Cameron's pov
"Cameron Dallas!!!" teriak seseorang yang bersuara cempreng. Oke dia Gwen. Dia sahabat gue.
"Berisik tau gak sih lo," gue segera berbalik ke belakang dan meneriaki nya.
"Ehh gue kangen lo tauu," kata Gwen yang menuju ke arah gue sekarang.
Serius dah Gwen. Lu. Alay. Banget.
"Lo gak kangen gue apaa?" Tanya Gwen dengan wajah pasrah nya.
"Hah? Seorang Cameron Dallas kangen sama Gwen Andrewsmith?" gue tertawa terbahak-bahak.
"Gitu lu, Cam. Gue mah emang bukan apa-apa dihidup lu, Cam," Gwen ninggalin gue sendirian disini. Apa coba? Kan ngeselin.
"Lo sahabat gue, Gwen. Udahlah, ga lebih," gue ngeliat ke Gwen dengan tatapan sinis gue.
Kalo lo pengen tau nih. Gue sama Gwen udah sahabatan dari SD. Dan kalo lo tau, dia itu suka sama gue. Dia bener-bener sok perhatian sama gue. Dia suka cari perhatian gitu sama gue. Padahal gue cuma nganggep dia sahabat, udah ga lebih.
"Lo berubah, Cam," kata Gwen yang kemudian menjauh.
"Berubah gimana sih?" Gue ngomong pake nada tinggi. Biar dia nyadar gitu, kalo gue bener-bener ga suka sama dia.
"Lo berubah sejak hari itu, Cam," jawab Gwen sambil memasang muka melasnya. Alay lu, Gwen. Serius dah.
"Jangan ngarep gue ga berubah deh sama lu. Gue capek sama gaya-gaya lu. Dan satu lagi ya, Gwen. Ini harus ditancapkan di pikiran lo. GUE. GAK. SUKA. SAMA. LU. Udah kan?" gue memasang nada tinggi dan raut muka kesal saat berkata seperti itu.
Gwen's pov
"Jangan ngarep gue ga berubah deh sama lu. Gue capek sama gaya-gaya lu. Dan satu lagi ya, Gwen. Ini harus ditancapkan di pikiran lo. GUE. GAK. SUKA. SAMA. LU. Udah kan?" Cam mengatakannya dengan suara lantang dan nada tinggi.
Itu tidak hanya akan menancap dipikiranku, Cam. Itu juga akan menancap dihatiku. Itu pertanda bahwa aku tidak boleh menaruh harapan padamu lagi. Pertanda bahwa aku harus melupakanmu sebagai 'orang yang kusuka' dan menggantinya menjadi 'sahabat'...
Hanya sebatas sahabat kan, Cam?
"Udah cukup jelas kok, Cam. Gue ke kelas dulu ya, Cam. Makasih banget penjelasan yang tadi ya, Cam," aku segera meninggalkan Cameron karena mataku yang berkaca-kaca ini.
Aku benar-benar sakit mendengar Cameron mengatakan seperti itu. Aku tidak percaya bahwa Cam akan berkata seperti itu. Aku merindukan Cameron yang dulu. Cameron yang mengerti aku, yang menyayangiku seperti adiknya sendiri, yang selalu ada disampingku saat aku senang maupun aku sedih.
BRUK!!!
Aku terjatuh sehabis ditabrak orang ini. Siapa sih dia?"Maaf ya, gue ga sengaja," kata anak itu sambil membereskan kertas-kertas yang berserakan di lantai.
"Kayaknya lu buru-buru banget ya?" aku membantunya membereskan kertas-kertas itu.
"Iya gue buru-buru banget nih," jawabnya sambil mendongakkan kepalanya.
Sepertinya dia anak baru.
"Lu anak baru ya?" tanyaku.
"Iya, gue harus ke kelas X MIPA 4. Lu tau ga dimana? Pasti taulah, kasih tau dong," jawabnya.
"Kebetulan gue anak X MIPA 4 juga. Hehehe," aku tersenyum.
"Oh... makasih yaa. Oiyaa, kenalin, nama gue..."
*****
HAI SEMUANYAA.
INI CERITA BARU GUE LOH. BARU DAPET INSPIRASI SAMA BARU DAPET IDE NIH(?).GUE BUTUH SARAN DARI KALIAN OKEEE.
Jadi tuh setiap chapter bakal ngegantung gitu yaaa. HAHAHA. Tapi ada chapter yang ga ngegantung kok.
VOMMENT OK OK OK.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault
FanfictionAku tahu kau miliknya. Aku tahu kau bukan milikku. Aku tahu aku hanya sebatas 'sahabat' untukmu. Aku tahu aku hanya berharap padamu. Aku tahu aku salah mencintaimu.