Caren membuka pintu apartemennya dan melepas sepatunya, ia merebahkan dirinya di atas sofa yang paling ia cintai. Caren mengeluarkan secarik kertas dari tasnya dan mulai menggambar design baju, yap, Caren adalah designer pemula yang akan mengeluarkan brand fashion terbaru. Walaupun ia adalah seorang designer, gaya hariannya biasa saja, sama seperti orang-orang di sekitarnya, sederhana.
"Tidak, tidak, jangan gunakan warna gelap karena ini musim panas, Caren." Caren menasihati dirinya sendiri layaknya anak kecil.
Tiga jam tanpa suara apapun tentu saja membosankan, tapi, bagi Caren hal itu menyenangkan karena ia bisa fokus pada pekerjaannya. Ia terus menggambar hingga larut malam, hingga design gaun musim panas pun jadi.
"Sudah jam sepuluh malam ya, aku kira masih sore." Caren tertawa kecil pada dirinya sendiri. Mengingat hari sudah malam, Caren cepat-cepat mandi dan beranjak ke tempat tidurnya.
Tiba-tiba, ponselnya berdering menandakan ada panggilan yang masuk.
"Haruka?" Caren membaca nama yang muncul di layar ponselnya, "Untuk apa Haruka meneleponku malam-malam begini?", tanyanya pada diri sendiri. Ia segera mengangkat panggilan dari Haruka."Heeeeey!" Sapa Haruka menggila pada Caren.
"Ada apa?" Tanya Caren yang sepertinya sudah terbiasa dengan tingkah laku sahabatnya yang gila itu.
"Besok aku akan membuka toko bungaku, bisa datang jam sembilan pagi untuk merayakannya bersamaku? Tolonglah?" Pinta Haruka dengan nada memelas.
"Dasar manja, iya aku akan datang." Caren memutar bola matanya.
"Terima kasih! Aku mencintaimu! Selamat malam Caren." Teriak Haruka riang disana.
"Ya, selamat malam." Ucap Caren lesu karena mengantuk.Ia langsung mematikan ponselnya dan bergulung dalam selimut, wajahnya yang lelah seakan kembali bahagia saat ia menyentuh tempat tidurnya itu.
*
"Kriiiing!" Bunyi alarm pada pukul lima pagi itu mengganggu tidur Caren yang nyenyak, ia segera memukuli jamnya hingga alarmnya berhenti. Caren beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi untuk mandi tentunya.
Hanya butuh sepuluh menit bagi Caren untuk membersihkan badannya, tak lama kemudian, ponselnya berdering lagi dan sudah dipastikan yang memanggilnya adalah Haruka. Caren langsung mengangkat panggilannya tanpa melihat siapa yang menelepon lagi.
"Ada apa?" Tanya Caren.
"Careeeen!" Pekik Haruka di seberang sana.
"Jangan berteriak seperti itu, ini masih pagi, dasar." Omel Caren.
"Hehe, maaf, bisa datang jam tujuh? Aku butuh bantuanmu." Pinta Haruka.
"Baiklah, aku usahakan. Biarkan aku sarapan dulu."
"Baiklah, sampai bertemu nanti."
"Sampai bertemu nanti." Ucap Caren. Ia segera menutup ponselnya dan berjalan ke arah dapur untuk memasak pancakes.Caren makan dengan cepat, ia segera merapikan gaunnya dan bergegas keluar dari apartement. Ia berjalan dengan terburu-buru, mengeluarkan ponselnya, dan menelepon Haruka tanpa berhenti berjalan.
"Haruka, aku akan segera berangkat." Ucapnya dengan napas tak beraturan.
"Baguslah, kau terdengar buru-buru, ada apa?" Tanya Haruka cemas.
"Bukannya kau yang minta aku untuk datang jam tujuh? Ini sudah jam tujuh kurang." Gerutu Caren.
"Oh iya, hehe maafkan sahabatmu yang pelupa dan gila ini." Tawa Haruka yang membuat Caren kesal.
"Aku sudah keluar gedung, tunggu saja disana, aku akan segera sampai. Sampai bertemu nanti." Ucap Caren.
"Baiklah." Caren langsung mematikan ponselnya dan berjalan melewati beberapa toko.*
"Awww!" Pekik Caren yang terjatuh saat berjalan di sebuah lorong kecil. Ia mencoba meraih tasnya dan melihat apa yang membuatnya tersandung hingga jatuh seperti ini. Tiba-tiba tatapan Caren terpaku pada sebuah benda yang bersinar, seperti kalung, namun ini bukan kalung emas, melainkan kalung bertali benang wol dan memiliki berlian merah di depannya. Caren tak ingin mengambilnya, namun kalung itu seperti membisikkan kata-kata kepada Caren agar ia mengambilnya. Caren pun mengenakan kalung itu dan kembali berjalan menuju toko bunga Haruka.
