Bitter Memorials

89 6 0
                                    

nasputrianaa

~00~

Dia adalah Pangeran Pelinduku sekaligus penghias kehidupanku layaknya Bintang yang selalu menghiasi langit malam. Sama seperti namanya, Bintang Fauzan, yang kini berstatus sebagai pacarku.

Dulu, ku pikir aku tidak akan menjadi pasangannya, ya walau hanya sekedar berpacaran bukan bertunangan bahkan melangsungkan pernikahan, karna aku merupakan salah satu murid ansos alias anti sosial. Sedangkan dia? Mungkin seisi sekolahan bahkan petugas kebersihanpun mengetahui siapa dirinya. Sungguh berbanding terbalik denganku.

Tapi, aku bersyukur karena bisa menjadi pacarnya. Mungkin banyak orang yang bertanya mengapa aku bisa berpacaran dengannya, seperti ini responnya saat ku tanya mengapa demikian, "Aku butuh seseorang buat jadi pendamping hidup aku, nanti. Sang Bintang membutuhkan Bulan untuk menemaninya menghiasi kegelapan malam. Di sini, aku Bintang-nya dan kamu, kamu Bulan-nya." jelasnya panjang lebar. "Tapi, aku 'kan bukan Bulan. Aku Arsyifa Venus Lolita, Bintang." komenku. "Anggep aja, kamu itu Bulan," jelasnya lagi sambil tersenyum manis ke arahku.

~01~

"Nanti nonton, yuk!" ajak Bintang.

"Nonton? Kok tumben-tumbenan? Dalam rangka apa, nih?" tanyaku beruntun.

"Ish!! Kamu gak inget?!" tanyanya sedikit merengek.

"Inget apa sih, Bintang?" tanyaku halus sambil membuka kotak makanku. Ini jam istirahat dan seperti biasa, semenjak aku berpacaran, Bintang selalu ke kelasku, makan makanan yang aku bawa dari rumah, berdua.

"Kan ini seminggunya kita," ujar Bintang seraya mengerucutkan bibirnya.

"Ya ampun, aku kira apa. Baru seminggu doang udah lebay amat," ucapku cekikikan.

"Oh, jadi kamu gak mau, nih?" tanyanya kesal.

"Bukan gi--" ucapku terputus.

"Yaudah sih, ya. Gak masalah juga. Nanti aku mau ngajak Regita, Maya, Sa--" buru-buru aku membekap mulutnya. Fyi, perempuan-perempuan yang tadi Bintang sebutkan adalah para cewek most-wanted sekolah.

"Ih! Apaan sih? Pacar kamu siapa, sih? Mereka atau aku?!!" ucapku jengkel.

"Kan kamu yang bilang kalo gak mau nonton, yaudah."

Aku hanya diam dengan perasaan jengkel. Ku suapkan makanan dengan kasar ke dalam mulutku.

"Yah, ngambek." katanya sambil menyolek pipiku.

"Apaan sih?! Udah sana ah!" usirku sebal.

"Ya, kan aku cuma bercanda. Abisnya kamu gitu," katanya gantung.

"Gitu gimana, sih? Yang bilang gak mau itu kan kamu! Bukan aku!"

"Oh, jadi mau nih?" ledek Bintang.

"Ya gak juga,"

"Yaudah nanti malem jam 7. Gausah nonton, deh, dinner aja. Aku jemput, ya. Babay!" katanya yang bisa membuat hatiku berteriak kegirangan. Lalu dia pergi ke luar.

~03~

Jam tujuh kurang lima belas menit aku sudah siap.

"Mau kemana, Syif?" tanya Mama.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang