Part 2: Meet new people

16 0 0
                                    

"Oh... makasih yaa. Oiyaa, kenalin, nama gue Shawn," Shawn mengulurkan tangannya padaku.

"Nama gue Gwen," aku menjabat tangannya.

"Jadi... lo sekelas sama gue?" Tanyanya lagi.

"Iya gue sekelas sama lu," jawabku sambil tersenyum.

"Ayo ke kelas," Shawn meraih tanganku dan kemudian menarik tanganku.

"Emang lo tau kelasnya? Hahaha," aku segera menghentikan langkahku dan tertawa.

"Oiyaa, duh gimana sih lu Shawn," Shawn menggaruk kepalanya.

Shawn's pov

"Oiyaa, duh gimana sih lu Shawn," haduh serius gue grogi nih.

Gimana sih lu Shawn

Gimana sih

LUCU AH LU

"Yaudah yuk ke kelas," dia megang tangan gue. Duh duh. Deg-degan gue.

"Eh iya," ketawan grogi nih gue duh abis dah.

*****

Di kelas...

"Ini kelas baru lu ya Shawn," ujarnya. Gue cuma senyum-senyum doang sama dia. Abisan gue grogi sih haduh.

Kenapa gue bisa grogi gini?

Lu pengen tau?

Yang bener?

Oke

Flashback on

Ah gue pengen ke taman kota nih. Mager dirumah mulu. Lagian gue juga baru pindahan. Pengen liat-liat disini tuh kayak gimana. Maklum lah, gue kan pindahan.

Gue segera make topi dan kacamata item gue. Gaya sedikit nggak apa-apa lah.

"Huft... udara disini seger juga yaa," gue duduk disalah satu bangku yang ada di taman tersebut.

Tiba-tiba ada orang yang duduk di sebelah gue. Dia cantik, tinggi, dan kayaknya kalem orangnya.

"Mas, tau tempat orang yang jual minum gitu gak?" tanyanya.

"Gatau deh mba," gue jawab tapi ga buka kacamata gue gitu.

"Makasih mas," dia pergi ninggalin gue gitu aja.

Geter gue ngeliat mukanya.

Geter gue denger suaranya.

Biasanya kalo ada orang cantik ngomong sama gue dulu gue biasa aja.

Tapi ini beda.

Anjir.

Flashback off

"Eh, Shawn?" gue dikagetin sama orang cantik ini. Eh maksud gue Gwen.

"Eh, iya Gwen. Kenapa?" tanya gue.

"Lu gak masuk?" tanya Gwen.

Oh iya... gue baru nyadar. Dari tadi gue sama Gwen berdiri didepan kelas. Haduh, malu nih gue.

"Ngapain si lu berdua depan sini?" tiba-tiba di belakang gue sama Gwen ada suara. Gue dan Gwen nengok ke belakang.

"Cam?" Gwen menunduk sebentar lalu segera masuk kelas.

"Gwen, lu kenapa?" Pas gue pengen ngejar Gwen, tiba-tiba tangan gue ditarik sama anak yang tadi teriak di belakang gue. Mau lu apaan sih, bro?

"Siapa lo?" nyolot banget lu. Serius dah.

"Gue Shawn. Gue murid baru disini," jawab gue sambil melepaskan tangan gue.

"Oh," enak banget lo langsung pergi aja.

Gwen's pov

Kira-kira Cameron sama Shawn lagi ngapain ya?
Aku penasaran.

Cameron Dallas.

Nama yang benar-benar berarti untukku. Dia yang selalu mewarnai hari-hariku. Dia yang selalu membuatku tertawa dikala aku sedih. Dia yang benar-benar membuat hidupku lebih berarti.

Tetapi sekarang semuanya sudah hilang. Itu semua sudah menjadi masa lalu. Dan mungkin tidak akan bisa kembali lagi. Aku yang merubah segalanya. Aku yang membuat dia seperti ini. Aku yang salah.

Flashback on

"Cameron," panggilku kepada Cameron.

"Apaan?" tanya Cameron sambil menghampiriku.

Jantungku berdegup kencang. Dia di hadapanku sekarang. Bahkan sepertinya aku sudah tidak bisa bernafas lagi.

"Gue ga bisa nafas," gumamku.

"Apa?"

"Eh salah ngomong gue, Cam. Lu suka sama siapa sih?" entah kenapa pertanyaan ini terlontar dari mulutku.

"Gue suka sama lu," jawab Cameron sambil tersenyum.

"Iya apa? Boong ya lu. Ga lucu ah," kataku sambil cemberut.

"Jangan cemberut dong. Gue bukan cuma suka sama lu. Tapi sayang juga," dia menjelaskan padaku.

"Hah?" aku tidak percaya ini. Aku pun mulai blushing.

"Ciee blushing. Makin lucu dahh. Sini gue cubit pipinya," Cameron mencubit pipiku. Pipiku semakin panas

"Ih apaan sih, Cam!" ujarku sambil menutupi wajahku yang panas ini.

"Tapi sebagai sahabat, Gwen," jawabnya sambil tersenyum.

Oh. Sahabat.

"Kalo lu suka sama siapa, Gwen?" tanya Cameron.

"Orang yang tadi bilang suka dan sayang sama gue tapi sebagai sahabat," jawabku sambil menunduk.

"Dan kali ini gue bukan sebagai sahabat. Tapi lebih, Cam," aku menambahkan kata-kataku tadi.

Cameron seketika terdiam dan meninggalkanku sendirian disitu.

Dan sejak saat itu, sikap dinginnya datang. Tidak sekali saja dia berkata dingin kepadaku. Tapi berulang kali. Padahal, aku sudah menganggap bahwa tidak terjadi apa-apa diantara kita.

Flashback off

Aku merindukan Cameron yang dulu.

Oh tidak, bukan Cameron.

Tapi

Sikapnya.

*****

HAI SEMUAA!!!

GUE BARU PEMULA BANGET NIH BIKIN CERITA

MAAF YA KALO RADA JELEK GITUUU

I NEED YOUR VOTE AND COMMENT L

My FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang