkan dapurnya.
"Aku dengar Yoongi sudah menemuimu."
Wanita jepang itu menggigit bibirnya saat kalimat itu terlontar. Menunggu reaksi dari Irene, yang kemudian berhenti dari kegiatannya.
Maafkan aku, Irene.
"Ah,iya. aku sudah bertemu dengannya."
Jawabnya pelan, hampir tidak terdengar.
Iba, dan juga merasa bersalah. Bahkan Yuko sendiri, bingung apa yang harus ia lakukan untuk setidaknya menenangkan sahabatnya. Berbekal dengan keberanian, tepat saat Irene menelfonnya, ia memutuskan untuk bertemu langsung dengan sahabatnya itu.
Namun seharusnya Irene adalah tanggung jawab Yoongi.
***
"Kau sungguh tidak ada rasa bersalah sedikit pun kan?"
Bibir itu menyesap sedikit kopinya, tidak tertarik dengan pesanannya kali ini. Dengan cepat tangannya menurunkan cangkirnya ke atas meja. Lebih tepatnya membantingnya. Jelas sekali ia tidak begitu menyukai orang yang diajak bicaranya.
Sang lawan bicara membuang pandangannya ke arah lain, menghempaskan nafas yang ia tahan dari tadi.
"Aku sudah mengatakannya padamu. Dan aku juga sudah mengatakan hal yang sama padanya."
Ia memijit pangkal hidungnya.
"Mengatakan apa? mengatakan bahwa kau memutuskan untuk meninggalkannya? bahwa kau lebih mencintai wanita barumu?"
Serentetan pertanyaan ah-, pernyataan sarkastik keluar dari bibir merah itu.
"Aku tidak bermaksud sepert-"
"Kau meninggalkannya, membuatnya harus menunggu, lalu kau datang dengan undangan pernikahan. Setan kejam mana yang merayap masuk dalam hatimu hah?!"
"KAU HANYA MEMBELANYA!"
Tangannya terkepal memukul meja. Masa bodoh dengan tatapan pelanggan lain yang ada di dalam kafe itu karena sekarang ia sedang mempertahankan dirinya sendiri.
"Ya. Tentu saja aku membelanya, karena Irene adalah sahabatku."
Wanita itu memajukan wajahnya, tidak menunjukkan sedikit pun rasa takut pada laki-laki itu. Hah.
Ia hanya seorang Yoongi.
Sahabatnya yang dulu amat sangat baik, mempesona, dan tidak tercela. Itu dulu.
"Aku datang kesini karena Irene yang bahkan tidak berani menunjukkan wajahnya lagi di hadapanmu. Kau tidak tahu dia sekarang, penampilannya sangat kacau terakhir aku bertemu." Suara Yuko tidak setegang tadi, ia menjatuhkan pandangannya.
Laki-laki itu masih diam, tidak sanggup lagi mengelak.
"Yah, dia sungguh beruntung. Memiliki sahabat yang selalu ada disampingnya. Bukan hanya kau, yang lain juga mendatangiku,"
Yoongi tertawa pahit.
"Jadi bisakah kalian menjaganya untukku?"
![](https://img.wattpad.com/cover/63830616-288-k737282.jpg)