*
"Haruka! Aku datang!" Panggil Caren dari pintu toko bunga.
"Oh, hey, baguslah kau datang cepat. Bisa bantu aku menata bunga disana? Aku masih harus menata kue-kue ini." Ucap Haruka sambil menunjuk ke arah beberapa cupcakes yang berantakan.
"Baiklah." Caren menaruh tasnya di meja dan berjalan menuju bunga-bunga yang akan ia susun.
"Bunga-bunga ini begitu indah, boleh aku ambil beberapa saat pulang nanti?" Pinta Caren kepada Haruka, ia tak mendengar ada respon sehingga ia membalikkan badannya untuk melihat Haruka. Namun, ia tak mendapati Haruka di susunan cupcakes, Caren menatap sekelilingnya dengan cemas.
"Haruka? Kau dimana?" Tanya Caren selagi berjalan pelan menuju susunan cupcakes. Tiba-tiba saja, ia merasa tersentak hingga beberapa kali.
"A-ada apa dengan semua ini.." Tanya Caren cemas saat sekelilingnya berubah menjadi warna hitam.
"Aku harap kita bisa bertemu.." Suara itu, berat dan terdengar sopan, terdengar seperti suara laki-laki. Suara itu.. muncul dari balik kegelapan yang Caren lihat.
"Kau sia.."
"Careeeeen!" Caren pun terbangun, ia sadar karena Haruka meneriakinya, pertanyaan itu terpotong karena teriakkan Haruka.
"A-ada apa.." Tanya Caren yang mendapati dirinya terbaring lemas di lantai.
"Kau pingsan, Caren. Tiba-tiba kau jatuh dengan wajah cemas, itu aneh." Jelas Haruka.
"Ouch, kepalaku sakit sekali.." Keluh Caren memegangi kepalanya.
"Kau duduk saja dulu, biar aku membuatkanmu teh." Ucap Haruka.Caren pun berjalan dengan susah payah ke arah sofa, ia memikirkan suara itu lagi, suara lelaki itu.
Selagi menunggu Haruka selesai membuat teh, Caren berjalan ke arah cermin untuk memastikan wajahnya tidak pucat dan ia tidak sakit.
"Aku terlihat baik-baik sa.." Perkataannya terpotong saat ia melihat dirinya di kaca, kalung itu bersinar, dan Caren memiliki sayap. Ini seperti imajinasi, namun Caren bukan anak kecil lagi.. Caren menyentuh sayap yang telihat di punggungnya dan benar! Itu adalah sayap asli! Caren tak mampu berteriak dan.. suara yang sama itu pun muncul kembali, namun dengan ucapan yang berbeda.
"Kau mungkin tak percaya, bahwa dimensi kita berbeda." Ucap seorang lelaki yang tak terlihat itu. Dan tiba-tiba, tertulis sebuah kalimat di cermin itu, "Sayapmu adalah sayapku, dalam kegelapan yang kau rasakan nanti, akan kau temukan kedamaian.".
Caren merasa takut, apa maksudnya semua ini? Ia berjalan mundur beberapa langkah hingga sayapnya menyentuh dinding. Caren menjatuhkan dirinya ke lantai dan terduduk melamun. Namun, semuanya kembali normal kerika Haruka memanggil Caren untuk meminum tehnya. Sayapnya hilang dan tak ada lagi tulisan di cermin. Caren berjalan kembali ke sofa tempat ia duduk sebelumnya.
Caren meniup secangkir teh panas yang dibuat Haruka dan meneguknya perlahan. Masih memikirkan tentang siapa sebenarnya lelaki yang berharap untuk bertemu dengannya itu, siapa lelaki dibalik suara berat yang sopan itu, dan siapa pemilik sayap yang muncul saat Caren berkaca?
Hayy hayyy semuaaa :* *efek alay*
Makasih ya udah mampir baca chapter 1 yang gaje ini :') *btw foto yang diatas itu Caren yaa*
Yang mau kasih saran dan nasihat silahkaaan diterima kok :D
Maaf typo bertebaran, masih amatir dan terlalu pemula xD
xoxo, b.universe
![](https://img.wattpad.com/cover/63549221-288-k179592.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Dimension Love
RomansaTetaplah bersamaku, aku benar-benar mencintaimu. Aku mungkin bisa hidup tanpamu, namun aku tak mau.