chapter 5

95 22 20
                                    

Caren tersentak dan terbangun dari tidurnya. Badannya masih sangat lemas, ia hanya bisa menggerakkan bola mata untuk melihat sekelilingnya. Sebuah ruang tamu dengan dominasi warna merah dan dapat Caren lihat sofa tempat ia berbaring sekarang berwarna hitam.

"Dimana aku?" Batin Caren. Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar mendekatinya..

"Oh sudah bangun rupanya." Ucap seseorang tiba-tiba berlutut di samping kaki Caren. Caren membulatkan matanya melihat siapa yang berlutut didekatnya itu.

"Dave?!" Pekik Caren. Ia langsung terduduk dengan tatapan bertanya-tanya. Dave hanya memasang tampang polos seperti tak ada apa-apa.

"Ya?" Ucap Dave ringan.

"Kau membawaku kesini?! Apa kau gila?! Dimana aku? Jangan-jangan kau.. kau pasti telah menodaiku!" Pekik Caren dengan suara meninggi. Ia menatap Dave dalam-dalam untuk meminta jawaban. Dave sempat terdiam hingga akhirnya dia tertawa, terbahak-bahak.

"Dave sudah gila ya?" Batin Caren melihat keanehan tingkah laku Dave.

"Tentu saja aku tak menodaimu, Caren. Apa kau gila?" Ucap Dave masih tertawa hingga berair mata.

"Baguslah, sekarang jawab, aku dimana?" Tanya Caren dengan nada lega.

"Oh, selamat datang di Throuven City. Dan kau sedang berada di rumah, maksudku kerajaanku." Jawab Dave tersenyum. Tiba-tiba, Dave berdiri dan.. sayap itu.. sayap yang pernah Caren lihat bukan?! Caren mebulatkan matanya dan tercengang.

"Dave! Kau siapa!" Pekik Caren saat melihat sepasang sayap dibalik tubuh Dave. Dave langsung berbalik badan dan menutup sayapnya.

"Hey, hey, tak perlu berteriak." Ucap Dave seraya berlutut di samping sofa yang ditempati Caren, "Aku seorang malaikat, bukan malaikat dari surga. Kau bisa lihat kan sayapku berwarna abu dan ujungnya hitam? Itu menandakan aku bukan dari surga." Jawabnya tersenyum.

"Lalu kau malaikat darimana? Neraka?" Caren penasaran hingga memiringkan kepalanya. Dave kembali tertawa terbahak-bahak, Caren mendecakkan lidahnya dengan kesal.

"Tidak, tidak. Aku bukan dari neraka. Aku berasa dari dimensi lain, dimensi Throuven. Sesuai dengan nama kota ini." Ucap Dave menahan tawa. Caren hanya mengangguk dan membentuk mulutnya menjadi huruf 'o'.

Caren berdiri dari sofanya dan berjalan menuju sebuah jendela besar yang tertutup oleh gorden berwarna hitam. Dengan hati-hati Caren menyingkap gorden yang menutupi jendela itu, dan Caren tercengang kagum.

"Wow.." Ucap Caren tak percaya.

"Indah bukan?" Tiba-tiba saja Dave sudah berada di samping Caren yang sedang menatapi pemandangan, sebuah kota yang cukup besar, kota tua, klasik, dan Caren menyukai pemandangan seperti ini. Ia menoleh kearah Caren dan melihat mata coklat mudanya yang berbinar dari samping.

"Kau sangat indah, memang tak salah selama ini matamu itu membuatku kecanduan." Batin Dave terkagum-kagum.

"Yap, aku tak pernah menemukan pemandangan semacam ini sebelumnya." Tampak Caren melukiskan senyum puas di wajahnya. Ia menyadari Dave yang sedari tadi menatapnya, ia pun memiringkan kepala dan menolehnya. Sepasang mata itu akhirnya berjumpa lagi, mereka tenggelam dalam pandangan satu sama lain. Mereka tersenyum, merasakan bahwa ada hal yang berbeda, apakah ini yang dinamakan cinta? Sepasang mata itu bahkan seperti tak mampu lepas menatap satu sama lain dalam kesunyian.

"Uh, Dave.." Gumam Caren memecah keheningan.

"Iya?"

"Tentang suratmu.." Ucap Caren gugup.

"Kenapa?" Tanya Dave.

"Tak apa, aku hanya bingung." Caren terkekeh kecil dan tersenyum. Ia kembali menatapi pemandangan kota tua yang indah itu, Throuven.

Different Dimension LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang