It's Time to Shine

120 4 0
                                    

Lvflwer

01.15 am

Suara klakson mobil membuat Syakhilla harus bangun dari tidurnya. Ia melangkah malas menuju gerbang untuk membukakan pintu gerbang. Ini bukan pertama kalinya ia harus terjaga dari tidurnya karena harus membukakan pintu gerbang. Ia sudah tidak heran karena kebiasaan ayah nya yang pulang larut malam. Ayah nya adalah seorang manager di perusahaan terkenal di Jakarta. Syakhilla kembali menaiki anak tangga menuju ke kamar nya setelah membukakan pintu gerbang.

"LALA KENAPA NGGAK ADA MAKANAN DI MEJA MAKAN? " teriakan Shak-ayah Syakhilla membuat ia harus menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya malas. "Mana aku tau." ujar Syakhilla.

Lala adalah nama panggilan Syakhilla. Syakhilla memiliki dua sisi berbeda dalam hidupnya. Di sekolah ia dapat menjadi seseorang yang ceria, tetapi, di rumah ia bukan lagi orang yang ceria, hidupnya bisa dikatakan tidak bergairah. Hal itu dikarenakan keadaan rumah tangga ayah dan ibu nya yang berantakan. Syakhilla tidak tau apa penyebab kedua orang tuanya saling membenci satu sama lain. Yang Syakhilla tau,ayahnya membenci kehadiran dirinya,tetapi,mamanya tidak. Bagi Syakhilla,mama itu seperti bintang yang selalu terang,yang selalu menjadi penghibur,yang selalu percaya diri untuk tetap bersinar dengan atau tanpa bulan.

Syakhilla menatap langit-langit kamarnya. Sekarang sudah jam 2 malam, tetapi matanya sama sekali tidak bisa terpejam. Ia beberapa kali mengenggelamkan kepalanya di bawah bantal, tetapi tetap saja ia tidak bisa tidur.

"kamu belum tidur? "

Syakhilla mendesis kesal, melihat makhluk makhluk yang seharusnya tidak bisa dilihat manusia normal lainnya merupakan keturunannya. Jika saja ia di perintahkan untuk meminta 3 permintaan, mungkin salah satu yaitu ia ingin tidak dapat melihat makhluk halus.

"Bisa kamu pergi sekarang?" tanya Syakhilla

"Kamu bisa membantuku tidak?"ujar wanita berambut panjang yang ada di pinggir kasur Syakhilla.

"Bisa kamu pergi sekarang?" Tanya Syakhilla,lagi.

"Kamu bisa membantuku tidak?"Tanya wanita itu lagi. Syakhilla bangun dari tidurnya, ia membenarkan posisi awalnya yang tertidur menjadi duduk.

Syakhilla bergumam pelan. "Maaf, tidak bisa."

"Kamu bisa pergi? Aku ngantuk." lirih Syakhilla halus. Makhluk yang ada di hadapannya ini mendecak sebal, lalu akhirnya tubuh wanita ini melebur menjadi asap-asap. Banyangannya sudah tak ada lagi di sini. Dia pergi.

****

Suara mesin pendeteksi detak jantung dengan konstan berbunyi di ruangan yang didominasi dengan warna putih berbau obat ini. Syakhilla berjalan mondar-mandir di depan pintu. Mukanya terlihat cemas. Baru kali ini ia merasa secemas ini, dan kecemasan ini dikarenakan mamanya.

Mamanya mengidap penyakit kanker yang sudah masuk stadium akhir. Walaupun Syakhilla jarang melihat mamanya dirumah-karena mamanya pergi ke butik,tapi Syakhilla tau mamanya memiliki kondisi fisik lemah. Maka itu,ia sangat tidak suka saat ayahnya menyakiti mamanya. Satu kali ayahnya menyakiti mamanya,sama saja ayahnya telah menyakiti Syakhilla.

Syakhillaberjalan menyusuri koridor sekolah sambil memasang headset di telinga mendengarkanbeberapa lagu.Ia menikmati lirik-lirik setiap lagu sambil mengangguk-anggukan kepalanya mengikuti alunan lagu.

"Pulang sama gue yuk, La!" ajak Reynand sambil memegang pundak Syakhilla

"Eh tunggu-tunggu gue dapet telfon nih." ujar Syakhilla sambil menatap caller id di telefonnya.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang